Yang Perlu Dilakukan Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri

Reporter

Antara

Minggu, 8 Agustus 2021 09:45 WIB

Petugas kesehatan dari Puskesmas Tamansari dan Satgas Covid-19 RW 10 Tamansari, mencari alamat rumah warga positif Covid-19 yang sedang isolasi mandiri di kawasan permukiman di Bandung, Rabu, 4 Agustus 2021. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang perlu diperjatikan pasien COVID-19 kala isolasi mandiri agar tak berujung duka seperti perburukan kondisi yang bisa mengancam nyawa. Pertama, pastikan upaya untuk memutus rantai penularan penyakit akibat infeksi virus corona itu dilakukan oleh pasien terkonfirmasi positif tanpa gejala dan bergejala ringan tanpa sesak.

Hal ini diungkapkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Sesak napas bisa dideteksi melalui hitung napas. Normalnya, seseorang bernapas 16-20 kali per menit. Saat napasnya terhitung di atas 24 kali per menit, maka dia sudah mengalami sesak napas.

Anda juga bisa memanfaatkan oximeter untuk mengukur saturasi oksigen atau berapa banyak oksigen di dalam darah. Saturasi oksigen dianggap normal saat angka pada alat menunjukkan 95-100 persen.

"Kalau ada gejala sesak napas dan lemas, segeralah ke fasilitas kesehatan agar lebih mudah mengakses layanan kesehatan," tutur Nadia.

Kemudian, dari sisi fasilitas, pasien sebaiknya berada di ruangan sendiri dengan ventilasi baik di rumah. Rekomendasi ini untuk memungkinkan udara segar dan bersih masuk sebanyak mungkin dan ini bisa dilakukan dengan membuka jendela. Jika ini tidak memungkinkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan pasien perlu ditempatkan pada bagian rumah tertentu dan pergerakannya di sekitar rumah harus dibatasi.

Advertising
Advertising

Kemudian, bila pasien ini tinggal bersama anggota keluarga yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi terpapar COVID-19, seperti bayi, lansia, pasien dengan komorbid dan gangguan imunitas, maka perlu juga tambahan pembatas ruangan di rumah.

"Kalau tidak punya ruang sendiri, pembatas, maka lebih baik isolasi terpusat, yakni di fasilitas pelayanan kesehatan," tutur Nadia.

Pasien juga sebaiknya menggunakan kamar mandi terpisah dari anggota keluarga lain yang sehat bila memungkinkan. Kalaupun tak tersedia, segeralah bersihkan ruangan menggunakan disinfektan dan pastikan pasien serta anggota yang tinggal serumah mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan.

Selain itu, pastikan pakaian, alat makan, dan seprai dicuci terpisah serta perabotan dibersihkan dengan sabun atau disinfektan. Gunakan air bersuhu 60-90 derajat Celcius saat mencuci dan sarung tangan bila yang mencuci bukan pasien. Selama isoman, tetap di rumah selama 14 hari walaupun tidak bergejala, berjemur antara pukul 10.00-13.00, menerapkan etika batuk, mengenakan masker 24 jam, begitu juga dengan anggota keluarga lain. Pasien juga perlu mencatat suhu dan saturasi oksigen menggunakan oximeter atau menghitung napas.

"Isolasi mandiri selesai setelah 10 hari apabila tanpa gejala dan ditambah tiga hari bebas gejala untuk yang bergejala. Setelahnya, Anda tak perlu melakukan pemeriksaan rapid atau PCR ulang," kata Nadia.

Idealnya, pencatatan dilakukan setidaknya sekali sehari untuk setiap tanda dan gejala, komplikasi atau tanda bahaya, seperti mengalami sesak napas, napas berat, mengeluh nyeri dada, tampak dehidrasi.

Untuk pasien anak-anak, biasanya sering tiba-tiba tampak bingung, tidak mau makan, bibir atau wajah membiru. Terkadang, pasien yang melakukan isolasi mengalami perburukan kondisi. Menurut Nadia, ini biasanya dipengaruhi kekebalan tubuh atau pasien sedang kondisi tubuh tidak fit. Selain itu, ada juga risiko terkena varian baru virus, salah satunya varian Delta yang mampu meningkatkan keparahan sehingga berpotensi besar menyebabkan kematian.

Terkait pasien yang bisa melakukan isoman, Dr. April Baller dari WHO menambahkan mereka ini tidak memiliki penyakit penyerta, misalnya penyakit kardiovaskular atau paru-paru kronis dan tidak berusia lanjut. Kemudian, mengenai pencatatan gejala, Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Prikasih, dr. Gia Pratama, menyarankan pasien bisa membuat semacam catatan harian. Catatan ini memuat informasi mengenai gejala, suhu, saturasi oksigen, frekuensi nadi, laju napas, dan keluhan lain.

Baca juga: Yang Perlu Dilakukan Bila Pasien Kanker Tertular Covid-19

Berita terkait

Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

14 hari lalu

Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

Polda Banten juga melakukan pengawalan korban ke pos kesehatan karena volume kendaraan yang meningkat saat arus balik Lebaran 2024

Baca Selengkapnya

Penyakit Jantung Jadi Penyebab Petugas KPPS Meninggal, Ketahui Gejalanya

22 Februari 2024

Penyakit Jantung Jadi Penyebab Petugas KPPS Meninggal, Ketahui Gejalanya

Petugas KPPS meninggal antara lain karena kelelahan dan penyakit jantung. Pahami gejalanya dan cara pencegahannya.

Baca Selengkapnya

Putri Mendiang Glenn Fredly Alami Radang Paru-Paru, Apa Penyebabnya?

1 Februari 2024

Putri Mendiang Glenn Fredly Alami Radang Paru-Paru, Apa Penyebabnya?

Putri mendiang Glenn Fredly, Gewa pernah jalani perawatan intensif di rumah sakit akibat pneumonia atau radang paru-paru. Apa sebenarnya penyakit ini?

Baca Selengkapnya

Samsung Resmi Kenalkan Galaxy Ring, Oura Ring Langsung Bereaksi

23 Januari 2024

Samsung Resmi Kenalkan Galaxy Ring, Oura Ring Langsung Bereaksi

Samsung telah memperkenalkan perangkat wearable terbarunya, Galaxy Ring, di acara Galaxy Unpack pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Tungku Smelter Terbakar di Morowali, 2 Operator Crane Sesak Napas

20 Januari 2024

Tungku Smelter Terbakar di Morowali, 2 Operator Crane Sesak Napas

Tungku smelter milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah terbakar pada Jumat malam, 19 Januari 2024.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Dua Pasien Covid Omicron JN.1 di Batam Meninggal Dunia

26 Desember 2023

Kemenkes: Dua Pasien Covid Omicron JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dua pasien Covid-19 terinfeksi subvarian Omicron JN.1 dan XBB.2.3.10.1 (GE.1) di Batam meninggal.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 di Tangsel Tembus 135 Orang, Lima Pasien Sembuh

17 Desember 2023

Kasus Covid-19 di Tangsel Tembus 135 Orang, Lima Pasien Sembuh

Masyarakat Tangsel diminta tidak panik menghadapi lonjakan Covid-19, meski di beberapa wilayah lain juga meningkat.

Baca Selengkapnya

Kasus Pasien Covid-19 Baru di RSHS Bandung, Sebagian Punya Riwayat Pulang Umroh

13 Desember 2023

Kasus Pasien Covid-19 Baru di RSHS Bandung, Sebagian Punya Riwayat Pulang Umroh

Sebanyak empat pasien di antaranya terjangkit virus Covid-19 jenis Omicron.

Baca Selengkapnya

Dokter Ungkap Gejala Pneumonia pada Anak, Kapan Perlu Dibawa ke RS?

7 Desember 2023

Dokter Ungkap Gejala Pneumonia pada Anak, Kapan Perlu Dibawa ke RS?

Gejala pneumonia pada anak umumnya diawali demam, batuk atau pilek, lalu sesak napas, biasanya terjadi dalam 14 hari dan bersifat akut.

Baca Selengkapnya

Waspada Abu Vulkanik Erupsi Gunung Marapi, Bisa Sebabkan Penyakit Silikosis

6 Desember 2023

Waspada Abu Vulkanik Erupsi Gunung Marapi, Bisa Sebabkan Penyakit Silikosis

Waspada terhadap abu vulkanik dari erupsi Gunung Marapi bisa menjadi penyebab penyakit silikosis. Apakah itu?.

Baca Selengkapnya