Puasa di Tengah Corona, Tingkatkan Daya Tahan Tubuh dengan Ini

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Rabu, 29 April 2020 04:25 WIB

Ilustrasi puasa ramadan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Ramadan pada tahun 2020 ini adalah bulan untuk menjalankan ibadah puasa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak masyarakat yang khawatir akan daya tahan tubuh yang menurun sehingga risiko terpapar virus corona alias Covid-19 lebih besar.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Group Tangerang, Vivien Maryam terdapat beberapa prinsip puasa yang perlu kita ketahui bersama. Pertama, puasa hanya menggeser jam makan dan minum. Jadi, kebutuhan makan dan minum selama puasa harus terbayar pada waktu kita tidak berpuasa. "Prinsip kedua dalam keadaan puasa yaitu kita butuh asupan gizi, nutrisi, dan cairan yang seimbang selama menjalani ibadah puasa,” kata Vivien Maryam.

Pada dasarnya, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir akan imunitas tubuh yang menurun ketika puasa di tengah Covid-19 ini. Menurut Vivien Maryam, pada dasarnya proses puasa adalah proses mengistirahatkan organ terutama organ pencernaan dan regenerasi sel yang dapat meningkatkan imunitas tubuh untuk pertahanan tubuh terhadap berbagai jenis virus atau kuman penyakit. Ketika berpuasa, umat muslim dilarang makan dan minum selama kurang lebih 13 jam. Selama kurun waktu tersebut, sistem pencernaan diistirahatkan dan sel-sel tubuh mengalami regenerasi. Saat puasa, sistem pencernaan yang sebelumnya bekerja terus menerus selama 11 bulan akan beristirahat. Pada waktu istirahat tersebut, sel-sel tubuh akan memperbaiki diri.

Pada saat berpuasa, Hematopoietik (proses pembentukan komponen sel darah) akan bekerja dengan cara mengeluarkan sel-sel imunitas tubuh lebih baik seperti sel limfosit T dan sel limfosit B untuk pertahanan tubuh. Sel limfosit T dan sel limfosit B tersebut dapat menghasilkan antibodi untuk melawan berbagai virus atau kuman yang masuk.

Menurut Vivien Maryam jika berbicara keterkaitan Covid-19 dengan kondisi tubuh saat puasa sebenarnya kembali ke faktor imunitas tubuh dan pekerjaan seseorang. Seseorang akan lebih berpotensi terinfeksi Covid-19 jika memiliki komorbid seperti diabetes, asma, penyakit autoimun, atau penyakit lain yang mengharuskan seseorang untuk mengkonsumsi obat penekan imun. Selain itu, potensi terinfeksi juga dihadapi oleh tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan di rumah sakit terutama yang merawat pasien Covid-19.

Advertising
Advertising

Hal yang penting adalah jaga imunitas tubuh dengan cara makan bernutrisi tinggi, banyak minum, dan istirahat yang cukup. Selama daya tahan tubuh kuat, maka tubuh dapat melawan berbagai macam virus atau kuman. "Asupan gizi selama puasa juga harus seimbang,” ujar Vivien Maryam. Puasa diwajibkan hanya untuk orang sehat, tetapi terdapat pertimbangan lain terhadap kewajiban puasa jika seseorang menderita suatu penyakit ditengah kondisi pandemi Covid-10 seperti ini.

Vivien Maryam menambahkan bahwa jika saat puasa kita merasa lemas atau dehidrasi, berarti kita harus meninjau ulang asupan gizi dan cairan yang kita peroleh ketika sedang berbuka (mulai dari magrib hingga imsak). Lemas dapat terjadi karena dehidrasi ringan dan penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) dalam tubuh. Dehidrasi dapat membuat seseorang jadi mengantuk, kurang berkonsentrasi karena sel tubuh kekurangan cairan, serta kondisi kadar gula dalam darah berada di bawah kondisi normal alias hipoglikemia.

Untuk menghindari lemas dan agar tetap bugar selama menjalankan ibadah puasa, setiap manusia membutuhkan minimal 2 liter air putih dalam sehari. Kebutuhan cairan tersebut dapat terpenuhi ketika puasa dengan memaksimalkan untuk minum air putih 8 – 10 gelas selama waktu tidak sedang berpuasa yaitu mulai magrib hingga imsak. Kebutuhan cairan tersebut bisa dibagi dengan rumus 2-3-3 yaitu 2 gelas saat berbuka; 3 gelas malam hari masing-masing setelah Isya, salat tarawih, dan sebelum tidur; dan 3 gelas saat sahur. “Hindari makanan yang dapat membuat dehidrasi seperti makanan yang tinggi garam serta hindari kopi, alkohol, dan soda. Jangan lupa untuk perbanyak makan-makanan yang memiliki banyak kandungan air seperti sayur, timun, tomat dan buah-buahan,” ujar Vivien Maryam.

Vivien pun menyarankan agar selama melakukan ibadah puasa, hindari pekerjaan yang menggunakan energi besar, terutama pada siang hari. Jika ingin berolahraga, sebaiknya lakukan olahraga pada sore hari menjelang buka puasa dengan olahraga ringan atau boleh dilakukan setelah berbuka. “Jangan lupa untuk tetap berjemur 15-20 menit diantara jam 9 hingga 10 pagi karena tubuh manusia membutuhkan ultraviolet untuk membentuk vitamin D3,” ujarnya.

Upayakan untuk memiliki waktu tidur yang cukup yaitu 8 jam sehari. Jika di tempat kerja memungkinkan Anda bisa tidur siang saat istirahat atau bekerja dalam kondisi social distancing, upayakan tidur siang tidak lebih dari 1 jam. Waktu tidur yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan daya memori serta membuat jantung menjadi lebih fit.

“Jangan tidur sesaat setelah makan. Hal tersebut bisa menimbulkan GERD (gastroesofageal refluks disease). Makanan yang sudah tertelan masuk ke lambung akan kembali ke saluran esofagus jika kita dalam posisi terbaring sesaat setelah makan. Hal tersebut dapat mengakibatkan heart burn yaitu rasa panas di dada akibat asam lambung yang naik ke wilayah esofagus dan bahkan dapat menyebabkan tenggorokan kering dan serak akibat asam lambung. Jika ingin tidur setelah makan, sebaiknya lakukan 2 jam setelah makan," ujarnya.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

12 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

18 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya