Bahaya Partikel Polusi Udara bagi Paru, 24 Kali Lebih Kecil dari Sehelai Rambut

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 23 September 2021 21:24 WIB

Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat, 3 Maret 2020. Memasuki minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik seiring dengan minimnya aktivitas di Ibu Kota. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Paru Feni Fitriani Taufik mengatakan polusi udara, asap rokok, dan pandemi menjadi ancaman utama bagi kesehatan paru saat ini. Mengenai polusi udara, sebanyak 92 persen populasi dunia tinggal di kawasan dengan kualitas udara yang buruk.

Secara global, sekitar 93 persen anak berusia di bawah 18 tahun hidup dengan polusi udara. Feni menjelaskan apa saja bahaya polusi udara terhadap kesehatan secara umum, dan bagi paru khususnya. Dari jenisnya, polusi udara terbagi menjadi dua, yakni gas dan partikel.

Partikel polusi udara ini amat berbahaya bagi paru dan ukurannya sangat kecil. "Saking kecilnya, dia bisa masuk sampai ke bagian kantung udara yang terkecil dari unit paru di tubuh kita ini," kata Feni dalam diskusi daring bertema "Peduli Kesehatan Paru Kita" untuk memperingati World Lung Day 2021 pada Kamis, 23 September 2021.

Partikel terkecil dari polusi udara itu berukuran 2,5 mikrometer. Istilahnya adalah Partikulat atau PM2.5. Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia saja berukuran 60 mikrometer. Maka partikulat dalam polusi udara ini 24 kali lebih kecil dari sehelai rambut.

Jika terhirup saat kita bernapas, maka partikel tersebut masuk ke dalam tubuh lewat hidung, jalan napas, sampai ke paru-paru. Partikulat ini dapat bisa masuk ke sistem peredaran darah dan menimbulkan masalah kesehatan, seperti stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronis atau PPOK, hingga gangguan jantung.

Advertising
Advertising

Feni melanjutkan, polusi udara memiliki dampak jangka panjang dan jangka pendek. Dampak jangka pendeknya antara lain iritasi, seperti mata merah, bersin, sakit tenggorokan, batuk, serta peningkatan beberapa penyakit lain, di antaranya infeksi pernapasan, asma, PPOK hingga jantung.

Adapun dampak jangka panjang polusi udara adalah penurunan fungsi paru, reaksi alergi, dan meningkatnya risiko asma, PPOK, penyakit jantung dan pembuluh darah, hingga kanker. Untuk mengetahui bagaimana kualitas udara di sekitar kita, pemerintah telah memasang indikator kualitas udara di sejumlah titik.

Apabila indikator pengukur kualitas udara itu berwarna hijau, maka kondisi udara bagus. "Kalau berwarna hijau, maka angkanya di bawah 50," kata Feni. Di Jakarta, umumnya indikator kualitas udara menunjukkan warna oranye dengan indeks 101 sampai 150.

LAURENSIA FAYOLA

Baca juga:
Jakarta Diperingatkan, Kualitas Udara Buruk Makin Berbahaya Kala Pandemi

Berita terkait

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

1 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

Menkomarinves Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk Jokowi sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional. Ini jabatan kesekian yang diterima Luhut.

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

2 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

7 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

10 hari lalu

Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

10 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

12 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

14 hari lalu

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

Winter Aespa alami pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps sebagian paru saja. Berikut beberapa tipe penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

14 hari lalu

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?

Baca Selengkapnya

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

15 hari lalu

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?

Baca Selengkapnya

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

18 hari lalu

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.

Baca Selengkapnya