Ini 4 Mitos Soal Keperawanan yang Sebaiknya tidak Dipercaya

Jumat, 13 Agustus 2021 14:43 WIB

Ilustrasi keperawanan. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Keperawanan seringkali dijadikan standar moralitas bagi seorang perempuan. Beberapa negara bahkan masih melegalkan tes keperawanan agar standar moralitas tersebut dapat terus terpelihara.

Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sering menyerukan himbauan untuk memberantas segala bentuk tes keperawanan. Dalam laporan berjudul Eliminating Virginity Testing yang dipublikasikan tahun 2018, WHO menyebut tes keperawanan tidak memiliki dasar ilmiah dan melanggar hak asasi manusia bagi perempuan

Di masyarakat, keperawanan sering disalahartikan oleh banyak pihak. Ada berbagai mitos yang salah kaprah dan berisiko membawa dampak negatif bagi kaum wanita. Mitos-mitos tersebut antara lain:

Advertising
Advertising

Selaput dara tidak utuh berarti sudah tidak perawan

Banyak orang percaya bahwa perempuan yang selaput daranya tidak utuh berarti sudah tidak perawan. Padahal, selaput dara juga bisa robek karena berbagai aktivitas selain hubungan seksual. Menurut Medical News Today, selaput dara dapat robek karena aktivitas berat seperti olahraga. Bahkan, beberapa wanita memang terlahir tanpa memiliki selaput dara.

Wanita yang masih perawan akan mengalami pendarahan saat pertama kali melakukan hubungan seksual

Mengalami pendarahan saat pertama kali berhubungan seksual adalah hal yang normal, tetapi tidak mengalaminya juga normal. Melansir dari The Health Site, kebanyakan wanita merasa gugup saat pertama kali berhubungan seksual. Kegugupan tersebut bisa menyebabkan vagina mengencang, mengurangi pelumasan di dalamnya, dan akhirnya terjadi pendarahan. Tidak semua wanita mengalami hal yang sama sehingga pendarahan tidak bisa dijadikan patokan keperawanan.

Ahli ginekologi bisa mengetahui keperawanan wanita dari selaput daranya

Dilansir dari Bedsider, mitos umum lainnya menyatakan bahwa ahli ginekologi dapat mengetahui apakah seorang wanita pernah melakukan hubungan intim atau tidak dengan memeriksa selaput daranya. Faktanya, setelah pubertas, dokter tidak bisa menilai keperawanan perempuan berdasarkan hal tersebut.

Wanita yang sudah tidak perawan akan berjalan dengan kaki mengangkang

Cara wanita berjalan tidak memiliki hubungan dengan keperawanan. Jika perempuan berjalan mengangkang setelah berhubungan seksual, bisa jadi penyebabnya karena rasa sakit dan hanya bersifat sementara. Faktanya, baik wanita maupun laki-laki, cara berjalannya dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan.

SITI NUR RAHMAWATI

Baca juga:

WHO: Tes Keperawanan tidak Ilmiah dan Melanggar HAM

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

5 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

3 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

5 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

6 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

7 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

8 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

9 hari lalu

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.

Baca Selengkapnya