Apa Itu Hipotensi atau Darah Rendah, Pusing Saat Pindah Posisi Duduk ke Berdiri

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 23 Desember 2021 20:49 WIB

Ilustrasi wanita pusing/darah rendah. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Anda sering merasa pusing, penglihatan kabur, atau bahkan pingsan saat berpindah posisi dari duduk ke berdiri atau bangkit dari tidur? Jika mengalami itu, waspada gejala hipotensi atau darah rendah.

Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Dito Anurogo mengatakan, tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung banyak hal. Di antaranya, kondisi fisik, posisi tubuh, ritme pernapasan, level stres, obat-obatan yang dikonsumsi, makanan dan minuman, serta waktu, baik pagi, siang, sore, atau malam.

Tekanan darah diatur secara berkesinambungan melalui sistem saraf otonom sebagai keseimbangan sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis bertugas meningkatkan tekanan darah dengan menambah denyut jantung dan menyempitkan arteriol. Sementara sistem saraf parasimpatis menurunkan tekanan darah dengan menurunkan denyut jantung dan merelaksasikan arteriol untuk meningkatkan diameter pembuluh darah.

"Hipotensi postural atau hipotensi ortostatik adalah menurunnya tekanan darah karena perubahan posisi. Misalnya dari duduk lalu berdiri, atau dari posisi berbaring lalu berdiri," kata Dito Anurogo kepada Tempo. Pada kondisi normal, gravitasi menyebabkan darah mengalir ke kaki saat seseorang berdiri. Tubuh kemudian mengkompensasi dengan meningkatkan denyut jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Dengan demikian, bisa dipastikan tersedia cukup darah ke otak.

Pada penderita darah rendah -termasuk hipotensi postural atau ortostatik, mekanisme kompensasi ini tidak terjadi. Akibatnya, tekanan darah menurun, kemudian memicu terjadinya beragam gejala, seperti pusing, sensasi jatuh, berputar, penglihatan kabur, bahkan pingsan pada beberapa kasus. Beberapa diagnosis banding atau problematika kesehatan yang menyerupai tekanan darah rendah adalah hipotensi benigna, syok distributif, syok kardiogenik, syok hipovolemik, syok obstruktif, syok hipotensif tipe kombinasi.

Advertising
Advertising

# Sumber Masalah Hipotensi
Secara umum, masalah hipotensi dapat bersumber dari jantung dan pembuluh darah. Pada hipotensi yang bersumberkan jantung atau cardiac, disebabkan output yang rendah. Kondisi ini dapat dijumpai pada keadaan aritmia (ketidakteraturan ritme jantung). Jenisnya berupa bradikardi (denyut jantung melambat), takikardi (denyut jantung bertambah cepat), dan fibrilasi.

Ada pula karena penyakit jantung struktural, misalkan penyakit katup jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit perikardial, tamponade jantung, penyakit kongenital, kardiomiopati obstruktif, kardiomiopati dilatasi, hipertensi paru-paru primer. Bisa juga hipovolemia atau penurunan volume darah dengan kondisi perdarahan (hemorrhage), diare, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), orthostatic volume shifts, dan obat golongan diuretik.

Hipotensi yang bersumber pembuluh darah atau vascular terbagi dua, yakni vasodilatasi sistemik dan obstruktif. Vasodilatasi sistemik terjadi pada kondisi sepsis, anafilaksis, neurogenik, disfungsi otonomik, dan pengaruh obat-obatan. Sedangkan obstruktif dijumpai pada penyakit emboli paru-paru.

# Penyebab Hipotensi
Beberapa kondisi yang memicu hipotensi, antara lain problematika jantung, endokrin, kehilangan darah, infeksi berat, reaksi alergi berat, kehamilan, defisiensi nutrisi, dan kondisi tertentu. Problematika jantung yang mengakibatkan hipotensi, seperti bradikardi, gangguan katup jantung, serangan jantung, dan gagal jantung.

Problematika endokrin berupa hipotiroidisme, hipertiroidisme, insufisiensi adrenal (penyakit Addison), hipoglikemia (penurunan gula darah), dan beberapa kasus diabetes. Kehilangan darah yang memicu hipotensi bisa disebabkan kecelakaan dan perdarahan organ dalam. Reaksi alergi berat atau anaphylaxis dapat dipicu oleh makanan, obat-obat tertentu, racun serangga, dan latex.

Hipotensi pada ibu hamil terutama terjadi pada kehamilan usia 24 minggu dengan kondisi tekanan sistolik menurun antara 5-10 mmHg dan tekanan diastolik menurun antara 10-15 mmHg. Dito menjelaskan, tekanan darah akan kembali normal setelah melahirkan. Defisiensi nutrisi yang memicu hipotensi karena kekurangan vitamin B12 dan folat. Sementara beberapa kondisi khusus yang mengakibatkan hipotensi, seperti dehidrasi, demam, muntah, diare berat dan berulang, serta olahraga berat.

Hipotensi juga dapat disebabkan oleh medikamentosa atau obat tertentu. Misalkan obat golongan alfa bloker (prazosin), beta bloker (atenolol, propranolol), diuretik (furosemide, hydrochlorothiazide), antidepresan golongan trisiklik (doxepin, imipramine), medikamentosa untuk penyakit Parkinson (pramipexole atau obat-obatan yang mengandung levodopa). Obat sildenafil (terutama bila dikombinasikan dengan nitroglycerine), terapi untuk disfungsi ereksi (sildenafil, tadalafil, terutama bila diresepkan dengan obat jantung seperti nitroglycerin), golongan calcium channel blockers, golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors.

# Solusi Hipotensi
Ada dua pendekatan yang dapat dan biasa dilakukan oleh tim medis untuk mengatasi hipotensi. Pertama, metode farmakologis dengan memberikan obat; kedua, metode nonfarmakologis dengan mengubah gaya hidup.

Untuk pendekatan farmakologis, Dito Anurogo mengatakan, dokter akan memberikan obat sesuai kondisi pasien, apakah termasuk hipotensi ortostatik tipe hipoadrenergik (neurogenik) atau tipe hiperadrenergik. Tujuan utama terapi ini adalah meningkatkan kualitas hidup, mencegah cedera lanjutan, menurunkan episode hipotensi ortostatik, mengurangi kerusakan organ, dan mencegah hipertensi yang tak terkendali.

Terapi pilihan untuk penderita hipotensi ortostatik adalah golongan atau agen vasopressor untuk meningkatkan tekanan darah. Obat-obat yang boleh diberikan oleh dokter, antara lain fludrocortisone, midodrine, atau pyridostigmine. Jika hipotensi masih berlanjut, dokter akan memastikan penderita tidak hipoglikemik, hipotermia, atau anemia/hipoproteinemia dan tidak terjadi ketidakseimbangan elektrolit.

Untuk pendekatan nonfarmakologis, ada beberapa cara mengurangi episode hipotensi ortostatik, yakni:

  • Mencegah terpapar lingkungan panas
  • Menghindari konsumsi makanan atau minuman panas
  • Menghindari mandi dengan air hangat di siang hari
  • Mengurangi minuman berkafein
  • Meningkatkan asupan garam sekitar 10-20 gram per hari
  • Membatasi aktivitas pada dini hari dan setelah makan
  • Jangan memakai stockings ketat dan/atau abdominal binder, seperti stagen atau ikat pinggang sepanjang hari atau saat beraktivitas.
  • Jangan terlalu mengejan saat berkemih
  • Hindari meninggikan posisi kepala saat tidur
  • Jangan minum terburu-buru sebelum berdiri
  • Tidak mengenakan pakaian lembap atau basah saat cuaca panas
  • Minum (minimal satu gelas) jus anggur sebelum tidur untuk efek vasodilator

Hipotensi dalam bentuk sedang dapat mengakibatkan pusing, lemas, pingsan, dan risiko cedera akibat jatuh. Hipotensi level sangat rendah dapat membuat tubuh kekurangan oksigen, yang menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak Anda. "Hipotensi perlu segera diatasi oleh dokter sebelum berlanjut menjadi komplikasi," kata Dito Anurogo yang kini sedang menempuh S3 di International PhD Program for Cell Therapy and Regeneration Medicine (IPCTRM), College of Medicine, Taipei Medical University (TMU), Taiwan.

Baca juga:
Apa Itu Omicron? Betulkah 500 Persen Lebih Menular dan Bagaimana Mencegahnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Macam Perawatan Kulit untuk Rosacea, Suntik sampai Laser

2 hari lalu

Macam Perawatan Kulit untuk Rosacea, Suntik sampai Laser

Dermatolog mengatakan pengobatan penyakit kulit rosacea bisa dilakukan dengan beberapa modalitas seperti suntik atau laser.

Baca Selengkapnya

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

4 hari lalu

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

Bedakan memar biasa dengan hematoma, yang biasanya lebih serius karena melibatkan lebih banyak darah dan pulih lebih lama.

Baca Selengkapnya

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

4 hari lalu

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

5 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

5 hari lalu

Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

Dengan menerapkan tips-tips ini dalam kehidupan sehari-hari, Anda dapat meningkatkan daya ingat Anda dan mengurangi kecenderungan untuk lupa.

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

5 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

5 hari lalu

Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

Lupa ternyata memiliki manfaat penting untuk kesehatan otak dan kreativitas Anda.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

6 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

6 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

6 hari lalu

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.

Baca Selengkapnya