Virus Corona Diberi Nama COVID-19, Ini Tanggapan Ahli

Jumat, 14 Februari 2020 19:22 WIB

Ilustrasi 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). REUTERS/CDC

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru menetapkan nama resmi untuk virus corona yang mewabah dunia dalam 2 bulan terakhir ini. Virus itu, bukan lagi bernama novel coronavirus (nCov) seperti yang kebanyakan ditulis oleh media saat ini, melainkan COVID-19. “Kami sekarang memiliki sebuah nama untuk penyakit #2019nCOv: COVID-19. Saya mengejanya: C-O-V-I-D garis satu sembilan. COVID-19,” cuit melalui Twitter resmi @WHO pada Rabu, 11 Februari 2020..

Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (PP IAKMI) yang sekaligus Epidemiolog dari Universitas Indonesia Syahrizal Syarif setuju dengan nama itu. Ia menjelaskan bahwa virus corona yang sebelumnya ditulis dengan nCov oleh WHO dan banyak media sempat dilakukan karena belum ada identitas pada virus baru tersebut.

Sebenarnya, sudah ada beberapa lembaga yang mengusulkan nCov diganti menjadi SARS 2, tapi menurut Syahrizal, COVID-19 lebih baik. “Covid itu menggambarkan coronavirus disease dan tahun kejadian. Sedangkan SARS 2 tidak relevan,” katanya.

Bila diberi nama SARS 2, Syahrizal mengatakan nama ini bisa menstigmatisasi suatu penyakit. Sebab masyarakat akan berpikir bahwa SARS 2 seolah angka keganasan sama dengan SARS 1. “Padahal dua hal ini beda sekali. Tidak bagus juga kalau nanti turunannya SARS terus. Kalau COVID-19, saat muncul lagi tinggal ganti tahun,” katanya.

Syahrizal juga menegaskan pemberian nama COVID-19 sudah tepat dan tidak menyalahkan kaidah. Nama COVID-19 tidak mengacu pada geografik, nama orang yang menemukan atau peneliti, serta stigma pada suatu penyakit. “Misalnya ini pneumonia berat nanti yang sakit dijauhi dan ada stigma. Jadi COVID-19 paling baik menurut saya,” katanya.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, virus Corona baru diberi nama COVID-19, yang diambil dari akronim coronavirus disease 2019. Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mencatat bahwa nama baru itu tidak merujuk pada siapapun, tempat atau hewan yang terkait dengan virus Corona, dikutip dari New York Times, 12 Februari 2020.

Di bawah pedoman internasional, WHO harus menemukan nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang juga dapat diucapkan dan terkait dengan penyakit ini, katanya di Twitter.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | EKA YUDHA SAPUTRA

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

9 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

5 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

7 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

7 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

7 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

8 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya