5 Gejala Serius Virus Corona yang Membutuhkan Pertolongan Medis

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 29 Desember 2020 11:30 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar mengingatkan varian baru virus corona tampaknya tidak lebih berbahaya daripada mutasi sebelumnya, tetapi secara signifikan lebih menular. Untuk menghindari risiko, sangat penting untuk menanggapi tanda peringatan Covid-19 yang muncul.

Sepanjang pandemi berlangsung, lembaga-lembaga kesehatan telah menyesuaikan daftar kemungkinan tanda peringatan virus corona dengan adanya bukti-bukti baru. Diketahui, virus corona memiliki berbagai gejala yang dialami oleh pasien.

Dilansir dari Express UK, selain gejala utama, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menerbitkan lima tanda peringatan darurat Covid-19. Jika seseorang menunjukkan salah satu dari tanda ini, lembaga itu mendesak mereka segera mencari perawatan medis.

Kelima tanda yang diumumkan oleh CDC adalah kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada, kebingungan yang muncul tiba-tiba, ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga, dan bibir atau wajah kebiruan.

“Daftar ini tidak semuanya merupakan gejala yang mungkin menyebabkan keparahan penyakit. Hubungi fasilitas medis untuk gejala lain yang parah atau gejala lain yang mengkhawatirkan,” kata CDC dalam keterangannya.

Advertising
Advertising

Sementara itu, terkait dengan mutasi virus corona, penelitian belum sepenuhnya menetapkan sifat mutasi strain baru tersebut. Tetapi data awal menunjukkan varian anyar ini jauh lebih mungkin ditularkan daripada mutasi sebelumnya.

London School of Hygiene and Tropical Medicine melaporkan varian tersebut 56 persen lebih dapat ditularkan daripada jenis lain. Ini kemungkinan akan menyebabkan tingkat rawat inap dan kematian yang lebih tinggi pada tahun depan.

Data lain yang disampaikan oleh pemerintah Inggris sebelumnya menyatakan varian mutasi tampaknya sekitar 70 persen lebih menular. Kendati tidak lebih berbahaya, hampir pasti varian ini lebih cepat menyebar.

Adapun, Dewan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) mengatakan cara pengendalian virus ini masih sama apapun variannya. Virus tidak akan menyebar jika orang menghindari kontak dekat dengan orang lain. Mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak masih merupakan cara yang efektif.

"Saat ini kami tidak memiliki bukti varian tersebut lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian, tetapi kami melanjutkan penyelidikan untuk memahami hal ini dengan lebih baik," kata PHE.

*Artikel ini merupakan kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

23 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya