Disiplin 3M, Kunci Tekan Penularan COVID-19
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Kamis, 15 Oktober 2020 20:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kedisiplinan masyarakat terhadap penegakan protokol kesehatan adalah kunci utama dalam menekan penularan COVID-19. Caranya tentu saja dengan #pakaimasker, selalu #jagajarak dan rajin #cucitangan.
Pendapat itu disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto.
“Paling depan adalah 3M karena penyebab penyakit menular yang bisa dicegah. Rute penularan dari saluran napas oleh karenanya yang dilindungi adalah pernapasan dengan masker,” kata Yurianto.
Yuri menjelaskan sinergi antara penanganan kesehatan di hulu dan hilir harus sama-sama kuat. Pada segi hulu, masyarakat harus dilibatkan secara aktif melalui pemberdayaan guna meningkatkan kesadaran akan kegiatan promotif preventif. Sementara pada bagian hilir, pemerintah menyiapkan sistem kesehatan yang terpadu guna mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien yang membutuhkan layanan kesehatan.
“Sisi hulu dari masyarakat adalah menerapkan 3M atau saya menyebutnya sekarang 3W, yakni wajib pakai masker, wajib menjaga jarak, dan wajib mencuci tangan pakai sabun. Kalau hulunya bobol, maka pemerintah mendahului dengan tracing yakni melacak kontak dekat yang positif, lalu setelah ditemukan dites, kalau membutuhkan perawatan maka di-treatment,” kata Yuri.
Dia menilai kasus terkonfirmasi saat ini adalah gambaran dari belum optimalnya penerapan 3M di seluruh tatanan kehidupan. Menurutnya masih banyak masyarakat yang enggan pakai masker, atau memakai masker dengan tidak tepat seperti meletakkannya di dagu serta tidak menutupi hidung dan mulut secara keseluruhan.
Dalam rangka kesiapsiagaan pemerintah mengantisipasi eskalasi pasien COVID-19 sebagai dampak dari belum masifnya penerapan protokol kesehatan, Kementerian Kesehatan terus berupaya menjaga dari segi hilir, yakni ketercukupan layanan di RS untuk pasien yang jatuh sakit. Selain itu juga meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang diukur dengan menggunakan angka kematian serta meningkatkan angka kesembuhan.
Pemerintah juga melakukan audit terhadap RS terkait masih tingginya kasus kematian dibandingkan rata-rata angka kematian dunia. Dari audit tersebut menunjukkan banyak RS yang diisi oleh pasien dengan gejala ringan.
“Kalau tanpa gejala bukan di RS, bisa ke pusat karantina milik pemda atau isolasi mandiri di rumah jika memungkinkan,” terangnya.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dalam upaya pengendalian COVID-19, Yuri menyebutkan fasilitas layanan kesehatan dan tenaga kesehatan tak luput dari perhatian pemerintah. Kendati COVID-19 mudah menular, ia berpendapat pada prinsipnya hampir semua virus bersifat self-limiting disease, yakni dapat sembuh dengan sendirinya.
Dia menyebut kunci agar pemulihan dapat berlangsung dengan cepat, yaitu dengan menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh. Obat-obatan tertentu hanya diberikan kepada pasien dengan penyakit penyerta (komorbid) untuk mengontrol penyakitnya.
Oleh karena itu, Yuri berharap pandemi COVID-19 dapat dijadikan sebagai momentum untuk meninggalkan pola hidup lama menjadi gaya hidup baru yang lebih sehat walaupun nanti vaksin definitif COVID-19 telah ditemukan.
“Vaksin hanya melindungi kita dari kemungkinan sakit tetapi tidak melindungi dari kemungkinan terpapar virus. Yang melindungi dari paparan adalah masker,” ucapnya.
*Konten ini merupakan kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.