Teknologi Digital Bantu Pasien TB RO Memantau Konsumsi Obat Berkala

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Kamis, 17 September 2020 23:36 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Di masa pandemi Covid-19, pasien tuberkulosis alias TBC semakin sulit mendapatkan pendampingan dalam pengobatan mereka. Maklum, pada masa wabah ini, ada beberapa orang yang takut untuk datang ke layanan kesehatan terdekat demi mendapatkan obat wajib mereka. Bila pengobatan TBC tidak dilakukan secara berkala dan sesuai jadwal, pasien akan resisten pada obat tuberkulosis (TB RO) dan kondisi pasien akan semakin parah.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030. Untuk mencapai target itu, semua orang harus bekerja sama melakukan aksi. Saat ini, kata Siti, pemerintah baru menemukan 564 ribu dari 845 ribu kasus TBC. Bahkan jumlah TBC RO pun meningkat. Ia pun mengajak para pihak untuk mengevaluasi upaya dan mengejar eliminasi TBC 2030. "Sejak pandemi, Subdit TB sudah mengeluarkan protokol supaya layanan TBC terus berjalan. Obat dapat diberikan dalam interval waktu yang lebih lama untuk mengurangi kontak fisik di layanan tetapi tentu ada tantangan dalam akses pendampingan secara virtual karena akses. Kolaborasi ini adalah terobosan untuk mendukung ketaatan pengobatan pasien TBC RO di masa pandemi,” katanya pada 16 September 2020.

Pada tahun 2018, dunia menanggung beban 10 juta orang jatuh sakit TBC dan Indonesia, menurtu data WHO pada 2018, berkontribusi sekitar 10 persen dari beban tersebut atau berjumlah 845 ribu. Situasi tersebut semakin berat, ketika lebih dari 200 negara di dunia dan termasuk Indonesia terimbas pandemi Covid-19. Informasi yang dilansir di covid.19.go.id menunjukkan setiap hari jumlah orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia terus meningkat.

Peningkatan tersebut berdampak pada kemampuan sumber daya kesehatan untuk penanggulangan penyakit lainnya. Salah satu dampaknya pada penanggulangan TBC adalah dalam memastikan pasien berobat sampai tuntas. Stop TB Partnership Indonesia (STPI) memberikan dukungan hibah smartphone untuk 200 pasien dan 20 pendamping pasien TBC RO melalui perkumpulan organisasi pasien TBC atau POP TB Indonesia yang berkolaborasi dengan Lembaga Kesehatan Nahdhatul Ulama (LKNU) dalam membangun program penguatan pendampingan pasien TBC RO secara virtual di masa pandemi Covid-19.

Dalam pembukaan ‘Kick-Off Program Penguatan Pemantauan Kepatuhan Pengobatan Pasien TBC RO’, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia, Heny Akhmad mengatakan keberhasilan pengobatan TBC RO saat ini berada 50 persen. Jumlah itu beresiko menurun jika pasien putus pengobatan di masa pandemi karena tidak menerima dukungan psikososial. "Mereka yang putus pengobatan juga dapat menjadi sakit XDR-TB yang lebih sulit diobati. Kolaborasi ini merupakan wujud solidaritas antar organisasi masyarakat sipil kepada masyarakat yang terdampak TBC RO di Indonesia,” kata Heny.

Advertising
Advertising

Kepala Subdirektorat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan di Indonesia, ada 23 ribu pasien TBC RO baru setiap tahun. Tetapi baru setengahnya ditemukan. Bahkan, jumlahnya yang memulai pengobatan jauh lebih sedikit lagi. Di masa pandemi ini, ada 91 pasien TBC sedang dirawat karena COVID-19. Dari informasi di tingkat provinsi, diketahui 35 pasien TBC meninggal karena COVID-19. "Perpres TBC yang sedang disiapkan dengan peningkatan anggaran untuk TBC di 2021. Kita harus berupaya menurunkan insiden dan kematian karena TBC meskipun pelayanan kesehatan sangat terdampak COVID-19. Sangat penting untuk memanfaatkan teknologi digital seperti aplikasi dalam memastikan pasien tetap berobat,” kata Imran.

Ketua POP TB Indonesia Budi Hermawan mengatakan teknologi smartphone diberikan dalam memantau pengobatan kasus pasien TBC ini. Kriteria penerima bantuan hibah smartphone ini adalah pasien TBC RO baru dan pasien yang tidak memilikki sarana yang sangat dibutuhkan di masa pandemi COVID-19. Kolaborasi ini diharapkan menjaga kepatuhan pasien berobat di masa pandemi COVID-19. Smartphone ini akan dipinjamkan kepada pasien dari organisasi pasien PETA (Jakarta), PANTER (Malang), TERJANG (Jawa Barat), dan REKAT (Surabaya). "Artinya, sarana ini adalah asset bersama komunitas pasien TBC RO. Dengan dukungan ini kami berharap menerima lebih banyak umpan balik dari pasien-pasien TBC RO tentang kendala mengakses layanan kesehatan melalui aplikasi OneImpact Sehat”, menurut

Senior Technical Advisor Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama Esty Febriani menyampaikan pentingnya umpan balik dari pasien untuk meningkatkan kualitas program TBC. Aplikasi OneImpact Sehat yang disediakan di smartphone akan digunakan sebagai wadah untuk mendengar tanggapan dari orang terdampak TBC. Hal ini agar kita dapat menanggapi kebutuhan pasien berdasarkan umpan balik mereka. "Ketika ada kendala-kendala di layanan atau pendampingan yang terekam di aplikasi, hasilnya dapat kita advokasi guna meningkatkan ketersediaan, akses, penerimaan, serta kualitas program TBC," kata Esty.

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

9 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Galaxy S24 Bantu Samsung Kembali ke Puncak Pasar Smartphone Global Awal 2024

1 hari lalu

Galaxy S24 Bantu Samsung Kembali ke Puncak Pasar Smartphone Global Awal 2024

Laporan terkini dari Canalys memperkirakan total 296,2 juta smartphone telah didistribusikan di dunia sepanjang kuartal pertama tahun ini.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Jatuh Bangun Konosuke Matsushita Dirikan Perusahaan Elektronik Panasonic 93 Tahun Lalu

5 hari lalu

Jatuh Bangun Konosuke Matsushita Dirikan Perusahaan Elektronik Panasonic 93 Tahun Lalu

Pada 35 tahun lalu, pengusaha Jepang Konosuke Matsushita pendiri Panasonic Corporation meninggal. Ini kisahnya membangun perusahaan elektronik itu.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

8 hari lalu

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC

Baca Selengkapnya

Google Luncurkan Patch Keamanan Terbaru, Sembuhkan Bug dan Error Kamera Pixel 8

9 hari lalu

Google Luncurkan Patch Keamanan Terbaru, Sembuhkan Bug dan Error Kamera Pixel 8

Google perbaiki patch keamanan Pixel 8. Perbaiki errorr kamera.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

9 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

10 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

10 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya