Bingung Hasil Tes Cepat Negatif tapi Positif COVID-19, Sebabnya..

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 21 Maret 2020 10:41 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona sudah sering disebut sebagai penyebab infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) sampai pneumonia sejak 20 tahun lalu, antara lain human pathogenic Cov (HCoV), SARS-CoV, MERS-CoV. Wabah virus corona 2019 memunculkan beragam alat tes atau detektor seseorang positif COVID-19 atau tidak.

Pada pemeriksaan awal, bisa saja hasil negatif, kemudian pemeriksaan berikutnya positif. Mengapa demikian?

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlin), Profesor Dr. dr. Aryati MS SpPK(K), mengatakan rapid test IgM/IgG SARS-CoV-2 untuk deteksi COVID-19 dengan pengambilan darah sampel seseorang memiliki keterbatasan. Adapun, yang diperiksa dalam tes cepat adalah antibodi. Dalam pemeriksaan itu bisa muncul false positive dan false negative.

Hasil pemeriksaan false positive tidak berarti seseorang benar-benar terinfeksi SARS-CoV-2. Sementara, false negative tidak berarti seseorang tak terinfeksi.

“Maka, false positive dan false negative patut dipertimbangkan untuk deteksi antibodi karena validitas yang belum diketahui (sensitivitas dan spesifitas diagnostik yang bervariasi) sehingga menyulitkan interpretasi,” katanya.

Advertising
Advertising

Berbagai hal yang dapat menyebabkan false positive adalah:
1. Kemungkinan cross reactive antibody dengan berbagai virus lain (virus corona, virus dengue).

2. Infeksi lampau dengan virus corona.

Adapun berbagai hal yang dapat menyebabkan hasil false negative adalah:
1. Belum terbentuk antibodi saat pengambilan sampal (masa inkubasi).

2. Pasien mengalami gangguan antibodi (immunocompromised).

Berdasarkan hal tersebut, apabila menemukan ICT (tes cepat) positif, maka harus dikonfirmasi dengan PCR. Artinya, bila seseorang positif pada pemeriksaan rapid test, maka hasil itu diuji lagi dengan pemeriksaan PCR yang berbasis materi genetika berupa DNA. Apabila ditemukan hasil negatif, maka harus dilakukan pengambilan sampel ulang 7-10 hari kemudian.

“Namun, pemeriksaan antibodi anti SARS-CoV-2 masih dapat dipertimbangkan untuk menunjukkan paparan infeksi, sehingga dapat digunakan untuk surveilans atau studi epidemiologi dan penelitian lebih lanjut,” tambahnya.

Seperti diketahui, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, dan deteksi virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 yang direkomendasikan adalah real-time Polymerase Chain Reaction (rt-PCR) dilanjutkan sequencing untuk mengonfirmasi diagnosis infeksi Covid-19.

Ukuran tingkat kepercayaan (confidence level) untuk deteksi berbagai patogen adalah: yang tertinggi kultur, molekular (DNA atau RNA), antigen, dan yang terendah antibodi (IgMG/IgG/IgA antipatogen tersebut).

Untuk SARS-Cov-2 penyebab COVID-19, confidence level tertinggi saat ini adalah pemeriksaan molekuler, yaitu real-time PCR (RT-PCR) yang dilanjutkan dengan sequencing yang telah dilakukan di Balitbangkes Jakarta, karena kultur virus SARS-CoV-2 saat ini belum dapat dilakukan.

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

14 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

14 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

21 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya