Suka Marah Hingga Senggol Bacok? Yuk Lakukan Detoks Media Sosial
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Rabu, 14 Agustus 2019 09:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial sudah menjadi barang sangat penting bagi sebagian masyarakat di dunia. Data menunjukkan, di Indonesia sendiri sebanyak 62 persen masyarakatnya memiliki kebiasaan untuk menggunakan media sosial selama setidaknya 4 jam dalam sehari.
Hal ini tentunya membantu informasi tersebar secara masif dan menimbulkan tren FOMO (Fear Of Missing Out). Terbukti dari 2 dari 3 orang sebisa mungkin akan melakukan berbagai aktivitas yang sedang kekinian, secara tidak langsung tren ini menimbulkan rasa ketakutan ketinggalan sesuatu yang sedang tren di masanya.
Sayang, tren itu pun menimbulkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan mental masyarakat. Emotional Healing & Mindfulness Expert Adjie Santosoputro mengatakan kegiatan itu bisa menjadikan masyarakat sebagai orang yang kecanduan media sosial. Apa saja ciri-cirinya? "Secara sosiologis media sosial itu memberikan manfaat tapi selain itu membuat manusia modern serba kebingungan, itu menjadi mudah bingung," kata Adjie Santosoputro, saat konferensi pers, Wealth Wisdom 2019: Mindfully Wealthy in 21st Century, di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2019.
Adjie mengatakan karena orang-orang bingung, maka mereka bisa menjadi lebih apatis dan agresif. Ciri-ciri lain yang menjadi dampak dari kecanduan media sosial adalah mudah marah dan sangat sensitif. Bila sudah ada ciri-ciri seperti itu, Adjie pun menyarankan orang itu untuk melakukan pembersihan diri atau detoksifikasi alias detoks dari sosial media. "Ketika kita seringkali merespons sesuatu dengan apatis atau agresif atau dikit-dikit hajar atau marah senggol bacok kalau sudah terkurung dalam situ, perlu detoks media soaial," kata dia.
Adjie menjelaskan beberapa cara yang bisa dilakukan dalam detoks media sosial, seperti membatasi waktu penggunaannya. "Misalnya memberanikan diri jam 7 malam sudah tidak melihat media sosial lagi. Hal ini penuh mindfulness atau mawas diri," kata Adjie. Dengan begitu, ia akan lebih sadar dengan kebutuhannya, tanpa perlu membenci suatu hal secara berlebihan.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah menghapus satu persatu media sosial secara bertahap. "Kurangi dulu akunnya satu persatu. Selama ini misalnya pakai banyak akun, maka lakukan proses bertahap. Kalau langsung semua dikagetkan, nanti justru seperti diet yoyo dan akan kembali candu media sosial," katanya.
Cara tambahan yang bisa menambah seseorang untuk lebih mawas dan sadar diri adalah dengan meluangkan waktu dengan duduk diam dan mengheningkan diri. Dengan cara itu, setiap orang bisa memikirkan menenangkan pikiran dan membuat diri merasa lebih santai. "Tidak perlu lama-lama, cukup 5 menit setiap hari," kata Adjie.
Ia mengatakan hal itu akan jauh lebih baik dibandingkan dengan meluangkan waktu 30 menit untuk hening sepekan sekali. Lima menit mengheningkan diri dan merasakan nafas sendiri pun dianggap mampu membuat diri lebih mawas atau mindfulness. "Tips dari saya, 5 menit hening itu dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur. Kalau dilakukan siang, pasti sudah terlalu sibuk, kalau sore juga Anda pastinya masih sibuk. Dan kalau malam, kemungkinan besar tidak dilakukan karena sudah terlalu letih setelah bekerja," katanya.
PermataBank mengadakan Wealth Wisdom 2019: Mindfully Wealthy in 21st Century pada 14-15 Agustus 2019. Acara ini menghadirkan kelas-kelas yang komperhensif serta edukatif untuk menyampaikan beragam pesan yang berkaitan dengan sikap mindful yang diharapkan meningkatkan kekayaan hidup yang sesungguhnya. Terdapat lebih dari 39 sesi kelas inspiratif, 7 workshop, pentas musik dan nonton bareng dengan lebih dari 70 pembicara ternama yang akan memberikan paparan dan isu-isu terkini yang sering dihadapi oleh masyarakat metropoltan melalui sharing ilmu dan pengalaman mereka. Beberapa pembicara yang akan mengisi kelas-kelas Wealth Wisdom 2019 diantaranya adalah; Nadya Hutagalung, Reza Gunawan, Axton Salim, Desi Anwar, dan James Prananto.