Memahami Badai Sitokin seperti yang Dialami Deddy Corbuzier

Reporter

Bisnis.com

Senin, 23 Agustus 2021 11:10 WIB

Deddy Corbuzier membawa kabar mengejutkan bahwa ia memutuskan mundur dari semua media sosial. Tanpa menjelaskan alasannya secara rinci, Deddy juga menyatakan akan mundur dari acara podcastnya. YouTube

TEMPO.CO, Jakarta - Pembawa acara Deddy Corbuzier melalui kanal YouTubenya mengaku sempat kritis dan hampir meninggal akibat Covid-19. Dalam video yang diunggah pada 22 Agustus, Deddy Corbuzier menceritakan kondisi kesehatannya beberapa minggu ini. Dia mengaku mengalami badai sitokin.

Badai sitokin adalah suatu reaksi sistem imun yang berlebihan dan tidak terkontrol terhadap virus. Reaksi imun yang berlebihan ini tidak hanya akan membunuh virus, namun juga bisa menimbulkan peradangan yang menyebabkan kerusakan organ tubuh inang.

Beberapa penelitian yang menganalisis profil sitokin dari pasien Covid-19 menunjukkan badai sitokin berkorelasi langsung dengan cedera paru-paru, kegagalan multiorgan, dan prognosis Covid-19 yang parah. Pada kondisi normal, saat virus pertama kali masuk ke dalam sel tubuh, ada antivirus alami yang diproduksi oleh sel yang terinfeksi, yaitu interferon (IFN).

IFN akan dengan cepat melindungi sel-sel sekitar sehingga menghambat virus masuk ke dalam sel dan menghambat usaha virus untuk berkembang biak, menurunkan viral load. Sebagian virus sisanya akan ditangkap oleh sel-sel imun dan diperkenalkan ke sel-sel limfosit untuk dibuat senjata spesifik, yaitu sel T sitotoksik dan antibodi.

“Jadi, kekebalan yang terbentuk itu bukan hanya antibodi. Antibodi akan menetralisir virus sehingga virus tidak bisa menginfeksi sel dan sel T sitotoksik akan menghancurkan sel yang sudah terlanjur diinfeksi oleh virus,” tulis dr. Ning melalui laman instagram @drningz.

Advertising
Advertising

Peran awal IFN sangat penting menurunkan viral load sehingga peradangan yang terjadi berikutnya bisa tidak berlebihan. Pada kondisi tertentu, respons IFN tidak optimal, bisa terlambat dihasilkan atau virus yang masuk terlalu banyak sehingga laju IFN tidak sebanding dengan laju kecepatan virus masuk ke dalam sel.

“Virus yang masih banyak ini akan memicu reaksi peradangan yang berlebihan nantinya,” jelas Ning.

Sebagian besar penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin mengalami sesak napas dan demam sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan. Biasanya, kondisi ini terjadi sekitar 6-7 hari setelah gejala Covid-19 muncul. Badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala seperti kelelahan, menggigil, mual dan muntah, hingga penggumpalan darah.

Dalam studi yang dipublikasikan di Nature pada Juli 2021, untuk mengobati Badai Sitokin Covid (Covid-CS), beberapa intervensi biologis yang secara khusus menargetkan inflamasi sitokin atau jalur pensinyalan terkait telah dievaluasi secara klinis dengan hasil yang menjanjikan dan banyak lainnya sedang dalam proses. Pada prinsipnya, strategi pengobatan harus mengontrol produksi atau aktivitas sitokin inflamasi yang sedang berlangsung dan melanjutkan homeostasis pejamu.

Namun, penelitian menyebutkan kita masih kekurangan obat yang aman dan efektif untuk mengendalikan CS dan secara klinis pengobatan CS terbukti sulit karena beberapa alasan, seperti banyak dokter tidak mengetahui kondisi tersebut dan oleh karena itu, diagnosis klinis dan pedoman pengobatan saat ini kurang. Bisa juga merupakan tantangan farmasi untuk secara bersamaan menargetkan beberapa sitokin.

Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan menargetkan sitokin-sitokin utama di hulu dan jaringan induksi sitokin, atau secara langsung menargetkan sel-sel penghasil sitokin yang dominan seperti monosit dan makrofag. Sebagai alternatif, belajar dari sistem imunoregulasi pejamu dan mengidentifikasi faktor/sitokin antiinflamasi yang lebih efektif dan lebih aman dengan efek penghambatan spektrum luas dapat memberikan pilihan yang lebih baik untuk intervensi terapeutik. IL-37 telah disarankan untuk tujuan in.

Alasan lain sulit untuk menyeimbangkan CS dan kekebalan protektif pada penyakit menular karena tingkat sitokin inflamasi yang tepat bersifat protektif terhadap infeksi dan penargetan sitokin inflamasi yang tidak tepat dapat menyebabkan defisiensi imun yang didapat dan infeksi berikutnya. Kemudian ada perbedaan antara individu sehubungan dengan usia, status kekebalan, dan komorbiditas lain dapat mengakibatkan perbedaan virtual dalam komponen dan skala CS dan pengobatan.

Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang tepat. Sebagai catatan, secara ideal menargetkan sitokin atau jalur molekuler dominan dalam kondisi CS tertentu harus dilakukan terlebih dulu dan tepat waktu. Karena kompleksnya faktor yang menentukan terjadinya badai sitokin, pencegahan badai sitokin adalah suatu hal yang sulit namun menurut Ning bisa diusahakan dengan disiplin protokol kesehatan, pola hidup sehat, vaksinasi, dan berdoa.

Baca juga: Mau Sixpack di Usia 50 Tahun, Ridwan Kamil Minta Tips dari Deddy Corbuzier

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

11 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

17 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

18 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

21 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

22 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya