Pakar Ingatkan Bakteri Kusta yang Bisa Kebal Obat, Cek Sebabnya

Reporter

Antara

Jumat, 31 Januari 2020 12:55 WIB

Penderita kusta dengan luka di kakinya berjalan dengan meja roda di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. Penelitian oleh International Federation of Anti-Kusta Asosiasi (ILEP), Nepal adalah salah satu dari beberapa negara dengan diskriminasi yang tinggi kepada penderita kusta. (Omar Havana/Getty Images)

TEMPO.CO, Jakarta - Kusta masih menjadi penyakit kulit yang sangat ditakuti. Zaman dulu bahkan disebut penyakit ini adalah kutukan. Komite Ahli Eliminasi Kusta dan Frambusia, dr. Sri Linuwih Menaidi, mengatakan bakteri penyebab penyakit kusta, yakni Mycobacterium leprae memiliki potensi kebal terhadap obat sebab cukup sulit untuk melakukan penelitian terkait bakteri tersebut.

"Penyakit kusta penyebab utamanya adalah bakteri. Untuk penelitian terhadap Mycobacterium leprae itu harus ditanam pada sel yang hidup dan itu menyulitkan," katanya.

Sebabnya, sel hidup yang memungkinkan sebagai media tanam penelitian bakteri tersebut hanya satu binatang, yakni armadilo, yang merupakan mamalia plasental kecil. Hewan tersebut hanya ada di Amerika Tengah. Hal ini tentu menyulitkan untuk melakukan penelitian sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa dalam temuan-temuan berikutnya memungkinkan bakteri ini bisa kebal terhadap obat.

"Ditambah lagi, ini membuat kita tidak bisa mencari obat-obatan lain yang dapat menyembuhkan penyakit kusta," ujarnya.

Karakteristik bakteri Mycobacterium leprae ini berbeda dengan berbagai bakteri lain, termasuk contohnya penyebab borok, di mana dapat tetap tumbuh walaupun hanya diletakkan di media buatan.

Advertising
Advertising

"Jadi, ini menjadi semacam kendala. Bisa kita coba pada tikus, tapi hasilnya tidak serupa dengan penyakit pada manusia. Pada tikus, kumannya dapat tumbuh tapi begitu-begitu saja," jelasnya.

Secara umum, kemungkinan pencegahan terhadap penyakit kusta hanya dirunut berdasarkan penanganan terhadap penderita tuberkulosis, sebab bakteri penyebabnya mirip walaupun beda spesies. Ia menjelaskan penanganan kusta akan berkaca pada tuberkulosis, yakni dengan diberikan imunisasi Bacille Calmette-Guerin (BCG) yang merupakan vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis atau Mycobacterium bovis.

"Kita runut ke situ sehingga pertahanan tubuh bisa terlindungi, walaupun mungkin tidak 100 persen," ujarnya.

Sementara untuk penanganan lain, bisa dilakukan dengan memahami gejala kusta dari hal yang paling sederhana, seperti disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni mengenali saat ada bercak di tubuh yang bersifat baal dan tebal. Kemudian, terkait pelayanan kesehatan, dokter di seluruh Indonesia, termasuk dokter praktik umum di tingkat Puskesmas juga telah dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang kusta sehingga dapat melayani pengidap penyakit itu sebaik mungkin.

Berita terkait

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

2 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

20 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

32 hari lalu

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

37 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

37 hari lalu

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.

Baca Selengkapnya

Kaji Program Nihil Kusta 2030 di Indonesia, Guru Besar FKUI Sri Linuwih Dikukuhkan

56 hari lalu

Kaji Program Nihil Kusta 2030 di Indonesia, Guru Besar FKUI Sri Linuwih Dikukuhkan

Sri dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Penyakit Tropis Terabaikan Masih Menjangkiti 1 Juta Penduduk Indonesia

58 hari lalu

Kemenkes: Penyakit Tropis Terabaikan Masih Menjangkiti 1 Juta Penduduk Indonesia

Penyakit tropis adalah salah satu bentuk penyakit yang sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis.

Baca Selengkapnya

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

27 Februari 2024

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

Membekukan celana jins di dalam freezer diklaim bisa membuatnya segar dan bebas bau tak sedap tanpa perlu dicuci. Bagaimana faktanya?

Baca Selengkapnya

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

25 Februari 2024

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pemecahan makanan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

21 Februari 2024

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

Erlina Burhan paparkan bahasan penanganan tuberkulosis di pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar FK UI. Ia tawarkan SIG untuk deteksi TB.

Baca Selengkapnya