Beda Penyembuhan Covid-19 Metode Antibodi Monoklonal dengan Antibodi Poliklonal

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 11 Agustus 2021 09:00 WIB

Petugas medis menunjukkan plasma konvalesen milik penyintas Covid-19 di Unit Donor Darah (UDD) PMI DKI Jakarta, Kramat, Senen, Jakarta, Rabu, 21 Juli 2021. PMI DKI Jakarta menyatakan bahwa seiring dengan lonjakan kasus konfrimasi positif Covid-19 di Ibu Kota, permintaan plasma darah konvalesen meningkat hingga 200 persen. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Metode penyembuhan infeksi Covid-19 kini semakin beragam. Bagi pasien Covid-19 yang bergejala ringan sampai sedang dapat mengkonsumsi multivitamin dan obat-obatan Covid-19 yang kerap diresepkan dokter. Tentu disertai dengan cukup istirahat, rajin olahraga, dan menjaga pola hidup sehat.

Untuk pasien Covid-19 dengan gejala sedang sampai berat, terapi pemulihan bisa melalui obat-obatan hingga transfusi atau intravena. Metode intravena ini bisa berupa terapi antibodi monoklonal dan terapi antibodi poliklonal. Contoh terapi antibodi poliklonal adalah melalui donor plasma konvalesen. Sementara terapi antibodi monoklonal, seperti yang dijalani oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, adalah dengan menggunakan zat bernama Regdanvimab.

Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Pasar Kemis, Wita Prominensa menjelaskan apa itu terapi antibodi monoklonal dan terapi antibodi poliklonal, serta perbedaan keduanya. "Terapi antibodi monoklonal merupakan modifikasi terapi dengan mengidentifikasi karakteristik protein sel B spesifik pada sistem imun pasien yang telah pulih dari infeksi tertentu," kata Wita kepada Tempo, Selasa 10 Agustus 2021.

Terapi antibodi monoklonal diharapkan mampu melawan virus penyebab infeksi. Sementara terapi antibodi poliklonal seperti terapi plasma konvalesen adalah pengambilan darah plasma dari penyintas Covid-19 dengan target memberikan antibodi yang muncul sebagai respons tubuh saat terinfeksi. Antibodi monoklonal memiliki aktivitas tunggal terhadap target yang sudah ditentukan sebelumnya. Sementara plasma konvalesen mengandung antibodi poliklonal dalam serum penyintas yang sedang dalam masa pemulihan.

Antibodi monoklonal yang dikembangkan pada Sars Cov-2 atau Covid-19 bekerja spesifik pada target gen spike dengan memblokir virus memasuki memasuki sel. Sedangkan plasma konvalesen bekerja pada target gen spike dan target gen lainnya. Dengan begitu, terapi antibodi poliklonal mampu menetralisir virus.

Advertising
Advertising

Antibodi monoklonal telah dikembangkan sebagai terapi dan profilaksis pada infeksi virus seperti HIV, influenza, Respiratory Syncytial Virus (RSV), MERS-CoV, Ebola dan Zika. Namun demikian, hanya antibodi monoklonal dengan target RSV dan Ebola yang terbukti efektif pada uji klinis untuk manusia dengan persetujuan Food and Drug Administration atau FDA Amerika Serikat, semacam badan pengawas obat dan makanan di sana. Adapun terapi donor plasma konvalesen sudah digunakan dan terbukti efektif sejak Sars Cov-1, H1N1, MERS-CoV, hingga Ebola.

Mengutip pernyataan FDA, Wita menjelaskan, tata laksana terapi antibodi monoklonal maupun terapi antibodi pliklonal melalui plasma konvalesen bersifat Emergence Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat, menyesuaikan perkembangan hasil uji klinis. Penerapan terapi antibodi monoklonal harus memperhatikan dosis, potensi efek samping, serta interaksi obat, seperti risiko anafilaksis maupun reaksi transfusi, rash, gangguan pencernaan.

Untuk terapi antibodi poliklonal melalui donor plasma konvalesen, FDA merekomendasikan metode ini sebagai adjuntive therapy yang efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh subjek klinis, baik pendonor maupun pasien Covid-19. Wita melanjutkan, penting memperhatikan tiga kesinambungan, antara waktu pemberian yang tepat, pengamatan kondisi klinis, dan kadar titer antibodi yang optimal sebelum menerapkan terapi antibodi monoklonal maupun terapi antibodi poliklonal.

#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker #DiamdiRumah

Baca juga:
Obat Langka, Dokter Berharap Satu Metode Andalan buat Pasien Covid-19

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

6 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

17 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

20 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

7 hari lalu

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

8 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya