Dokter Paru Bagi Kiat Penanganan Virus Corona

Reporter

Bisnis.com

Rabu, 18 Maret 2020 10:59 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data yag dikeluarkan pemerintah per 17 Maret 2020, ada tambahan 38 pasien baru yang terpapar virus corona. Kini total pasien positif terinfeksi virus corona adalah 172 orang, setelah pada 16 Maret ada 134.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, menyarankan masyarakat yang memiliki gejala batuk, flu, dan sakit tenggorokan lebih baik melakukan pemeriksaan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Dengan kondisi sekarang yang sudah banyak kasusnya, tentunya harus lebih aware, kasus batuk, pilek, sakit tenggorokan dicurigai ke arah COVID-19, segera ke dokter saja," ujarnya.

Jika dari fasilitas pertama menyimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut diindikasikan terinfeksi virus corona, bisa melakukan pemeriksaan lanjutan ke rumah sakit terdekat.

"Dilakukan tes untuk dipastikan dengan pemeriksaan swab tenggorokan atau pemeriksaan dahak untuk mengetahui virus ada tidak di badannya," tutur Agus.

Advertising
Advertising

Jika positif, ada sejumlah penanganan yang akan dilakukan petugas medis. Agus menerangkan saat ini Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tengah menyusun pedoman dalam menangani pasien yang terinfeksi COVID-19. Namun, pada prinsipnya, dalam penanganan pasien tersebut tergantung pada derajat gejala yang dialami.

Apabila pasien masuk dalam kategori gejala ringan tertular COVID-19, seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan, bisa melakukan isolasi mandiri di dalam rumah. Biasanya, dokter akan memberikan obat untuk mengatasi batuk dan pilek yang diderita dengan menambah vitamin serta meminta agar pasien mencukupi kebutuhan cairan di tubuh dan memakan makanan bergizi.

"Kalau kondisi ringan tanpa pneumonia itu bisa di rumah. Bisa self isolation di rumah dengan obat-obatan dan petunjuk dokter terkait apa saja yang harus dilakukan di rumah," jelasnya.

Bila pasien didiagnosis mengalami gejala COVID-19 dengan pneumonia ringan, biasanya mereka akan dirawat di RS. "Begitu pula kalau pneumonia berat, itu di ruang isolasi. Bahkan pneumonia dengan komplikasi bisa di ICU isolasi," tutur Agus.

Bagi pasien yang dirawat di rumah sakit, obat yang diberikan tidak jauh beda dengan yang memiliki gejala ringan. Bedanya, di RS obat-obatan seperti antibiotik dan oseltamivir (obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus influenza tipe A, misalnya flu burung, atau B) diberikan secara infus. Akan tetapi, jika pasien yang mengalami pneumonia berat dan mengarah ke gagal napas, petugas medis akan memasang ventilator atau alat bantu napas.

Sementara itu, Agus menyarankan agar masyarakat tetap menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi suplemen makanan atau vitamin guna menjaga daya tahan tubuh.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

9 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

15 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

16 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

19 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

20 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya