Phantosmia, Halusinasi Indera Penciuman Seolah Mencium Bau Sesuatu

Reporter

Tempo.co

Rabu, 31 Maret 2021 17:17 WIB

Ilustrasi hidung mancung. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Phantosmia adalah kondisi halusinasi penciuman, ditandai dengan indera penciuman merasakan bau sesuatu yang sebenarnya tidak bisa dicium oleh siapa pun karena tidak adanya sumber bau itu berasal.

Jenis baunya oleh indera penciuman beragam variasi, dari bau yang hampir membuat sakit hingga aroma yang sangat menyenangkan. Tetapi pada umumnya penderita panthosmia cenderung mendeteksi bau tak sedap. Spesifik baunya seperti bau terbakar, busuk, bau kotoran atau bahkan bau bahan kimia. Intensistas yang dirasakan penderita panthosmia akan bau-bau ini tidak konstan, seperti hilang dan timbul dirasakan dari salah satu atau kedua lubang hidung.

Gangguan pada indera penciuman ini disebabkan oleh berbagai kondisi seperti alergi, masuk angin, infeksi sinus, iritasi akibat merokok atau kualitas udara yang buruk, polip hidung, masalah pada gigi, paparan neurotoksin yakni zat beracun bagi sistem saraf, seperti timbal atau merkuri, dan pengobatan radiasi untuk kanker tenggorokan atau otak

Terjadinya “halusinasi” Phantosmia terjadi pada area kerja otak peripheral, dimana otak peripheral sendiri berperan fungsi penciuman, berkontribusi dalam mengatur pengendalian emosi. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahkan lebih lanjut, otak peripheral memainkan peran yang dikaitkan dengan depresi.

Penderita penyakit Panthosmia sendiri kini dikaitkan sebagai gejala dan efek long term pada individu yang terinfeksi virus Covid-19, walaupun demikian saraf yang rusak di hidung dan rongga hidung memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali. Cara yang perlu dilakukan jika mengami Panthosmia yakni dengan rutin membilas saluran hidung dengan larutan garam, menyemprotkan oxymetazoline untuk mengurangi hidung yang tersumbat, oxymetazoline sendiri miliki sistem kerja dengan mengecilkan pembuluh darah sehingga mengurangi pembengkakan dan penyumbatan. Kemudian bisa melakukan semprotan anestesi untuk mematikan sel saraf penciuman.

Advertising
Advertising

Sebagai informasi, gejala phantosmia memiliki risiko leih tinggi dialami oleh perempuan, kondisi ini juga diikuti dengan berbagai riwayat sakit pada populasi berbeda, seperti pasien yang mengalami depresi, migrain, epilepsi dan skizofrenia. Selain itu menurut beberapa ahli Panthosmia bisa juga disebabkan oleh cedera kepala, infeksi saluran pernapasan atas, kejang di lobus temporal otak, infeksi sinus, penyakit Parkinson, Covid-19.

Baca: 5 Tips Mengembalikan Indera Penciuman yang Terganggu Akibat Covid-19

Akibat yang diraskan bagi penderita phantosmia ini tentu saja menurunkan kualitas hidup, sebab organ penciuman yang tergangu, timbulnya rasa tidak nyaman akibat seolah mencium bau yang tidak sedap sepanjang waktu.

TIKA AYU

Berita terkait

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

2 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

7 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

7 hari lalu

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.

Baca Selengkapnya

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

14 hari lalu

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

Aurelie Moeremans mengungkapkan dirinya saat ini tengah menepi dari media sosial untuk penyembuhan dari depresi yang dirasakannya.

Baca Selengkapnya

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

16 hari lalu

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

Selain pada mental, depresi juga bisa berdampak pada fisik dan sosial. Berikut gejala depresi pada fisik, mental, dan sosial.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Kim Jonghyun, Personel Grup SHINee yang Kariernya Berakhir Tragis

20 hari lalu

Perjalanan Kim Jonghyun, Personel Grup SHINee yang Kariernya Berakhir Tragis

Kematian tragis Jonghyun SHINee telah memunculkan perbincangan baru di Korea Selatan tentang tekanan yang berat yang diberikan oleh industri hiburan.

Baca Selengkapnya

Profil Kim Jonghyun, Anggota Boy Grup SHINee yang Ditemukan Tewas di Apartemennya

20 hari lalu

Profil Kim Jonghyun, Anggota Boy Grup SHINee yang Ditemukan Tewas di Apartemennya

Salah satu anggota SHINee, Kim Jonghyun ditemukan tewas di apartemennya pada 18 Desember 2017 karena menghirup karbonmonoksida

Baca Selengkapnya

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

21 hari lalu

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?

Baca Selengkapnya

Lelah dengan Kesehatan Mentalnya, Wanita Muda di Belanda akan Jalani Eutanasia

22 hari lalu

Lelah dengan Kesehatan Mentalnya, Wanita Muda di Belanda akan Jalani Eutanasia

Frustasi dengan masalah kesehatan mentalnya yang tak ada perbaikan, wanita muda di Belanda ini akan mengakhiri hidupnya lewat eutanasia.

Baca Selengkapnya

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

22 hari lalu

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu mempengaruhi kemampuan berpikir dan suasana hati yang berdampak terhadap perilaku

Baca Selengkapnya