Mendeteksi Empati Orang Dengan Autisme atau Skizofrenia

Selasa, 10 Maret 2020 17:40 WIB

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di University of California-Los Angeles (UCLA) menemukan cara terbaik untuk menilai kemampuan seseorang merasakan empati. Caranya adalah mempelajari aktivitas otak saat beristirahat ketimbang saat terlibat dalam tugas tertentu.

Secara tradisional, empati dinilai melalui penggunaan kuesioner dan penilaian psikologis. "Tapi temuan penelitian ini memberikan alternatif bagi orang yang mungkin mengalami kesulitan mengisi kuesioner, seperti orang dengan penyakit mental atau autisme," kata Marco Iacoboni, profesor ilmu psikiatri dan ilmu biobehavioral di David Geffen School of Medicine di UCLA.

Menurut Iacoboni, menilai empati sering menjadi hal yang paling sulit dalam populasi yang paling membutuhkannya. Empati adalah landasan kesehatan mental dan kesejahteraan.

"Mempromosikan perilaku sosial dan kooperatif melalui kepedulian kita terhadap orang lain, juga membantu kita menyimpulkan serta memprediksi perasaan, perilaku, dan niat internal orang lain," ujar dia.

Iacoboni sudah lama mempelajari empati pada manusia. Penelitian sebelumnya melibatkan pengujian empati pada orang yang mengalami dilema moral atau menyaksikan seseorang kesakitan.

Advertising
Advertising

Dalam studi ini, yang diterbitkan dalam Frontiers in Integrative Neuroscience, dua pekan lalu, peneliti merekrut 58 peserta pria dan wanita berusia 18-35 tahun.

Data aktivitas otak yang istirahat dikumpulkan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional atau fMRI—teknik non-invasif untuk mengukur dan memetakan aktivitas otak melalui perubahan kecil dalam aliran darah. Peserta kemudian diminta untuk membiarkan pikiran mereka berkeliaran sambil menjaga mata mereka tetap diam.

Setelah itu, para peserta mengisi kuesioner yang dirancang untuk mengukur empati. Para peneliti ingin mengukur seberapa akurat mereka dapat memprediksi disposisi empati peserta, yang ditandai sebagai kesediaan dan kemampuan untuk memahami situasi orang lain, dengan menganalisis pemindaian otak.

Prediksi dibuat dengan melihat aktivitas istirahat di jaringan otak tertentu, yang dalam penelitian sebelumnya ditunjukkan sebagai sesuatu yang penting untuk empati. Para peneliti juga menggunakan kecerdasan buatan yang disebut pembelajaran mesin, yang dapat mengambil pola-pola halus dalam data yang mungkin tidak dianalisis oleh data yang lebih tradisional.

"Kami menemukan bahwa bahkan ketika tidak terlibat langsung dalam tugas yang melibatkan empati, aktivitas otak dalam jaringan ini dapat mengungkapkan disposisi empati orang," kata Iacoboni. Yang menarik dalam penelitian ini, menurut Iacoboni, adalah MRI membantu peneliti memprediksi hasil kuesioner tiap peserta.

Temuan ini dapat membantu profesional perawatan kesehatan menilai empati lebih baik pada orang dengan autisme atau skizofrenia, yang mungkin mengalami kesulitan mengisi kuesioner atau mengekspresikan emosi. "Orang dengan kondisi ini dianggap kurang berempati," ujar dia.

KORAN TEMPO

Berita terkait

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

1 hari lalu

6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

Berikut ini enam tips yang dapat dilakukan sebelum dan saat liburan bersama anak penyandang autisme

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

2 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Saran Guru Besar FKUI buat yang Ingin Masukkan Anak ke Sekolah Inklusif

6 hari lalu

Saran Guru Besar FKUI buat yang Ingin Masukkan Anak ke Sekolah Inklusif

Pakar menyebut beberapa syarat anak dengan autisme bisa belajar di sekolah inklusif. Apa saja yang harus dipenuhi?

Baca Selengkapnya

Autisme Tak Selalu karena Faktor Genetik dan Bukan Penyakit

7 hari lalu

Autisme Tak Selalu karena Faktor Genetik dan Bukan Penyakit

Orang tua tidak usah cemas jika memiliki anak yang mengalami gangguan spektrum autisme karena tak selalu karena genetik dan bukan penyakit.

Baca Selengkapnya

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

9 hari lalu

Disney Ubah Layanan untuk Penyandang Disabilitas di Disneyland dan Walt Disney World

Perubahan layanan itu mengundang reaksi dari penggemar Disney dan pengguna layanan sebelumnya

Baca Selengkapnya

6 Faktor Meningkatkan Risiko Seseorang Autisme, Apa Itu Spektrum Autisme?

29 hari lalu

6 Faktor Meningkatkan Risiko Seseorang Autisme, Apa Itu Spektrum Autisme?

Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan gangguan perkembangan saraf.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

29 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Sukses

30 hari lalu

Pakar Sebut Anak dengan Spektrum Autisme Juga Bisa Sukses

Anak dengan spektrum autisme dapat didukung potensinya hingga menjadi orang hebat. Berikut penjelasan pakar.

Baca Selengkapnya

Hari Peduli Autisme Sedunia, Bedakan Anak Autisme dengan Hiperaktif

30 hari lalu

Hari Peduli Autisme Sedunia, Bedakan Anak Autisme dengan Hiperaktif

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April dan masyarakat perlu membedakan gejala autisme dengan hiperaktif.

Baca Selengkapnya

Kemanusiaan Dalam Proses Pendidikan, Belajar Gaya Antropomorfisme dan Empati

42 hari lalu

Kemanusiaan Dalam Proses Pendidikan, Belajar Gaya Antropomorfisme dan Empati

Mickey Mouse atau dalam bentuk objek mati yang dihidupkan seperti buku cerita yang berbicara merupakan satu contoh antropomorfisme dan empati.

Baca Selengkapnya