Peneliti Klaim Remdesivir Bisa Jadi Obat Virus Corona

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 5 Maret 2020 09:56 WIB

Ilustrasi virus Corona. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Angin segar diembuskan para peneliti terkait virus corona baru. Mereka telah menemukan antivirus corona (COVID-19), yakni Remdesivir. Obat ini sering digunakan untuk virus Ebola.

Remdesivir adalah obat antivirus baru dalam kelas analog nukleotida yang dikembangkan oleh Gilead Sciences sebagai obat untuk penyakit virus Ebola dan infeksi virus Marburg. Peneliti menulis Remdesivir telah terbukti efektif melawan virus lain. Maka, tim ingin menguji kemanjuran obat itu terhadap jenis COVID-19.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari Universitas Alberta dengan judul "The Antiviral Compound Remdesivir Potently Inhibits RNA-dependent RNA Polymerase from Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus" yang diterbitkan dalam Journal of Biological Chemistry.

Selanjutnya, Remdesivir ditemukan dapat menunjukkan aktivitas antivirus terhadap RNA beruntai tunggal seperti pada beberapa virus, termasuk MERS dan SARS. Awal 2020, obat tersebut telah diuji coba pada pasien dengan virus corona di Amerika Serikat. Pasien menerima obat pada hari ketujuh setelah infeksi dan menunjukkan gelaja yang mereda pada hari kedua pemberian obat.

Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bruce Alyward, menuturkan Remdesivir adalah satu-satunya obat yang saat ini telah menunjukkan efektivitas terhadap COVID-19. Tim peneliti menulis bahwa Remdesivir adalah molekul baru yang telah menunjukkan spektrum aktivitas yang luas terhadap virus RNA. Mereka menjelaskan bahwa obat ini sebenarnya adalah inhibitor analog nukleotida yang menghambar RNA Polimerase.

Advertising
Advertising

Matthias Gotte, ahli virologi mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Remdesivir pada dasarnya meniru salah satu blok pembangun alami untuk RNA sitesis yang diperlukan dalam proses replikasi genom virus.

“Setelah obat dimasukkan ke dalam rantai RNA yang berkembang, virus tidak dapat lagi mereplikasi,” terangnya.

Dia menambahkan bahwa saat ini uji klinis untuk pasien COVID-19 sedang dilakukan dan hasilnya diharapkan bisa keluar pada April 2020. Namun, dia memperingatkan bahwa kemungkinan akan butuh lebih dari satu obat untuk melawan penyakit yang timbul dari virus corona baru ini.

Namun demikian, Gotte mengatakan bahwa ini adalah pekerjaan yang penting mengingat situasi saat ini yang cukup genting di banyak negara. Dia menambahkan bahwa penelitian ini melihat cara obat antivirus ini bekerja melawan virus corona yang baru.

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

11 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

13 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

10 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

10 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

10 hari lalu

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.

Baca Selengkapnya