Peneliti Sebut Tak Ada Kaitan Masker dan Penumpukan Karbon Dioksida

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 3 Oktober 2020 18:57 WIB

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. REUTERS/Kim Hong-Ji

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menunjukkan masker bedah tidak menyebabkan penumpukan karbon dioksida atau membatasi oksigen pemakainya. Studi ini sekaligus mematahkan klaim dampak buruk dari pemakaian masker.

Studi tentang "Pengaruh Masker Wajah pada Pertukaran Gas pada Orang Sehat dan Pasien dengan COPD," yang diterbitkan dalam Annals of American Thoracic Society dilakukan setelah sekelompok penduduk Florida menentang aturan pemakaian masker. Alasannya, mengenakan masker dapat menyebabkan penumpukan terlalu banyak karbon dioksida.

Peneliti yang dipimpin oleh Dr. Michael Campos, ahli paru di Miami VA Medical Center dan Rumah Sakit Universitas Miami mengamati masalah dengan perubahan kadar oksigen atau kadar karbon dioksida pada individu sehat dan mereka yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sebelum dan saat memakai masker bedah. Studi kecil tersebut melibatkan 15 veteran militer dengan PPOK parah, masing-masing dengan fungsi paru-paru di bawah 50 persen dan 15 peserta yang sehat.

Semua peserta memakai masker selama 30 menit dan disuruh berjalan selama 6 menit sambil memakai masker bedah. Peneliti kemudian memberi setiap peserta tes darah dan menemukan tidak ada perbedaan dalam kadar oksigen atau karbon dioksida.

“Data ini menemukan bahwa pertukaran gas tidak dipengaruhi secara signifikan oleh penggunaan masker bedah, bahkan pada subjek dengan gangguan paru-paru yang parah,” kata Campos dalam penelitian tersebut.

Advertising
Advertising

Campos mengimbau penggunaan masker untuk mencegah infeksi virus corona sangat penting, terutama bagi penderita penyakit paru-paru, selain menjaga jarak sosial dan mencuci tangan untuk mengurangi penyebaran.

"Penting untuk menginformasikan kepada publik bahwa ketidaknyamanan yang terkait dengan penggunaan masker tidak boleh mengarah pada masalah keamanan yang tidak berdasar karena hal ini dapat melemahkan penerapan praktik yang terbukti meningkatkan kesehatan masyarakat," tulis para peneliti.

Sejumlah penelitian lain tentang virus corona baru menunjukkan penggunaan masker dapat membantu mencegah individu yang terinfeksi menyebarkan COVID-19 kepada orang lain serta melindungi mereka yang memakainya dari paparan virus. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit saat ini merekomendasikan orang memakai masker di depan umum dan ketika berada di sekitar orang yang tidak tinggal di rumah yang sama, menulis bahwa masker mencegah tetesan pernapasan seperti yang dihasilkan ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara agar tidak menyebar kepada orang lain, mengurangi potensi penyebaran COVID-19.

"Masker dengan katup atau ventilasi pernapasan tidak boleh dipakai," CDC menambahkan di situsnya.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

21 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya