Mengenal Gejala Sindrom Asperger yang Diderita Elon Musk
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Jumat, 14 Mei 2021 15:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Elon Musk, pemilik SpaceX dan CEO Tesla, pernah mengungkapkan mengalami sindrom Asperger. Seperti dikutip dari Health, sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan bagian dari gangguan spektrum autisme (ASD), menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).
ASD tergolong sekelompok kondisi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan dalam keterampilan bahasa dan komunikasi bersama dengan pola berulang atau restriktif. Gejala terbesar sindrom Asperger ialah minat obsesif pada satu objek atau topik. Anak-anak dengan sindrom Asperger ingin tahu segalanya tentang topik tertentu dan tidak ingin banyak membicarakan hal lain.
Gejala lain sindrom ini bisa termasuk rutinitas yang berulang, keanehan saat berbicara dan berbahasa, perilaku yang tidak pantas secara sosial dan emosional, ketidakmampuan berinteraksi dengan teman sebaya, masalah komunikasi nonverbal, dan canggung. Anak-anak dengan sindrom Asperger sering diisolasi karena keterampilan sosial yang buruk dan memiliki riwayat keterlambatan perkembangan.
Apakah sindrom Asperger masih merupakan diagnosis? Secara teknis tidak. Edisi kelima Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental (DSM-5) menghapus sindrom Asperger pada 2013 dan memasukkannya ke dalam istilah umum gangguan spektrum autisme. Kondisi yang sebelumnya hanya dikenal dengan autisme ini berkembang menjadi gangguan spektrum autisme.
"DSM menggambarkan gangguan spektrum autisme ringan, sedang, atau parah, meskipun kriteria untuk membedakan di antara tiga tingkat ini agak kabur dan belum divalidasi," kata profesor psikiatri di Universitas Pennsylvania, David Mandell.
Ada beberapa alasan mengapa Asperger tidak lagi menjadi diagnosis. Salah satunya sulit dibedakan dari autisme. Bahkan, dokter yang sangat berpengalaman dan terampil tidak dapat menyetujui kasus ini. Sindrom Asperger dan autisme sekarang dianggap sebagai diagnosis yang sama. Artinya, keduanya bagian dari gangguan spektrum autisme.
Sindrom Asperger dulu dipandang berbeda dari ASD karena orang dengan Asperger memiliki tingkat bahasa dan kecerdasan rata-rata atau lebih tinggi dari rata-rata, menurut Cleveland Clinic. Dari sudut pandang medis, Pakar kesehatan dari Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio, Christopher Hanks, mengatakan istilah Asperger tidak boleh digunakan pada saat ini. Tapi, ini tidak berarti orang yang mengatakan terkena sindrom Asperger seperti Elon Musk tak boleh mengatakannya.
Baca juga: Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja dari Elon Musk