Perlunya Edukasi Psikologi di Masa Pandemi, Ini Sebabnya

Reporter

Antara

Senin, 8 Maret 2021 08:55 WIB

Ilustrasi perempuan stres/depresi. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Edukasi psikologi atau psikoedukasi dibutuhkan selama pandemi COVID-19. Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Kalimantan Selatan, Melinda Bahri, mengatakan pihaknya banyak melakukan psikoedukasi untuk membantu masyarakat menghadapi kecemasan selama pandemi COVID-19.

"Kita harapkan masyarakat bisa selfcare atau pemeliharaan terhadap diri sendiri. Untuk itulah psikoedukasi penting terus dilakukan, baik melalui flayer yang diposting di media sosial IPK maupun webinar," katanya.

Psikolog klinis RSUD dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin ini mengungkapkan sejak pandemi masalah psikologis yang banyak ditemui adalah kecemasan tertular COVID-19 dan kehilangan pekerjaan. Melalui psikoedukasi yang diartikan pemberian edukasi, seperti tata cara penyelesaian masalah sederhana, masyarakat dapat lebih kuat membentengi diri dari sisi psikologis dampak lebih buruk akibat situasi sulit saat ini.

"Pandemi telah berdampak ke segala sektor kehidupan dan ekonomi, jadi yang paling terpukul tentunya mayoritas dari masyarakat khawatir akan terganggu perekonomiannya, selain takut terhadap COVID-19 itu sendiri," jelasnya.

Melinda juga rajin membuat selebaran antistigma bagi tenaga kesehatan, pasien COVID-19, penyintas, dan keluarga pasien agar semua orang saling menguatkan, menghilangkan pikiran negatif yang justru bisa menjatuhkan.

Advertising
Advertising

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Dilakukan Pasien Covid-19 untuk Pulihkan Kondisi Psikologis

Seorang psikolog klinis, ungkap Melinda, memberikan pelayanan meliputi asesmen, penegakan diagnosa, dan intervensi yang berkaitan dengan masalah psikologis atau gangguan kejiwaan. Ia mengatakan sebenarnya tubuh manusia secara psikologis memiliki imun terhadap permasalahan yang selalu dihadapi manusia.

Individu akan mampu menyelesaikan sendiri permasalahan jika pemaknaan dirinya terhadap permasalahan tersebut ringan. Namun, saat masalah datang terus menerus dan kadar permasalahan menjadi sedang hingga berat, tentu psikis tidak sanggup menampung hingga pada akhirnya tingkat stres pun berubah dari ringan menjadi sedang ke berat.

Kemudian, terjadi perubahan perilaku seperti menarik diri, sulit tidur, kehilangan minat dalam interaksi sosial, murung, tidak berdaya, dan putus asa. Jika sudah muncul perubahan perilaku seperti ini, perlu untuk berkonsultasi ke psikolog klinis.

"Individu membutuhkan penanganan tepat, yaitu psikoterapi agar permasalahan yang dihadapi tidak mengarah ke gangguan kejiwaan lebih berat," tutur alumni Psikologi Universitas Islam Bandung itu.

Melinda mengaku terkadang suka miris kalau melihat masyarakat yang masih takut berkonsultasi ke psikolog lantaran masih ada stigma dan juga ketakutan cap yang sebenarnya tidak benar. Dia berharap masyarakat dapat sehat sejahtera secara psikologis dan mampu beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi serta memiliki keterampilan dalam penyelesaian masalah, sehingga tidak rentan stres yang akan menimbulkan gangguan psikologis.

Berita terkait

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

2 hari lalu

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

6 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

6 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

6 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

12 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

13 hari lalu

Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

Ternyata terdapat berbagai faktor psikologis dan eksternal yang dapat membuat waktu terasa semakin cepat berlalu selama liburan.

Baca Selengkapnya

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

18 hari lalu

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

Selain pada mental, depresi juga bisa berdampak pada fisik dan sosial. Berikut gejala depresi pada fisik, mental, dan sosial.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

22 hari lalu

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.

Baca Selengkapnya

30 Maret Hari Bipolar Sedunia, Kenali Tipe dan Gejala Gangguannya

32 hari lalu

30 Maret Hari Bipolar Sedunia, Kenali Tipe dan Gejala Gangguannya

30 Maret diperingati sebagai Hari Bipolar Sedunia. Kenali tipe dan gejala bipolar.

Baca Selengkapnya

Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

34 hari lalu

Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

Menyaksikan gerhana dapat membangkitkan berbagai emosi dan memiliki efek psikologis yang signifikan pada masing-masing orang.

Baca Selengkapnya