Imunisasi dalam Belenggu Apatis dan Fatwa

Jumat, 10 Januari 2020 21:29 WIB

Petugas sedang melakukan imunisasi terhadap anak-anak di salah satu puskesmas di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Senin 30 Desember 2019. TEMPO | Didit Hariyadi

TEMPO.CO, Makassar - "Siapa yang belum diimunisasi?" tanya Musdalifah kepada beberapa anak yang sedang bermain di pekarangan rumahnya, Senin 30 Desember 2019. Anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu saling pandang dan terdiam. Tak lama berselang, mereka kembali asyik bermain.

Musdalifah mengatakan warga Kelurahan Belae, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, tak menganggap imunisasi adalah hal yang penting. Perempuan 43 tahun yang memiliki sepuluh anak ini mengungkapkan, satu anaknya yang telah diimunisasi lengkap adalah si sulung. Tapi adik-adiknya, dia tak ingat bahkan balik bertanya apakah imunisasi itu perlu dilakukan.

Bercermin dari anak sulungnya yang kini berusia 24 tahun, Musdalifah menyatakan tak merasakan manfaat imunisasi. Kendati anak sulungnya tetap tumbuh sehat hingga dewasa, tetap saja dia sakit flu, demam, atau batuk, saat musim pancaroba, misalnya.

Ditambah suami Musdalifah, Syahruddin melarang anaknya diimunisasi sejak heboh fatwa halal-haram vaksinasi, tanpa mengetahui lebih dalam isi fatwa tersebut. "Saya enggak bisa membantah, ikuti saja apa kata suami," ucap Musdalifah.

Senada dengan Musdalifah, Faizal Wahab, warga Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, melarang anaknya diimunisasi karena kerap rewel setelah disuntik. "Saya tak tega melihat dia demam dua sampai tiga hari setelah imunisasi. Kasihan juga ibunya," kata pria 35 tahun ini.

Faizal mengatakan anaknya sekarang berumur 4 tahun dan terakhir divaksinasi pada usia 1,5 tahun. Istri Faizal, Eka Happe tak ingat vaksin apa yang telah disuntikkan ke tubuh buah hatinya. "Dokter juga tidak pernah memberi tahu apa dan kapan imunisasi lagi," ucap dia. Faizal lantas menegasikan kondisi itu dengan tubuhnya sendiri yang tetap bugar tanpa vaksinasi sejak kecil.

Advertising
Advertising

Proses munisasi di salah satu puskesmas di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Senin 30 Desember 2019. TEMPO | Didit Hariyadi

Dokter anak Maisuri Chalid mengatakan salah satu jurus mengatasi stigma buruk imunisasi adalah dengan kampanye. "Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah harus sering mendapat informasi positif berbasis ilmu pengetahuan dan fakta," katanya. Mereka yang menyepelekan imunisasi, menurut dia, telah termakan asumsi-asumsi menyesatkan yang beredar di masyarakat.

Maisuri menjelaskan, imunisasi bertujuan membentuk kekebalan tubuh anak. Dengan vaksinasi, maka sel memori dalam tubuh anak terbentuk sehingga memiliki antibodi. "Itulah penangkal virus yang akan menyerang," ucap dia.

Contoh, jika dalam lingkup masyarakat ada sekelompok orang yang menolak imunisasi. Kemudian ada di antaranya yang terkena virus rubella, maka orang itu berpotensi menularkan penyakit kepada mereka belum diimunisasi. "Jangan berpikir untuk diri sendiri saja, tapi juga lingkungan. Masyarakat yang menolak imunisasi bisa membuat kejadian luar biasa kalau menulari banyak orang," kata Maisuri.

Mengenai demam pada anak setelah imunisasi, dia menjelaskan, kondisi itu wajar terjadi karena tubuh menyesuaikan diri dengan vaksin. "Demam hanya bersifat ringan dan sementara," ucapnya. Yang penting, dia melanjutkan, pastikan kondisi anak sehat saat sedang diimunisasi. "Kalau lagi flu atau demam, jangan divaksinasi. Tunggu sampai sembuh."

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Makassar, Hengky Widjaja mengatakan target imunisasi campak dan rubella tak tercapai lantaran sempat menuai kontroversi. Saat itu, masyarakat bereaksi karena mendengar fatwa halal-haram vaksin yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ditambah kelompok antivaksin yang membuat program imunisasi tambah kedodoran. "Soal kesadaran memang menjadi titik lemah," kata dia.

UNICEF, Hengky Widjaja, mendukung media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pada dinas kesehatan terus digenjot agar vaksinasi dilakukan dengan tepat. Pemerintah dan UNICEF juga memperkuat peran stakeholder lintas sektor, terutama di bidang pendidikan, lembaga keagamaan, media, dan pihak swasta.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Nurul AR mengakui imunisasi belum maksimal karena kalah cepat dari hoaks. Menurut dia, masyarakat harus tahu program imunisasi untuk kepentingan kesehatan bersama, bukan hanya anak. "Kalau menolak imunisasi, berarti tidak memikirkan kepentingan orang banyak," ucap Nurul. "Nanti kalau terjadi sesuatu kepada anaknya, baru berteriak menyalahkan pemerintah."

Jumlah anak di Sulawesi Selatan sebanyak 2,3 juta jiwa. Dari angka itu, imunisasi campak dan rubella yang tercapai baru 85 persen di 2018. Sedangkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menunjukkan 870 bayi baru lahir meninggal. Kasus bayi meninggal juga tak lepas dari seretnya program imunisasi di daerah itu.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Moh. Husni Thamrin, mengatakan kematian neonatal dipicu infeksi kesehatan ibu di masa kehamilan dan kesiapannya hamil. "Ini berkaitan dengan imunisasi pada anak dan remaja putri yang merupakan calon ibu," katanya.

Berita terkait

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

17 jam lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

1 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

2 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

2 hari lalu

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

2 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

4 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

44 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

3 Fokus Penting Upaya Cegah Risiko Penyakit pada Anak

29 Februari 2024

3 Fokus Penting Upaya Cegah Risiko Penyakit pada Anak

Ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian untuk mengurangi risiko penyakit pada anak Indonesia. Apa saja?

Baca Selengkapnya

5 Tips Ajak Anak agar Berani Ikut Imunisasi

28 Februari 2024

5 Tips Ajak Anak agar Berani Ikut Imunisasi

Orangtua perlu untuk mengedukasi anaknya bahwa pemberian imunisasi oleh tenaga kesehatan tidaklah semenakutkan bayangannya.

Baca Selengkapnya

Jenis-jenis Imunisasi yang Harus Diberikan kepada Anak Usia di Bawah 1 tahun

28 Februari 2024

Jenis-jenis Imunisasi yang Harus Diberikan kepada Anak Usia di Bawah 1 tahun

Pemberian imunisasi bisa dilakukan saat anak baru lahir hingga berusia 12 bulan.

Baca Selengkapnya