TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan senior dan pimpinan klinik bedah payudara Rumah Sakit Artemis, Gurugram, India, Dr. Deepak Jha mengatakan pasien dengan riwayat kanker memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi masuk ICU atau bahkan kematian jika tertular Covid-19.
"Ini karena sistem kekebalan pasien kanker dalam keadaan terganggu yang membuat lebih rentan terhadap infeksi," jelasnya.
Oleh karena itu, pengobatan kanker terus beradaptasi dengan kenormalan baru, pengalaman rumah sakit, serta protokol perawatan. Sebagai pasien dan perawat, orang harus menyadari langkah penting yang harus diambil jika seorang pasien kanker payudara dinyatakan positif Covid-19. Jha mencantumkan beberapa hal yang harus dan tidak boleh dilakukan pasien Covid-19 penderita kanker payudara.
Lanjutkan konsultasi dengan ahli onkologi
Jika pasien memiliki gejala ringan dan tidak dirawat di rumah sakit, konsultasikan melalui telepon secara teratur dengan ahli onkologi. Mereka akan memberi informasi terbaru tentang status pemulihan pasien. Meskipun gejalanya mungkin ringan, penting untuk memiliki rencana tindakan jika terjadi komplikasi. Hubungi rumah sakit terdekat atau ahli onkologi untuk mendapatkan informasi terbaru tentang ketersediaan tempat tidur dan prosedur yang diperlukan untuk mendapat perawatan.
Waspadai kesulitan modalitas pengobatan
Kemoterapi dan radiasi biasanya diberikan setelah operasi untuk mengurangi risiko kekambuhan. Jika pasien kanker menjalani pengobatan positif Covid-19, disarankan untuk menunda pengobatan antikanker seperti imunoterapi atau kemoterapi karena cenderung berdampak buruk pada kekebalan pasien. Hal ini dapat membuat rentan terhadap infeksi.
Protokol perawatan yang dimodifikasi
Ahli onkologi harus membuat sejumlah perubahan pada protokol pengobatan kanker. Berdasarkan keadaan pasien dan tingkat keparahan kanker, ahli onkologi menyesuaikan pengobatan.
"Pilihan untuk menunda operasi dan pada saat yang sama memberikan terapi hormonal dalam bentuk pil oral sebelum operasi pada pasien dengan reseptor hormon-positif dievaluasi, tanpa mengorbankan pengobatan,” jelas Jha.
Namun, tidak semua pasien yang telah menjalani operasi memerlukan kemoterapi, terutama pada kasus pasien kanker payudara stadium awal. Tes prognostik membantu mengidentifikasi pasien yang mungkin memerlukan kemoterapi. Tes prognostik yang memprediksi risiko kekambuhan ini telah membantu pasien berisiko rendah untuk menghindari kemoterapi. Seorang pasien yang memiliki skor risiko rendah dapat dengan aman menghindari kemoterapi sehingga menghindari dampak buruk dari pengobatan agresif pada kekebalan.
Jangan abaikan dampak pandemi terhadap kesehatan mental
Hasil tes positif Covid-19 sebagai pasien kanker menambah lapisan kecemasan dan stres tambahan bagi pasien dan keluarga. Jangan hanya fokus untuk mendapatkan kembali kekuatan fisik, pastikan juga memperhatikan kesehatan mental. Anggota keluarga dan pengasuh harus secara aktif mendukung pasien dan berbicara tentang apa yang mungkin dialamin.
"Carilah bantuan dari psikolog atau konselor yang dapat membantu pasien kanker mengatasi berbagai emosi yang dialami dan menemukan cara untuk mengelola stres,” tutur Jha.
Baca juga: Kala Menkes Budi Gunadi Prihatin Tingginya Kasus Kanker Payudara