Kenali Gejala Mata Kering Tanda Sjogren Syndrome

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 7 Agustus 2020 10:05 WIB

Ilustrasi mata sipit. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah mata Anda kering namun tak kunjung sembuh sehingga harus terus menerus ditetesi obat tetes? Gejala mata kering bisa menjadi salah satu tanda seseorang terkena penyakit autoimun Sjogren’s syndrome.

Dokter dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM/RSUI, Alvina Widhani mengatakan Sjogren’s syndrome bisa mengenai kelenjar air mata, air liur sehingga membuatnya tak berfungsi baik. "Sifatnya kronik, bisa terjadi jangka panjang, sistemik seperti lupus, bisa mengenai kelenjar air liur atau kelenjar air mata sehingga tidak berfungsi dengan baik, akibanya keluhan mata kering, mulut kering," kata dia dalam webinar "Kenali Sjogren’s Syndrome: Penyakit Autoimmune Yang Sering Tidak Terdiagnosis", Kamis 7 Agustus 2020.

Penyakit autoimun yang juga bisa mengenai luar kelenjar seperti saraf, paru, ginjal dan berbagai organ lain ini kebanyakan dialami para perempuan berusia di atas 40 tahun. Walau tak menutup kemungkinan perempuan di bawah atau di atas usia itu bisa juga terkena.

Hanya saja, mata kering bisa merujuk pada masalah kesehatan lain seperti alergi atau bahkan faktor usia bertambah sehingga seringkali diagnosis jika memang itu karena Sjogren’s syndrome terlambat.

Lalu bagaimana mengenali mata kering karena Sjogren’s syndrome?

Advertising
Advertising

Penderita bisa merasakan matanya perih, seperti terbakar, gatal terutama usai menatap layar komputer sehingga harus meneteskan obat tetes mata. Penggunaan obat ini salah satunya berarti mata kering.

Tak hanya mata kering, ada juga penderita yang mengalami mulut kering, sulit menelan makanan kering atau sulit menelan makanan tanpa air, perubahan pengecap, ada jamur di mulut, batuk kering, vagina kering, mudah lelah, nyeri sendi hingga gangguan kognitif.

Yennel S. Suzia asal Bekasi, Jawa Barat yang kini penyintas Sjogren’s syndrome mengungkapkan, sempat sulit menelan. Dia harus menyendokkan makanan sedikit demi sedikit ke mulutnya, atau menyambinya dengan meminum air.

Dia juga mudah merasa lelah, nyeri bahkan pernah pingsan dan lumpuh sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan selama sekitar 50 hari. "Sampai terdiagnosis membutuhkan waktu dua tahun. Kalau makan harus hati-hati, tidak bisa banyak-banyak, setengah sendok diselingi minum air," ungkap dia yang mengalami gejala pada tahun 2012, saat usianya 57 tahun itu.

Mengenai hal ini, Alvina menuturkan, gejala yang dialami Yennel termasuk lengkap dan berada di luar kelenjar dengan keluhan sistemik termasuk lelah. "Tidak hanya mata kering, gangguan saraf bisa ditemui pada orang yang sama, tetapi tidak ada penyakit penyerta lain semisal diabetes, usia (perempuan) belum berusia terlalu tua, bisa dipikirkan jangan-jangan ada penyakit Sjogren’s syndrome," kata Alvina.

Menurut Alvina, ada berbagai faktor berperan mencetuskan Sjogren’s syndrome antara lain genetika, lingkungan dan hormon. Dengan kata lain, Sjogren’s syndrome tak akan serta merta muncul tanpa ada faktor pencetus.

Faktor lingkungan bisa berupa infeksi virus, penggunaan bahan seperti silikon, polusi hingga ketidakseimbangan mikrobiota di saluran cerna sehingga menyebabkan gangguan kekebalan tubuh. (Faktor lainnya) stres cukup berat dan lama lalu hormon. Peran estrogen menurun di usia di atas 40 tahun, lalu defiensi vitamin D, kalau rendah perlu diperbaiki dengan asupan makanan, paparan matahari atau suplementasi (jika tak cukup dari makanan dan sinar matahari)," kata Alvina.

Bagaimana diagnosisnya?

Alvina mengatakan, dokter akan berpegang pada identifikasi sesuai gejala, lalu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari gejala yang ditemukan. Dokter juga akan mengonfirmasi benar tidaknya ada mata kering melalui tes Schirmer, lalu tes produksi saliva untuk mengetahui produksi air liur berkurang sehingga mulut penderita menjadi kering. Lalu pemeriksaan darah untuk melihat adanya kelainan sel darah merah dan putih dan untuk spesifik Sjogren’s syndrome umumnya dilakukan pemeriksaan antinuclear antibody (ANA).

Berita terkait

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

18 jam lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

6 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

7 hari lalu

Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak

Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya alergi pada anak selain alergen, termasuk ras dan keturunan.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

7 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Gejala Rinitis Alergi pada Anak yang Perlu Dikenali Orang Tua

7 hari lalu

Gejala Rinitis Alergi pada Anak yang Perlu Dikenali Orang Tua

Kenali empat gejala khas rinitis alergi yang terlihat pada anak, yakni bersin berulang, hidung gatal, hidung meler, dan hidung tersumbat.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

7 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

8 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

8 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

8 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

12 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya