Peneliti Sebut Vegetarian Bisa Turunkan Risiko Stroke, Benarkah?

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 21 Maret 2020 05:32 WIB

Menu vegetarian di salah satu restoran vegetarian di Koenji, Tokyo. Foto: @meunota0227

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menyatakan mengonsumsi makanan vegetarian memiliki manfaat kesehatan karena dapat mengurangi risiko stroke iskemik. Penelitian tersebut melibatkan dua kelompok sukarelawan dari komunitas Buddhis di Taiwan dengan jumlah lebih dari 13.000 peserta.

Pada awal studi, peneliti memeriksa riwayat medis para pesertanya dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang diet, kebiasaan, merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan aktivitas fisik.

Selanjutnya, mereka kemudian melacak kesehatan relawan menggunakan pusat data riset asuransi kesehatan nasional. Para peneliti mengikuti relawan kelompok pertama sekitar 6 tahun dan kelompok kedua sekitar 9 tahun.

Usia rata-rata peserta penelitian adalah 50 tahun. Para peneliti tidak memasukkan peserta dengan usia kurang dari 20 tahun atau mereka yang memiliki riwayat penyakit stroke. Adapun, sekitar 30 persen dari relawan yang diteliti adalah mereka yang mengonsumsi makanan vegetarian atau tidak makan daging atau ikan, dan dari jumlah tersebut, seperempatnya adalah laki-laki.

Pada kelompok pertama, para vegetarian dilaporkan mengonsumsi lebih banyak kacang, sayuran, dan kedelai. Kondisi lain, mereka dilaporkan mengonsumsi alkohol dan merokok tapi dalam jumlah yang sedikit.

Advertising
Advertising

Sementara, kelompok kedua dilaporkan mengonsumsi telur dan buah dalam jumlah yang setara. Akan tetapi, vegetarian dalam kelompok ini dilaporkan lebih sedikit mengonsumsi susu dan lemak dibandingkan yang sebelumnya.

Setelah melalui penghitungan dan penyesuaian usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan lainnya, para peneliti menyatakan bahwa vegetarian di kelompok pertama memiliki risiko 74 persen lebih rendah terkena stroke iskemik daripada nonvegetarian.

Beda halnya pada kelompok kedua, di mana vegetarian memiliki risiko 60 persen lebih rendah daripada nonvegetarian. Mereka juga memiliki risiko lebih rendah terkena stroke hemoragik, sekitar 65 persen, dan risiko stroke secara keseluruhan sebesar 48 persen.

“Secara keseluruhan, penelitian kami menemukan bahwa diet vegetarian bermanfaat dan mengurangi risiko stroke iskemik. Bahkan, setelah disesuaikan dengan faktor risiko yang diketahui, seperti tekanan darah, kadar glukosa, dan lemak dalam darah,” kata Chin Lon Lin, penulis penelitian dari Universitas Tzu Chi di Taiwan.

Dalam makalahnya, para penulis menyatakan bahwa hasil yang mereka temukan mungkin berbeda dengan hasil penelitian besar lain yang muncul dalam berbagai jurnal di The BMJ. Hal ini karena partisipan cenderung menghindari konsumsi alkohol, yang merupakan faktor risiko potensial dari stroke.

Para penulis juga mencatat, kendati penelitian ini memiliki data yang cukup komprehensif tentang kelompok vegetarian nonbarat, bisa jadi penelitian ini tidak berlaku di luar populasi komunitas Buddhis di Taiwan karena memiliki pola hidup yang berbeda.

Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal The BMJ pada tahun lalu yang menyelidiki stroke pada lebih dari 48.000 pemakan daging dan vegetarian di Inggris. Para penulis penelitian melaporkan bahwa vegetarian memiliki tingkat risiko terkena penyakit jantung iskemik yang lebih rendah daripada pemakan daging, tetapi mereka tetap cenderung terserang oleh penyakit stroke.

Berita terkait

5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

3 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dilakukan Wanita untuk Menangkal Stroke

Pakar kesehatan membagi lima tips buat kaum wanita untuk menurunkan risiko terserang stroke. Pasalnya, risiko pada perempuan dinilai lebih besar.

Baca Selengkapnya

Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

3 hari lalu

Makanan yang Dianjurkan Pakar Saraf untuk Pasien Stroke

Pakar saraf menyarankan pasien stroke memakan kacang-kacangan karena mengandung antioksidan tinggi. Apa lagi yang dianjurkan?

Baca Selengkapnya

Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

3 hari lalu

Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

Setelah minum air dingin memunculkan fibrilasi atrium (AFib). Apa bahayanya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

3 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Cegah Stroke, Pakar Saraf Minta Kontrol 3 Hal Ini

4 hari lalu

Cegah Stroke, Pakar Saraf Minta Kontrol 3 Hal Ini

Masyarakat diimbau mengontrol gula darah, tekanan darah, dan kolesterol demi mencegah serangan stroke yang bisa datang kapan pun.

Baca Selengkapnya

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

4 hari lalu

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Pola tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya

Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

10 hari lalu

Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

Banyak istilah medis yang sering dipahami dengan keliru. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

17 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Hidangan Lebaran untuk Vegetarian, Berikut Cara Membuatnya

21 hari lalu

Rekomendasi 5 Hidangan Lebaran untuk Vegetarian, Berikut Cara Membuatnya

Bagi vegetarian, menemukan hidangan lebaran tanpa daging bisa menjadi tantangan.

Baca Selengkapnya

5 Gejala Stroke Ringan, Jangan Diabaikan karena Bisa Jadi Kasus Lebih Besar

24 hari lalu

5 Gejala Stroke Ringan, Jangan Diabaikan karena Bisa Jadi Kasus Lebih Besar

Gejala stroke ringan diklaim bisa hilang dalam 24 jam namun tak boleh dianggap serius. Berikut beberapa gejala dan apa yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya