Anak Candu Gawai, Alihkan Perhatiannya dengan Ini
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Jumat, 9 Februari 2018 19:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki gawai memang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Namun penggunaan gawai yang berlebihan akan memberikan efek negatif, khususnya bagi anak. Ironisnya, data yang ditemukan para peneliti dari Michael Cohen Group menyatakan gawai kini telah menggantikan kedudukan mainan anak-anak.
Menurut beberapa sumber, banyak kerugian yang akan dirasakan anak jika memakai gawai berlebihan. Kerugian itu dapat berupa kekurangan perhatian dari sekitar, kelambatan perkembangan kognitif, kurang tidur, menghambat sosialisasi, postur duduk yang buruk, memperburuk kesehatan mata, dan masih banyak lagi.
Baca: Kasus Ahok, Veronica, dan Julianto Tio, Cara Hadapi Selingkuhan
Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan seorang anak memiliki kemungkinan kecanduan gawai, tapi tidak mungkin kecanduan mainan yang berbentuk benda statis. Sebab, segala sesuatu yang menggunakan energi listrik dan paparan sinar layar memiliki denyutan. Denyutan tersebut adalah stimulasi. “Stimulusnya (denyutan) ditangkap mata. Dari mata akan dikirim ke syaraf. Sensasi dari aktivitas tersebut akan dihafal oleh otak dan memicu adiksi,” ujar Ratih dalam konferensi pers “Bricklive: Petualang Interaktif LEGO akan Diadakan Pertama Kalinya di Jakarta” pada Kamis, 8 Februari 2018, di PIK Avenue, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Ratih menjelaskan, seorang anak harus mendapatkan pengawasan selama bermain gawai. Sebab, jika sudah mengalami adiksi, anak akan sulit disembuhkan. Ciri-ciri anak yang adiksi dengan gawai di antaranya tidak bisa lepas dari gawai, merasa tidak bahagia saat tidak menggunakan gawai, susah tidur, menelantarkan banyak hal, dan enggan bersosialisasi.
Baca: Gunakan Kerajinan Tangan dalam Fashion Bisa Laku di Internasional
Ratih memaparkan cara yang paling tepat untuk mencegah candu gawai pada anak. Pertama, lakukan pengawasan dan beri batas waktu bagi anak yang bermain gawai. Jika orang tua ingin memberi waktu sedikit lebih lama, ajarkan anak menggunakan gawai sebagai media belajar, bukan hanya media bermain. “Anak boleh main (gawai) dua jam? Oh, jangan. Anak kan (pakai gawai) buat main, makanya (beri waktu main gawai) sesedikit mungkin,” kata Ratih.
Cara berikutnya adalah mengalihkan perhatian anak selama bermain gawai. Jangan biarkan anak terlalu fokus bermain. Dampingi anak dan tetap jalin komunikasi selama anak menggunakan gawai. “Ganggu terus (saat sedang bermain gawai). Dampingi mereka. Kalau orang tua berusaha mengalihkan perhatian, anak jadi enggak adiktif. Kalau anak saya main gadget, saya ganggu. ‘Mandi dulu, makan dulu, temenin mama pergi.' Makin lama, anak makin teralihkan,” ucap Ratih.
MOTHER EARTH LIVING | STRAITS TIMES | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA