Tangani Pasien Corona, Tenaga Medis Rentan Alami Psikosomatik

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Kamis, 30 April 2020 19:45 WIB

Tenaga medis mengenakan face shield buatan Creativelab yang didonasikan saat wabah COVID-19 di Rumah Sakit di Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Kredit: ANTARA/HO-Creativelab

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam Rudi Putranto mengatakan para tenaga medis yang sedang menangani pasien virus corona alias COVID-19 juga berpotensi mengalami psikosomatik atau kondisi gangguan ketika pikiran mempengaruhi tubuh.

"Para pekerja medis, hal ini bisa terjadi. Apalagi kalau beban kerjanya tinggi. Sehingga perlu kerja sama yang baik dengan manajemen rumah sakit guna menghindarinya," kata dia melalui konferensi video yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) di Jakarta, Kamis 20 Kamis 2020.

Ia mengatakan, hal tersebut perlu diperhatikan sebab bisa memengaruhi pengelolaan tenaga medis kepada pasien. Apalagi dokter, perawat dan sebagainya selalu menggunakan baju hazmat saat bekerja sehingga komunikasi tidak bisa begitu baik dengan pasien.

Kondisi psikosomatik dapat disebabkan oleh berbagai hal di antaranya beredarnya berbagai informasi tidak pasti terkait COVID-19 hingga cemas berlebihan dari pasien hingga memengaruhi psikis.

Sebagai contoh, setiap hari masyarakat disajikan dengan berbagai data tentang perkembangan COVID-19 mulai dari pasien positif, meninggal hingga adanya pasien yang kabur dari rumah sakit. "Hal ini akan memengaruhi, bukan hanya masyarakat tapi juga tenaga medis," katanya.

Advertising
Advertising

Berdasarkan hasil survei di Cina dengan melibatkan 52.730 ribu responden di 36 provinsi menujukkan bahwa 35 persen masyarakat mengalami distres sikologis termasuk depresi. Dari jumlah itu kaum perempuan lebih banyak mengalaminya dibandingkan laki-laki.

Kemudian terkait rentang umur yang terdampak kondisi ini didominasi oleh usia 18 hingga 30 tahun atau generasi milenial yang aktif serta usia di atas 60 tahun atau lanjut usia.

Tidak hanya di Cina, kata Rudi, kondisi hampir sama juga terjadi pada salah seorang pasien perempuan usia 27 di sebuah rumah sakit Tanah Air yang mengalami demam, batuk dan sesak napas. Selama dirawat, pasien itu sering menangis karena teringat anaknya yang masih kecil. "Pasien dirawat karena PDP. Ternyata pasien juga ada penyakit lain sehingga memperberat gangguan psikis pasien," katanya.

Oleh sebab itu, perlu diingat psikosomatik tidak hanya terjadi pada pasien namun juga dapat dialami oleh tenaga medis. Sebagai contoh kasus bunuh diri di Amerika Serikat.

Secara umum terdapat beberapa penyebab stres pada tenaga kesehatan di antaranya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), risiko tertular, masalah klinis kompleks, masalah pribadi serta stigma.

Berita terkait

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

51 hari lalu

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

Setidaknya ada 731 tenaga medis meninggal saat bertugas pandemi Covid-19, sekitar 4 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Massa dari Berbagai Organisasi Profesi Turun ke Jalan Tolak RUU Kesehatan

5 Juni 2023

Massa dari Berbagai Organisasi Profesi Turun ke Jalan Tolak RUU Kesehatan

Massa dari berbagai organisasi profesi yang berunjuk rasa di Gedung DPR hari ini menolak pembahasan RUU Kesehatan di DPR.

Baca Selengkapnya

Alasan Dokter Enggan Ditugaskan di Daerah Terpencil

25 Mei 2023

Alasan Dokter Enggan Ditugaskan di Daerah Terpencil

Ketua umum PB-IDI menyebut sejumlah alasan dokter enggan bekerja di wilayah pedesaan dan terpencil sehingga berdampak pada layanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Pemicu Banyak Negara Kekurangan Tenaga Kesehatan

29 April 2023

Pemicu Banyak Negara Kekurangan Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang kurang menjadi masalah berbagai negara di dunia, bukan hanya di Indonesia. Ini sebabnya.

Baca Selengkapnya

IDI Minta Pembahasan RUU Kesehatan Disetop, Ini Alasannya

10 April 2023

IDI Minta Pembahasan RUU Kesehatan Disetop, Ini Alasannya

IDI mendesak pembahasan RUU Kesehatan disetop karena alasan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dan tenaga medis.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Luncurkan SATUSEHAT, Pangkas Pelaporan Kesehatan dari Puskesmas

28 Februari 2023

Kemenkes Luncurkan SATUSEHAT, Pangkas Pelaporan Kesehatan dari Puskesmas

SATUSEHAT adalah salah satu cara Kemenkes mengintegrasikan data rekam medis pasien ke dalam satu platform Indonesia Health Services.

Baca Selengkapnya

Konser Dewa 19 di JIS, 170 Tenaga Medis dan 10 Ambulans Disiapkan

4 Februari 2023

Konser Dewa 19 di JIS, 170 Tenaga Medis dan 10 Ambulans Disiapkan

Konser Dewa 19 di JIS akan dimulai pukul 17.00 hingga 23.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Meski Dilarang PBB, Tenaga Medis asal Korea Utara Mulai Bekerja di RS Libya

15 Januari 2023

Meski Dilarang PBB, Tenaga Medis asal Korea Utara Mulai Bekerja di RS Libya

Penempatan mereka di Libya melanggar resolusi PBB yang berlaku pada 2019, yang melarang pekerja Korea Utara bekerja di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Berhenti Beroperasi Mulai Hari Ini, Begini Kondisi Terkini RSDC Wisma Atlet Kemayoran

31 Desember 2022

Berhenti Beroperasi Mulai Hari Ini, Begini Kondisi Terkini RSDC Wisma Atlet Kemayoran

Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran resmi ditutup bertahap mulai hari ini, Sabtu, 31, Desember 2022.

Baca Selengkapnya

BRIN Luncurkan Teknologi Pengenalan Wicara untuk Pendiktean Medis

29 November 2022

BRIN Luncurkan Teknologi Pengenalan Wicara untuk Pendiktean Medis

Untuk mendorong transformasi digital layanan kesehatan di rumah sakit seluruh Indonesia, BRIN telah melakukan kerja sama lisensi dengan mitra.

Baca Selengkapnya