Penyebab Panic Buying kala PPKM Darurat Menurut Psikolog

Reporter

Antara

Selasa, 6 Juli 2021 14:45 WIB

Ilustrasi keluarga belanja di supermarket kawasan Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat, 20 Maret 2020. CANTIKA.COM/Silvy Riana Putri

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Mega Tala Harimukthi, berpendapat ada beberapa hal yang menyebakan fenomena panic buying di Indonesia. Pertama, kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM darurat di Jawa dan Bali pada 3 Juli-20 Juli 2021, yang sebetulnya tidak perlu ditanggapi masyarakat dengan sikap panik.

Kebijakan yang dijalankan setelah setahun lebih pandemi COVID-19 bertujuan untuk menekan angka penyebaran kasus positif. Masyarakat sebenarnya sudah punya pengalaman dibatasi kegiatannya pada 2020 melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan baik-baik saja selama aturan dipatuhi.

Dalam kasus PPKM Darurat, warga pun tidak perlu panik sehingga menimbulkan persepsi akan terjadi kelangkaan produk-produk kebutuhan sehari-hari, kemudian mendorong keinginan memborong atau panic buying.

"Kondisi ini hanya dibatasi untuk tidak keluar kalau tidak ada kepentingan. Ini untuk kebaikan kita dan keluarga. Sebenarnya kita tahu kebutuhan bulanan keluarga apa saja, kita punya daftarnya, semisal vitamin, makanan, cukup ikuti list itu, jadi tidak perlu bersikap cemas sampai panik," kata Tala.

Padahal memborong barang belum tentu membuat merasa lebih baik. Tindakan ini justru bisa menyebabkan kelangkaan produk yang semestinya tidak perlu terjadi atau kalaupun tersedia harganya melambung tinggi dari biasanya.

Advertising
Advertising

Fenomena orang-orang membeli beragam barang dalam jumlah banyak mulai dari keperluan medis seperti masker, obat-obatan khusus COVID-19, oximeter, tabung oksigen, hingga produk makanan dan minuman tertentu. misalnya susu steril bergambar beruang hingga stoknya habis dan kalaupun tersedia harganya melambung, menjadi contoh nyata.

Selain PPKM, panic buying yang terjadi saat ini juga karena masyarakat cemas pada angka kasus COVID-19 yang meningkat dalam sebulan terakhir. Menurut Tala, panic buying saat ini pun tidak lagi logis atau benar-benar irasional.

"Bagaimana enggak, nyari vitamin saja susah, bahkan oximeter harganya melambung karena tidak semua berpikir positif dan baik. Akhirnya ada pihak-pihak yang memanfaatkan peluang ini untuk menjadi sebuah peluang bisnis," kata Tala.

Menurut Tala, banyak orang yang sehat pun terserang mentalnya. Mereka cemas terkena COVID-19 suatu hari nanti, misalnya. Saat mengalami sakit kepala, dia otomatis berpikir soal gejala COVID-19, padahal bisa jadi karena kebiasaan begadang. Pada akhirnya, kecemasan meningkat dan membuat sistem imun turun lalu terkena COVID-19 seperti apa yang dia pikirkan.

"Di kondisi second wave ini bukan hanya sakit fisik, tetapi sakit mental bertambah. Sakit mental ini yang jelas psikosomatis, kecemasan meningkat. Misal, karena begadang, bekerja terus pegal, dia langsung asosiasikan itu dengan gejala COVID-19, yang akhirnya membuat imun drop dan jadi sakit beneran," tutur psikolog yang berpraktik di Klinik Mutiara Edu Sensory, Bintaro itu.

#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker #DiamdiRumah

Baca juga: Tips Hindari Panic Buying di Masa PPKM Darurat

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

16 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

10 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

14 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya