Vaksinasi Covid-19 Lansia Dipengaruhi Keluarga, Ini Imbauan Kemenkes
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Rabu, 31 Maret 2021 16:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan bagi kelompok lanjut usia (lansia) untuk ikut serta dalam program vaksinasi COVID-19. Begitu kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu.
"Pada umumnya, kekhawatiran kami justru ada pada anak-anaknya. Saya dapat pesan dari teman di Dinas Kesehatan DKI. Mereka datang door to door di apartemen, tapi begitu datang pesertanya cuma 25 persen. Itu karena ada proteksi dari anak," katanya dalam acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama”, Rabu, 31 Maret 2021.
Maxi mengatakan diperlukan sosialisasi kepada keluarga lansia bahwa orang tua mereka yang di atas 59 tahun perlu memperoleh perlindungan melalui vaksin COVID-19. Pelaksanaan vaksinasi tahap kedua yang harus diutamakan adalah lansia karena di antara 100 lansia yang terkena COVID-19, lebih dari 50 orang yang fatal risikonya.
Ia melaporkan percepatan vaksinasi lansia tahap dua masih relatif lambat sebab dari target 21,6 juta jiwa lansia hingga saat ini baru sekitar 1.560.000 yang telah divaksin. Dalam acara yang sama, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro, mengatakan lansia di Indonesia lebih dominan diurus oleh keluarga di rumah.
"Lansia di luar negeri kebanyakan di panti jompo, di kita keluarga yang urus, para putra lansia jangan cuek," katanya.
Baca juga: Jangan Cemas, Pakar Pastikan Vaksin AstraZeneca Aman
Sri meyakinkan vaksin yang beredar di Indonesia saat ini jenis Sinovac maupun AstraZeneca memiliki khasiat yang sama meskipun platform pembuatannya berbeda.
"Efek samping vaksin ini ringan. Bahkan lansia justru lebih kuat sebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)-nya sedikit sekali, malah hampir tidak ada. Lansia yang datang ke kita bugar-bugar semua," jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan dokter dan Tim Penanganan COVID-19, Adam Pranata. "Kita perlu mengedukasi pada keluarga pengambil keputusan. Fokus pada edukasi manfaat vaksin bukan pada faktor risiko," tuturnya.
Adam selama ini memberikan edukasi vaksin kepada masyarakat melalui dua platform digital, Tiktok dan Instagram, yang diikuti oleh dua generasi yang berbeda. "Kalau generasi milenial di Instagram, itu lebih cenderung banyak yang percaya tentang vaksin ini. Tapi di generasi Z di aplikasi Tiktok boleh dibilang 60-70 persen tidak percaya pada vaksin sehingga timbul kekhawatiran kalau mereka yang menjadi pengambil keputusan bagi lansia," katanya.
Ketidakpercayaan sebagian besar generasi Z yang lahir pada kurun 1997-2012 pada vaksinasi COVID-19 banyak dipengaruhi faktor masa lalu saat COVID-19 disebut sebagai konspirasi dan berbagai isu lain. "Jadi ketika ada kelanjutannya, seperti penemuan obat hingga vaksin saat ini, mereka tidak percaya juga," katanya.