Wabah Virus Corona, Pakar Ingatkan Penderita Penyakit Kronis Ini

Reporter

Antara

Rabu, 25 Maret 2020 09:09 WIB

Ilustrasi virus (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Waspadalah, penyebaran wabah virus corona semakin masif dengan jumlah korban terus bertambah dengan cepat. Penderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, asma, TBC, serta penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) akibat merokok paling berbahaya jika terkena dampak dari infeksi virus corona baru atau COVID-19.

Komite Ahli Tuberkulosis dr. Pandu Riono, mengatakan orang yang sudah memiliki penyakit kronis mempunyai daya tahan tubuh yang tidak optimal sehingga sangat rentan terhadap serangan COVID-19. Dia menjelaskan pasien COVID-19 dengan penyakit kronis bisa memiliki gejala yang lebih berat dan paling parah berakhir pada kematian.

Namun, Pandu menekankan agar tidak terpaku pada angka persentase kematian setiap kasus COVID-19 di Indonesia yang mencapai 8 persen. Menurut Pandu, data kasus positif COVID-19 di Indonesia tidak merefleksikan data yang nyata di lapangan karena keterbatasan orang yang dilakukan tes laboratorium.

"Yang diestimasi orang yang sudah terinfeksi di luar banyak sekali, bukan ratusan, puluhan ribu. Dalam waktu mendatang itu diperkirakan sudah ratusan ribu," katanya.

Hal itulah yang menunjukkan kasus kematian COVID-19 di Indonesia menjadi terlihat besar, yang bahkan lebih tinggi dari kasus kematian dari negara asalnya, Cina, sekitar 3-4 persen. Oleh karena itu, dia mendorong untuk dilakukan tes cepat pada masyarakat yang lebih banyak, yaitu pada kelompok orang yang berisiko terpapar COVID-19.

Advertising
Advertising

Namun, menurut Pandu, yang merupakan ahli epidemiologi bidang penyakit menular di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tersebut, tes cepat dengan menggunakan alat berbasis reaksi antibodi yang dilakukan pemerintah memiliki kelemahan.

Kelemahan tersebut adalah reaksi antibodi yang lambat untuk mendeteksi adanya virus di tubuh seseorang selama enam hingga tujuh hari setelah infeksi. Pandu mendorong agar pemeriksaan melalui metode Polymerase chain reaction (PCR) di laboratorium dapat lebih ditingkatkan kapasitasnya untuk mendukung tes cepat.

Pandu menegaskan pemerintah harus bekerja secara aktif dengan cepat menemukan kasus baru dan kemudian mengisolasinya untuk memutus rantai penularan. Pasien positif COVID-19 dengan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, TBC, dan lainnya harus dirawat di rumah sakit. Sementara, yang memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala bisa dirawat di tempat lain atau bahkan di rumah.

Dia mengatakan, saat ini paling banyak petugas medis yang terinfeksi dan bahkan meninggal saat menjalankan tugas merawat pasien COVID-19 yang terus bertambah. Pandu menegaskan bahwa pemerintah harus melakukan tindakan cepat berkejaran dengan waktu dan kecepatan virus menyebar.

Berita terkait

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

1 jam lalu

Kelompok yang Rentan terhadap Cuaca Panas Berikut Dampaknya

Cuaca panas dapat berdampak lebih serius pada kesehatan orang-orang yang rentan, seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak karena dehidrasi.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

9 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

15 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

18 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

3 hari lalu

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

Olahraga bisa menjadi investasi kesehatan di masa datang dan penting bagi anak muda zaman sekarang mengubah gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya