Pentingnya Konsistensi Sosialisasi agar Masyarakat Patuh Protokol Kesehatan

Reporter

Antara

Sabtu, 21 November 2020 17:30 WIB

Ilustrasi anak mencuci tangan/UNICEF

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, mengatakan semua pihak harus konsisten melakukan sosialisasi protokol kesehatan agar masyarakat semakin ketat #jagajarak, #cucitangan, dan #pakaimasker.

"Bicara soal sosialisasi kita tidak boleh berhenti begitu saja apapun yang terjadi," kata Devie.

Hal itu penting dilakukan untuk memberikan pengertian bahwa pandemi COVID-19 masih berlangsung dan sejauh ini satu-satunya cara untuk mencegah penularan adalah dengan melakukan 3M secara ketat. Menurut akademisi di Program Vokasi UI itu, dalam studi yang dilakukan timnya pada awal pandemi di Indonesia pada Maret 2020, terjadi kecenderungan masyarakat menghindari informasi COVID-19 karena takut penyakit yang menyerang pernapasan itu.

Tapi, menurut studi yang belum dipublikasi itu, memasuki tujuh bulan masa pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah, kegigihan pemerintah dibantu berbagai pihak, seperti media dan gerakan sipil, membuat masyarakat akhirnya mulai sadar keberadaan COVID-19 di tengah gempuran hoaks soal penyakit itu.

"Memang diperlukan konsistensi, tidak peduli apapun yang terjadi dan isu-isu besar apapun," kata Direktur Kemahasiswaan UI itu.

Advertising
Advertising

Menanggapi masih ada segmen masyarakat yang percaya tidak mungkin tidak tertular, Devie mengatakan dalam berbagai perubahan sosial memang beberapa persen segmen masyarakat tidak mengikuti perubahan. Namun, lebih banyak masyarakat yang mengikuti ketentuan, seperti yang dilakukan sebagian besar masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

"Terlepas dari kondisi apapun, gempuran hoaks yang luar biasa, upaya untuk terus menyosialisasikan (protokol kesehatan) tetap menjadi sesuatu yang tidak boleh kita kendurkan semangatnya," tegas Devie.

Sebelumnya, dalam survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 90.967 orang pada 7-14 September 2020, ditemukan 17 persen responden yang yakin tidak mungkin atau sangat tidak mungkin tertular COVID-19.

*Artikel ini merupakan kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya