Tak Percaya Covid-19? Berarti Anda Termasuk Golongan Ini

Reporter

Antara

Rabu, 18 Agustus 2021 14:30 WIB

Seorang ibu hamil disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu, 18 Agustus 2021. Vaksinasi bagi ibu hamil dan menyusui yang dilakukan sekali dalam sepekanmenggunakan vaksin jenis Sinovac. Petugas pun membatasi jumlah peserta sebanyak 60 orang dalam sehari vaksinasi.Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyasar sekitar 160.000 ibu hamil untuk divaksin Covid-19. Data itu diperoleh berdasarkan rata-rata kehamilan yang dialami warga Jakarta setiap tahun, berdasarkan keputusan dari Kementerian Kesehatan RI, jika ingin divaksin hendaknya usia kandungan di atas 12 minggu atau tiga bulan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Ada berbagai alasan orang tidak percaya pada COVID-19 yang membuat kehidupan berubah drastis selama hampir dua tahun ini. Salah satunya karena lebih percaya pada teori konspirasi. Psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia mengatakan orang-orang yang tidak percaya COVID-19 biasanya punya cara berpikir yang kurang kritis.

"Mereka sangat mudah menerima informasi baru, mendapatkan sugesti yang tergantung dari lingkungan pergaulannya. Kalau dia tergabung dalam grup Whatsapp yang tidak percaya COVID-19 dan banyak informasi tidak benar, ia akan percaya," tutur Rininda.

Rininda menjelaskan orang-orang yang terlalu banyak terpapar hoaks tapi tidak dibarengi dengan cara berpikir kritis bisa ikut termakan informasi yang tidak benar dan pada akhirnya mempercayai COVID-19 tidak ada meski virus ini telah merenggut banyak korban jiwa.

Oleh karena itu, pilih-pilih pergaulan yang tepat di mana informasi yang diberikan oleh rekan-rekan terdekat berasal dari sumber yang terpercaya, bukan rumor semata. Jika perlu, tidak perlu masuk grup Whatsapp yang terlalu sering berbagi informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Alasan lain orang tidak percaya COVID-19 adalah rasa takut dan khawatir yang berujung kepada penyangkalan, kata Rininda.

"Itu adalah salah satu pertahanan diri manusia, ketika merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dia tapi dia tidak siap menghadapinya, jadi dia menyangkal bahwa COVID-19 tidak ada," jelas Rininda.

Advertising
Advertising

Penyangkalan terjadi karena orang tidak siap menghadapi kenyataan ada hal berbahaya di hadapannya. Dengan menolak menerima kenyataan, ia menganggap dirinya akan merasa tenang. Padahal, jauh di lubuk hati ketenangan itu sebetulnya sedang bergejolak.

Bila ada teman atau anggota keluarga yang tidak percaya COVID-19, Rininda menyarankan supaya diberi penjelasan dan meluruskan informasi. Urusan apakah dia akan berubah pikiran bukan masalah kita sebab itu berada di luar kontrol. Jika memang tidak ada titik temu, terimalah bahwa tidak setiap perdebatan berujung pada kesepahaman yang sama. Menurut Rininda, ada kalanya kita harus setuju untuk tidak setuju.

"Kita tidak bisa memaksakan hal tersebut kepada orang lain. Jangan memikirkan sesuatu di luar kontrol karena bikin frustrasi dan merasa tidak berdaya," pesannya.

Rininda kemudian berpesan agar kita bisa mengendalikan apa yang bisa dikontrol sendiri, seperti disiplin menjaga protokol kesehatan dan vaksinasi untuk mempercepat kekebalan komunal.

Baca juga: Minum Vitamin D Berlebihan, Awas Keracunan

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

33 menit lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

11 jam lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

14 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

4 hari lalu

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

6 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

7 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya