Sejumlah serangga 'TomCat' atau rover beetle (Paederus fuscipes) yang ditemukan usai penyemprotan oleh Dinas Pertanian di halaman Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (26/3). Penyemprotan untuk mengantisipasi serangga yang menyerang hampir seluruh kawasan di Surabaya. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Semut charlie atau tomcat kembali viral di media sosial. Serangga ini disebut berbahaya jika menggigit manusia, disertai foto menyeramkan yang terkesan merupakan dampak dari gigitannya. Meski diragukan kebenaran video itu, ini fakta yang perlu Anda ketahui tentang semut ini.
Berbeda dengan semut biasa, semut charlie, dikenal juga dengan rove beetle, sebenarnya tidak menggigit. Tapi ketika terjepit, tubuhnya akan mengeluarkan cairan darah yang mengandung racun pederin. Saat terkena kulit, racun itu akan menyebabkan iritasi parah, yang disebut dermatitis Paederus.
Gejala awal jika terkena racun ini adalah kemerahan pada kulit, dan sensasi terbakar. Gejala ini diikuti oleh iritasi dan gatal yang menyakitkan, dengan bintil-bintil pada kulit yang akan melepuh setelah empat hari. Kondisi ini biasanya bertahan sampai 10 hari.
Lalu, bagaimana jika serangga ini mengenai kulit Anda? Cukup disentil untuk mengusirnya. Tidak ada obat khusus untuk mengobati dampak racunnya. Pertologan pertama jika terkena semut charlie atau tomcat adalah mencucinya dengan air sabun untuk menghilangkan sejumlah racun yang menempel sebelum menimbulkan masalah pada kulit. Lalu kompres dengan air dingin atau lidah buaya untuk mengurangi gejalanya.
Studi yang dipublikasikan dalam Dermatology Online Journal menunjukkan bahwa pasien yang diobati dengan antibiotik oral dikombinasikan dengan steroid topikal dan anthistamin oral menunjukkan respons yang lebih baik dibandingkan dengan pengobatan tanpa antibiotik. Ini menunjukkan bahwa ada bakteri di dalam luka.
Semut charlie ini biasanya hidup di daerah tropis, termasuk Indonesia. Salah satu tempat hidupnya adalah sawah. Pada 2012, serangga ini pernah menyerang warga Surabaya. Lalu dikabarkan muncul kembali pada 2014. Setelah itu beberapa kali muncul kabar serangan serangga bernama ilmiah Paederus Littoralis ini, tapi ternyata hoaks alias tidak benar.