Benarkah Vitamin C Tak Efektif Kurangi Gejala Covid-19?

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 13 Februari 2021 19:15 WIB

Ilustrasi vitamin C (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian baru-baru ini menemukan seng dan vitamin C tidak membuat perbedaan signifikan dalam mengurangi durasi gejala Covid-19. Hal tersebut merupakan hasil temuan studi oleh Cleveland yang diterbitkan di jurnal JAMA Network terhadap 214 pasien Covid-19 yang diberi 50 miligram seng dan 8.000 miligram vitamin C selama 10 hari.

Pasien itu rata-rata berusia sekitar 45 tahun. Mereka menjawab survei virtual tentang gejala virus, efek samping, rawat inap, dan pengobatan lain. Peneliti menyebut data menunjukkan sebagian besar pasien mengalami gejala ringan dengan sedikit yang menderita kasus parah.

Dilaporkan pasien mencapai penurunan gejala 50 persen setelah 6,7 hari dengan perawatan biasa, 5,5 hari jika diobati dengan vitamin C, 5,9 hari dengan seng, dan 5,5 hari untuk pengobatan kombinasi.

“Temuan ini memberi kesan pengobatan dengan seng, asam askorbat, atau keduanya tidak mempengaruhi gejala virus corona baru,” catat para penulis, seperti dikutip Fox News.

Peneliti mengakhiri uji coba lebih awal karena suplemen tidak berpengaruh terhadap gejala. Mereka mencatat empat peristiwa serius, termasuk tiga kematian akibat Covid-19 yang diyakini tidak terkait dengan pengobatan. Mereka juga mengatakan ada bukti yang tidak konsisten untuk seng dan vitamin C sebagai pengobatan yang bermanfaat untuk masuk angin.

Advertising
Advertising

Penulis studi Cleveland Clinic mencatat seng membantu sel melawan infeksi dan meningkatkan sistem kekebalan. Sementara vitamin C adalah antioksidan yang mungkin berperan dalam respons kekebalan. Kendati demikian, peran vitamin C dan seng dalam mengobati penyakit dari virus corona masih kurang jelas berdasarkan bukti yang ada.

“Seng glukonat dosis tinggi, asam askorbat, atau kedua suplemen tidak mengurangi gejala Covid-19. Sebagian besar konsumen asam askorbat dan seng mengonsumsi suplemen ini dengan dosis yang lebih rendah, padahal dosis tingginya pun menunjukkan kurangnya kemanjuran,” tulis peneliti.

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Dilakukan Pasien Covid-19 untuk Pulihkan Kondisi Psikologis

Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti kurangnya kelompok plasebo dan desain tabel terbuka, yang berarti pasien mengetahui pengobatan apa yang diterima. Saat ini, penelitian lain di Cina dan Amerika Serikat sedang memeriksa apakah vitamin C dapat menurunkan kegagalan pernapasan pasien Covid-19.

Sejauh ini, vitamin D dan E disebut bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh. Seperti dilansir Times of India, vitamin D sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Selain memastikan tulang dan gigi yang kuat, vitamin itu juga membangun kekuatan otot dan meningkatkan fungsi sel-sel dalam tubuh.

Nutrisi yang juga dikenal sebagai vitamin sinar matahari itu telah diklaim oleh para ilmuwan dan profesional medis dapat menurunkan risiko terinfeksi virus corona baru. Namun, seseorang harus berhati-hati dan menghindari konsumsi yang terlalu banyak karena mungkin memiliki efek buruk pada kesehatan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, para peneliti menemukan bahwa sekitar 82,2 persen dari 216 pasien Covid-19 kekurangan vitamin D. Studi juga menyoroti prevalensi hipertensi dan penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi, yang menyebabkan masa tinggal di rumah sakit lebih lama.

Banyak penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh dapat mencegah virus corona memasuki sistem dalam tubuh dan juga dapat memastikan pemulihan yang lebih cepat pada pasien yang sudah mengidapnya. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Boston menekankan jumlah vitamin D yang cukup dapat mencegah kondisi pasien Covid-19 semakin memburuk dan juga mengurangi kebutuhan oksigen.

Berdasarkan laporan itu, hanya 9,7 persen orang yang berusia lebih dari 40 tahun dan kekurangan vitamin D menyerah pada virus, sementara 20 persen orang yang memiliki kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh menunjukkan pemulihan yang lebih cepat. Meskipun vitamin D dalam membangun respons kekebalan dan mencegah tubuh dari infeksi Covid-19 sangat penting, tapi asupan suplemen vitamin D yang berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Sesuai laporan National Health Services (NHS), mengonsumsi terlalu banyak suplemen dalam waktu singkat dapat menyebabkan hiperkalsemia, yang menggambarkan kondisi memiliki terlalu banyak kalsium dalam tubuh. Lantas, seberapa banyak vitamin D yang pas untuk tubuh?

NHS mengatakan untuk menghindari konsumsi lebih dari 100 mcg vitamin D dalam satu hari, baik itu orang dewasa atau anak-anak usia 11-17 tahun. Bagi kebanyakan orang, 10 mcg vitamin D sudah cukup. Konsumsi suplemen mungkin merupakan pilihan yang mudah, namun dianjurkan mengikuti cara yang lebih alami untuk mendapatkan vitamin D.

Berjemur di bawah sinar matahari atau konsumsi makanan kaya vitamin D selalu terbukti dan merupakan pilihan yang lebih baik. Satu hal yang pasti, sambil menunggu penelitian terbaru, di masa pandemi ini kita dituntut disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Semoga Anda tak bosan jika diingatkan pentingnya menjalankan 3M atau memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir, dan menjaga jarak. Begitu pula jika diingatkan soal 5M, yakni 3M di atas ditambah menghindari kerumunan dan mencegah mobilisasi dan interaksi untuk mencegah penularan Covid-19.

Berita terkait

Inilah 5 Makanan yang Meningkatkan Kolagen pada Kulit Secara Alami

10 jam lalu

Inilah 5 Makanan yang Meningkatkan Kolagen pada Kulit Secara Alami

Banyak yang belum menyadari pentingnya mengonsumsi makanan tinggi kolagen yang secara langsung dapat meningkatkan pembentukan kolagen pada kulit.

Baca Selengkapnya

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

1 hari lalu

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

Komedian Parto Patrio sedang menjalani pemulihan usai operasi batu ginjal. Lantas, apa yang menyebabkan dan tanda-tanda dari penyakit ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Defisiensi Vitamin D Tingkatkan Risiko Anak Terkena Eksim

4 hari lalu

Defisiensi Vitamin D Tingkatkan Risiko Anak Terkena Eksim

Studi menyebutkan kekurangan vitamin D sangat berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi sensitisasi alergen, yang berpotensi eksim

Baca Selengkapnya

Ahli Sarankan Pasien PCOS Konsumsi Vitamin D

5 hari lalu

Ahli Sarankan Pasien PCOS Konsumsi Vitamin D

Ahli menyebutkan mengonsumsi vitamin D dapat membantu meringankan gejala PCOS

Baca Selengkapnya

Kale Vs Bayam, Mana yang Lebih Sehat dan Bergizi?

6 hari lalu

Kale Vs Bayam, Mana yang Lebih Sehat dan Bergizi?

Sama-sama diklaim sayuran hijau yang bergizi tinggi, mana yang lebih baik, kale atau bayam? Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya