Riset Pengetahuan Anak Pondok Pesantren Soal Kesehatan Reproduksi

Reporter

Mitra Tarigan

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 14 April 2020 19:00 WIB

Ilustrasi santri. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa penelitian yang mengangkat kesehatan reproduksi dan seksualitas di pondok pesantren. Mereka melakukan penelitian ini karena pengetahuan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual masih dianggap tabu oleh sebagian pondok pesantren. Akibatnya, para santri dan santriwati tidak mempelajari ilmu ini secara mendalam.

Salah satu organisasi yang mengadakan penelitian tersebut adalah Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia atau Puska GenSeks FISIP UI. Peneliti Puska GenSeks FISIP Universitas Indonesia, Reni Kartikawati mengatakan penelitian ini mengungkap berbagai masalah kesehatan dan pemahaman seksual yang keliru di lingkungan pondok pesantren. “Temuannya berupa gangguan kesehatan dan perilaku yang dianggap candaan padahal sebenarnya itu pelecehan seksual,” kata Reni kepada Tempo, Minggu 29 Maret 2020.

Riset yang dilakukan Puska GenSeks FISIP Universitas Indonesia pada 2013 itu menggandeng empat organisasi lain. Mereka adalah Hivos, organisasi yang mengutamakan nilai humanis; Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI); lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada pusat pendidikan dan informasi Islam dan hak-hak perempuan, Rahima; serta organisasi pergerakan anak muda di bidang sosial dan budaya, Pamflet.

Tim peneliti mengambil sampel di enam pondok pesantren yang tersebar di Kabupaten Jombang, Banyuwangi, dan Lamongan, Jawa Timur. Hasil riset menunjukkan salah satu masalah yang dihadapi para santri dan santriwati adalah kekerasan seksual. Sebanyak 21,1 persen responden mengaku pernah diraba di bagian tertentu tanpa dikehendaki. Pelakunya sebanyak 61,5 persen adalah teman, dan sisanya atau 38,5 persen dilakukan oleh pacar.

Reni menjelaskan, bentuk kekerasan seksual yang dialami para santri berupa rabaan di bagian alat kelamin oleh teman di asrama. Mereka menyebut peristiwa itu sebagai 'nyuluh' dan biasanya dilakukan menjelang tidur. Pelakunya biasanya para senior, sedangkan korbannya adalah adik kelas. "Banyak di antara mereka menganggap ‘nyuluh’ sebagai bagian dari candaan biasa," kata Reni.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Rahima. Mereka menggali informasi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas dari 1.000 santri dan santriwati di Kabupaten Jombang, Kediri, Lamongan, dan Banyuwangi, Jawa Timur, pada Januari 2015. Riset ini menemukan masalah kesehatan kulit dan kelamin yang kerap dialami anak pondok.

Sebanyak 36 persen santri dan 35 persen santriwati pernah menderita gatal-gatal kulit atau scabies. Bahkan 70 persen santriwati mengalami keputihan. Kondisi ini terjadi karena mereka belum memahami bagaimana menjaga kesehatan organ intim. Ditambah kondisi lingkungan sehari-hari para santri yang bisa jadi kurang terjaga kebersihannya serta gaya hidup yang kurang sehat.

Ilustrasi santriwati. ANTARA

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (Institut PTIQ), Nur Rofiah mengatakan, menyayangkan belum adanya mata pelajaran tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual di pondok pesantren sebagaimana siswa di sekolah umum mempelajari anatomi tubuh dalam mata pelajaran biologi. Dia berharap pemilik dan pengasuh pondok pesantren dapat memanfaatkan era kebabasan informasi untuk menambah ilmu tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual bagi santri dan santriwati.

“Pemimpin dan pengasuh pondok pesantren bisa bekerja sama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat yang fokus di bidang itu,” kata dia Nur Rofiah yang kerap memberikan kajian gender Islam. Pondok pesantren sebagai tempat pendidikan, dia menambahkan, sangat strategis untuk menciptakan efek domino tentang pemahaman kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual. “Mengajarkan ilmu ini kepada santri dan santriwati bisa menyadarkan ribuan generasi muda serta masyarakat.”

Berdasarkan catatan Kementerian Agama, saat ini ada sekitar 5,2 juta santri dan wantriwati yang tersebar di 28,2 ribu pesantren di seluruh Indonesia. Tidak semua pondok pesantren mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan secara khusus kepada para santri dan santriwati. Para guru umumnya hanya menyinggung perihal reproduksi yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam dalam mata pelajaran fikih.

Berita terkait

Psikolog Sebut Pentingnya Pendidikan Seksual pada Anak di Era Digital

7 hari lalu

Psikolog Sebut Pentingnya Pendidikan Seksual pada Anak di Era Digital

Peran orang tua sangat penting untuk membuka informasi mengenai kesehatan dan pendidikan seksual kepada anak, khususnya anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

10 hari lalu

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.

Baca Selengkapnya

Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

10 hari lalu

Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

Muh Anwar, kiai abal-abal Yayasan Islam Nuril Anwar serta Pesantren Hidayatul Hikmah Almurtadho divonis penjara 15 tahun kasus pemerkosaan santri.

Baca Selengkapnya

56 Siswa SMK Ini Jalani Program Backpacker dari Sekolahnya ke 20 Negara

25 hari lalu

56 Siswa SMK Ini Jalani Program Backpacker dari Sekolahnya ke 20 Negara

Selain mencari pengalaman dan ilmu di kampus-kampus tujuan, siswa santri ini juga membagikan ilmu dan pengetahuan di bidang teknologi informasi.

Baca Selengkapnya

Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

31 hari lalu

Kiai Abal-Abal Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Santri di Semarang Dituntut 15 Tahun Penjara

Bayu Aji Anwari, pimpinan Yayasan Islam Nuril Anwar Kota Semarang dituntut 15 tahun penjara. Didakwa melakukan kekerasan seksual terhadap 6 santri.

Baca Selengkapnya

Motif Penganiayaan Santri hingga Tewas di Jambi, Pelaku Ditagih Utang Rp 10 Ribu

35 hari lalu

Motif Penganiayaan Santri hingga Tewas di Jambi, Pelaku Ditagih Utang Rp 10 Ribu

Polda Jambi akirnya mengungkap motif penganiayaan yang menewaskan AH, 13 tahun, santri di salah satu ponpes di Kabupaten Tebo.

Baca Selengkapnya

Pimpinan Pesantren di Trenggalek dan Anaknya Mengaku Cabuli Santriwati Sejak 2021

36 hari lalu

Pimpinan Pesantren di Trenggalek dan Anaknya Mengaku Cabuli Santriwati Sejak 2021

Polisi menetapkan bapak dan anak pengasuh pondok pesantren di Trenggalek sebagai tersangka pencabulan

Baca Selengkapnya

Santri Tewas di Jambi, Polres Tebo Tangkap Dua Kakak Kelas Korban

36 hari lalu

Santri Tewas di Jambi, Polres Tebo Tangkap Dua Kakak Kelas Korban

Polres Tebo, Jambi, menangkap terduga pelaku penyebab kematian santri berinsial AH, 13 tahun, di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes).

Baca Selengkapnya

Polda Jambi Jamin Penyelidikan Kasus Kematian Santri di Tebo Berlanjut, Gelar Perkara Dilakukan Pekan ini

41 hari lalu

Polda Jambi Jamin Penyelidikan Kasus Kematian Santri di Tebo Berlanjut, Gelar Perkara Dilakukan Pekan ini

Kasus kematian santri di salah satu Pondok Pesantren di Tebo Jambi ini sempat mandek, hingga viral lagi setelah dibawa ke Hotman Paris.

Baca Selengkapnya

Disinggung Hotman Paris, Kasus Santri Tewas di Jambi yang Sempat Mandek Berlanjut

42 hari lalu

Disinggung Hotman Paris, Kasus Santri Tewas di Jambi yang Sempat Mandek Berlanjut

Polda Jambi menyatakan penyelidikan kasus kematian seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Tebo terus berlanjut.

Baca Selengkapnya