Polusi Udara Jadi Ancaman Global, Apa Bahayanya?

Reporter

Tempo.co

Editor

Dini Pramita

Kamis, 17 Januari 2019 16:00 WIB

Kabut asap akibat polusi industri dan kendaraan bermotor menyelimuti kota Milan, Italia, 30 Desember 2015. Kota Milan tercatat sudah 86 kali melewati ambang batas aman angka pencemaran udara. AP/Antonio Calanni

TEMPO.CO, Jakarta - World Health Organization (WHO) memasukkan polusi udara sebagai salah satu tantangan kesehatan global sepanjang 2019 yang harus menjadi prioritas negara-negara di seluruh dunia. Polusi udara dianggap sebagai dalang dari meningkatnya penderita kanker, penyakit paru-paru dan pernapasan, serta penyakit jantung di seluruh dunia.

Baca: Pemerintah Dinilai Lalai Tangani Masalah Polusi Udara

Data WHO menyebutkan sembilan dari sepuluh penduduk bumi menghirup udara yang terkontaminasi polusi setiap hari. "Polusi udara merupakan risiko lingkungan terbesar yang paling berbahaya bagi kesehatan," kata Direktur Umum WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Saking berbahayanya, dia menyebutkan polusi udara sebagai 'the new tobacco'.

Polutan mikroskopis di udara dapat menembus sistem pernapasan dan peredaran darah yang mengakibatkan kerusakan pada paru-paru, jantung, dan otak. Setiap tahunnya, polusi udara menyumbang kematian tujuh juta orang karena kanker dan penyakit lainnya yang dipicu oleh polusi udara.

Baca juga: Awas, Polusi Udara Bisa Kerdilkan Otak Anak

Advertising
Advertising

Dalam tiga tahun terakhir, WHO mencatat tingkat polusi udara meningkat hampir dua kali lipat. Sebanyak 97 persen kota-kota di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki kualitas udara buruk yang tidak memenuhi pedoman kualitas udara WHO. “Ketika kualitas udara menurun, risiko stroke, jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan kronik dan akut, termasuk asma akan meningkat,” kata dia.

Menurut Ghebreyesus, penyebab utama pencemaran udara adalah pembakaran bahan bakar fosil. Dan pembakaran bahan bakar fosil ini pula yang merupakan kontributor utama perubahan iklim yang mengancam kesehatan manusia. WHO memperkirakan perubahan iklim akan menyebabkan 250 ribu kematian tambahan per tahun yang berasal dari kekurangan gizi, malaria, diare, dan stres akibat cuaca panas, sepanjang tahun 2030-2050.

Pada Oktober 2018 lalu, WHO mengadakan Konferensi Global pertama tentang Polusi Udara dan Kesehatan di Jenewa untuk membahas masalah ini. Hasilnya, ada 70 komitmen untuk meningkatkan kualitas udara. Namun, meski komitmen ini tercapai sepenuhnya, bumi tetap akan menghangat lebih dari 3 derajat celsius pada abad ini.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

20 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

21 jam lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

22 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

5 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

6 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

7 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

7 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya