Virus Corona Tak Aktif dalam 30 Detik dengan Obat Kumur, Benarkah?

Reporter

Bisnis.com

Rabu, 21 Oktober 2020 16:05 WIB

Ilustrasi - Inovasi minyak serai dan minyak jeruk purut jadi obat kumur. dok. KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian yang dilakukan di Sekolah Kedokteran Penn State di Amerika Serikat menemukan obat kumur dapat menonaktifkan virus corona. Berdasarkan penelitian yang hasilnya diterbitkan dalam Journal of Medical Virology, para peneliti menguji berbagai bilasan oral dan nasofaring yang termasuk larutan sampo bayi 1 persen, pembersih mulut peroksida, dan obat kumur untuk menentukan seberapa baik mereka menonaktifkan virus corona pada manusia.

Hasilnya, obat kumur efektif menonaktifkan lebih dari 99,9 persen virus hanya dalam waktu 30 detik. Lebih khusus lagi, para peneliti menggunakan tes untuk mereplikasi interaksi virus di rongga hidung dan mulut dengan kumur dan obat kumur karena rongga hidung dan mulut dianggap sebagai titik masuk utama masuknya virus corona pada manusia.

Meskipun para peneliti tidak secara khusus menguji virus penyebab Covid-19 itu dalam penelitian tersebut, virus baru secara genetik mirip dengan virus corona manusia lain yang diuji membuat para peneliti berhipotesis hasilnya akan serupa. Dalam penelitian ini, jenis virus corona manusia dicampur dengan larutan sampo bayi, berbagai obat kumur antiseptik peroksida, dan berbagai merek obat kumur sehingga larutan dapat berinteraksi dengan virus untuk waktu yang berbeda, termasuk 30 detik, 1 menit, dan 2 menit. Solusinya kemudian diencerkan untuk mencegah inaktivasi virus lebih lanjut.

Untuk mengukur seberapa banyak virus yang dinonaktifkan, para peneliti menempatkan larutan yang diencerkan dalam kontak dengan sel manusia yang dikultur. Mereka menghitung berapa banyak sel yang tetap hidup setelah beberapa hari terpapar larutan virus dan menggunakan jumlah itu untuk menghitung jumlah virus corona pada manusia yang dinonaktifkan akibat paparan obat kumur atau obat kumur yang diuji.

Penulis utama studi, Craig Meyers, seorang profesor terkemuka mikrobiologi dan imunologi serta kebidanan dan ginekologi mengatakan hasil menunjukkan jumlah virus di mulut orang yang terinfeksi dapat dikurangi dengan menggunakan produk yang dijual bebas ini.

Advertising
Advertising

"Sementara kami menunggu vaksin dikembangkan, metode untuk mengurangi penularan dibutuhkan. Produk yang kami uji sudah tersedia dan sering kali sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari," kata Meyers, seperti dilansir dari Fox News.

Temuan tim mendukung penelitian sebelumnya yang juga melihat bagaimana obat kumur dapat mengurangi jumlah virus pada manusia. Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Function pada Mei 2020 juga menyimpulkan obat kumur dapat berperan dalam mencegah penularan virus corona baru.

Selain itu, studi yang lebih baru yang diterbitkan dalam The Journal of Infectious Diseases sampai pada kesimpulan serupa. Meyers mengatakan penemuannya menambah penelitian ini, mencatat bahwa timnya mengevaluasi selama waktu kontak yang lebih lama, selain mempelajari produk yang dijual bebas dan pembilas hidung yang tidak dievaluasi dalam penelitian lain.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya