Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

image-gnews
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2013, negara anggota World Health Organization atau WHO menyepakati "Global action plan for the prevention and control of NCDs 2013-2020". Rencana ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian dini akibat penyakit tidak menular sebesar 25 persen pada 2025, termasuk di dalamnya pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskular atau gangguan pada bagian jantung dan pembuluh darah.

Dilansir dari laman resmi WHO, penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian secara global. Diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada 2019. Angka tersebut mewakili 32 persen dari seluruh kematian global. Dari angka kematian tersebut, 85 persen disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. 

Kemudian, dari 17 juta kasus kematian dini (di bawah usia 70 tahun) pada 2019 disebabkan oleh penyakit tidak menular dan 38 persen di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lantas, apa itu sebenarnya penyakit kardiovaskular? 

Penyakit kardiovaskular sendiri adalah sekelompok gangguan jantung dan pembuluh darah, termasuk:

  • Penyakit jantung koroner, yakni gangguan pembuluh darah yang memasok otot jantung;
  • Penyakit serebrovaskular, yakni gangguan pembuluh darah yang memasok otak;
  • Penyakit arteri perifer, yakni gangguan pembuluh darah yang memasok darah ke lengan dan kaki;
  • Penyakit jantung rematik, yakni kerusakan pada otot jantung dan katup jantung akibat demam rematik yang disebabkan oleh bakteri streptokokus;
  • Penyakit jantung bawaan, yakni kondisi lahir yang mempengaruhi perkembangan normal dan fungsi jantung yang disebabkan oleh kelainan struktur jantung sejak lahir; dan
  • Trombosis vena dalam dan emboli paru, yakni gumpalan darah di pembuluh darah kaki yang dapat berpindah ke jantung dan paru-paru.

Serangan jantung dan stroke biasanya merupakan kejadian akut yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke jantung atau otak. Alasan paling umum untuk hal ini adalah penumpukan timbunan lemak di dinding bagian dalam pembuluh darah yang mensuplai jantung atau otak. Stroke juga dapat disebabkan oleh pendarahan pada pembuluh darah di otak atau akibat pembekuan darah.

Selain itu, serangan jantung dan stroke merupakan tanda pertama dari penyakit kardiovaskular. Gejala serangan jantung meliputi:

  • Rasa sakit atau ketidaknyamanan di bagian tengah dada; dan/atau
  • Nyeri atau ketidaknyamanan pada lengan, bahu kiri, siku, rahang, atau punggung.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu seseorang yang mengalami serangan jantung juga kesulitan bernapas atau sesak napas, mual atau muntah, pusing atau pingsan, keringat dingin, dan menjadi pucat.

Kemudian, gejala stroke yang paling umum adalah kelemahan mendadak pada wajah, lengan, atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain termasuk:

  • Mati rasa pada wajah, lengan, atau tungkai, terutama pada satu sisi tubuh;
  • Kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan;
  • Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata;
  • Kesulitan berjalan, pusing dan/atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi;
  • Sakit kepala parah yang tidak diketahui penyebabnya; dan/atau
    pingsan atau tidak sadarkan diri.

Lebih dari tiga perempat kematian akibat penyakit kardiovaskular terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Selain itu, faktor risiko perilaku yang paling penting dari penyakit jantung dan stroke adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol yang berbahaya. 

Efek dari faktor risiko perilaku dapat muncul pada individu seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan glukosa darah, peningkatan lipid darah, serta kelebihan berat badan dan obesitas. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi penyakit kardiovaskular sedini mungkin agar penanganan dengan konseling dan pengobatan dapat dimulai.

Pilihan Editor: Risiko Penyakit Jantung pada Wanita Usia 50-an, Kardiolog Ingatkan Gejala Baru

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Penderita Kolesterol Sebaiknya Menghindari Masakan Bersantan?

20 jam lalu

ilustrasi makanan bersantan (pixabay.com)
Mengapa Penderita Kolesterol Sebaiknya Menghindari Masakan Bersantan?

Saalah satu yang wajib dihindari penderita kolesterol adalah makanan bersantan. Kenapa?


Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

1 hari lalu

Ilustrasi wanita kecewa atau marah. Unsplash.com/Joshua Rawson Harris
Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.


Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

1 hari lalu

Ilustrasi pasangan suami-istri. dailymail.co.uk
Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

Tak sekedar olahraga dan makan sehat, ada cara lain yang mungkin tak pernah Anda duga tapi baik untuk kesehatan jantung.


Wamenkes Ingatkan Lemak Trans pada Makanan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

1 hari lalu

Ilustrasi gorengan. Shutterstock
Wamenkes Ingatkan Lemak Trans pada Makanan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Wamenkes menegaskan pembatasan lemak trans akan menekan risiko penyakit jantung sekaligus membuat Indonesia berhemat triliunan rupiah.


WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

2 hari lalu

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono  dalam konferensi pers bertajuk Menuju Eliminasi Lemak Trans di Indonesia pada 6 Mei 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.


Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

2 hari lalu

Ilustrasi Ring jantung. Vidio/Abott
Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

Tak perlu operasi, berikut tindakan yang bisa diterapkan untuk mengatasi pembesaran aorta atau pembuluh darah utama.


Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 hari lalu

Presiden AS Joe Biden besama mantan presiden AS Barack Obama meninggalkan Air Force One di Bandara Internasional John F Kennedy di New York, AS 28 Maret 2024. REUTERS
Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

4 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

4 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

6 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.