Bisakah Hemofilia Disembuhkan? Simak Jawaban Dokter

Reporter

Antara

Selasa, 26 April 2022 20:35 WIB

Hidup Normal dengan Hemofilia

TEMPO.CO, Jakarta - Pernah dengan soal hemofilia? Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah bawaan yang terjadi akibat kekurangan faktor pembekuan darah, 70-80 persen diturunkan secara genetik. Menurut spesialis anak konsultan hematologi onkologi, Dr. dr. Novie Chozie Amalia, penyakit ini belum bisa disembuhkan.

"Sebab masalahnya ada di dalam gen kromosom X," kata Novie.

Saat ini, terapi gen yang diharapkan menjadi alternatif menangani hemofilia masih dikembangkan di dunia. Hemofilia adalah penyakit genetik yang diturunkan lewat kromosom X sehingga jenis kelamin laki-laki yang punya satu kromosom X bisa menjadi penderita sementara perempuan yang punya dua kromosom X akan menjadi pembawa meski memiliki satu kromosom X yang punya genetik hemofilia.

"Perempuan adalah pembawa sifat, yang mengalaminya adalah lelaki," ujar Novie.

Peluang penyakit ini diturunkan kepada anak dalam keluarga yang punya riwayat hemofilia tergantung pada jenis kelamin anak. Jika laki-laki penderita hemofilia menikah dengan perempuan pemilik kromosom normal, anak perempuannya akan punya kemungkinan 50 persen pembawa sifat hemofilia.

Advertising
Advertising

"Tapi anak laki-lakinya biasanya aman karena si ayah menurunkan kromosom Y," lanjutnya.

Hemofilia bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan cairan ketuban atau biopsi ari-ari pada usia kehamilan 8-12 minggu. Namun, ia mengingatkan ini harus dilakukan oleh tenaga ahli dan diketahui dulu pola genetik dari penderita hemofilia dalam keluarga.

Hemofilia punya gejala seperti pendarahan sulit berhenti setelah operasi kecil, seperti cabut gigi atau sunat. Gejala lain yang patut diwaspadai adalah sering lebam dan bengkak serta nyeri sendi akibat trauma benturan ringan atau tanpa sebab jelas. Ketika terjadi perdarahan sendi, sendi akan bengkak, nyeri, dan sulit digerakkan. Bila ini terjadi berulang-ulang, akan terjadi kerusakan sendi dan berujung pada kecacatan bila tidak diatasi.

Perdarahan pada hemofilia juga bisa terjadi pada organ lain dengan risiko serius, bahkan bisa mengancam jiwa. Sebagai contoh, perdarahan pada leher bisa menyumbat saluran napas yang mengancam jiwa. Pasien yang sudah mendapat faktor pembekuan dosis tepat namun keluhan atau perdarahan tidak membaik patut merasa waspada karena bisa jadi ada inhibitor.

Inhibitor menetralisasi aktivitas faktor pembekuan darah dan membuat pasien tidak bisa merespons terapi pembekuan darah. Pasien dengan inhibitor harus mendapatkan obat dengan cara khusus yang biayanya lebih mahal dengan tingkat keberhasilan 60-80 persen. Pasien dengan inhibitor juga punya risiko mortalitas tiga kali lebih besar dibandingkan risiko kematian lain pada hemofilia serta lebih rentan terhadap gangguan fungsi fisik dibanding pasien tanpa inhibitor.

"Inhibitor pada hemofilia adalah beban yang sangat membuat pengobatan jadi rumit," tuturnya

Tata laksana hemofilia secara komprehensif tak hanya melibatkan seorang dokter, tapi melibatkan banyak spesialis dokter hingga keluarga dan kerabat dekat.

"Ini masih jadi kendala di Indonesia karena keterbatasan jumlah dokter dan keahlian pelatihan di bidang hemofilia masih harus digalakkan lagi," katanya.

Dengan menambah pelatihan keahlian di bidang penyakit tersebut diharapkan tata laksana hemofilia secara komprehensif bisa dilakukan di semua pusat penanganan secara merata. Hingga saat ini, pusat penanganan hemofilia pun belum tersebar hingga ke Indonesia Timur. Pusat terbanyak berada di pulau Jawa dan Sumatera, sementara di Kalimantan hanya ada di Banjarmasin dan Samarinda, dan Manado serta Makassar di Sulawesi.

Kini, terapi profilaksis bertujuan mencegah kerusakan sendi dan kecacatan sudah masuk dalam Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Hemofilia yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada 2021. Namun, implementasinya masih dalam fase transisi dan rumah sakit di Indonesia masih punya tugas untuk bisa mengadopsi terapi ini dalam standar prosedur operasional masing-masing.

Sebagai negara kepulauan, ada berbagai kendala penanganan hemofilia di Indonesia, seperti distribusi fasilitas kesehatan dan obat yang belum merata, akses pengobatan terbatas di daerah terpencil, distribusi informasi yang tidak merata, kesadaran hemofilia yang masih kurang. Ini menyebabkan baru tercatat 2.706 orang terdiagnosis menderita hemofilia pada 2020, di bawah angka estimasi penderita yang mencapai 28.000.

Satria Dananjaya, dokter dan pasien hemofilia, mengatakan kesehatan mental penting dijaga dalam menjalani hidup bersama hemofilia. Dukungan dari keluarga dan orang sekitar sangat penting agar bisa menjalani kehidupan dengan baik.

Baca juga: Hari Hemofilia Sedunia: Benarkah Hemofilia Termasuk Penyakit Menular?

Berita terkait

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

6 jam lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

16 jam lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

6 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

8 hari lalu

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

Bedakan memar biasa dengan hematoma, yang biasanya lebih serius karena melibatkan lebih banyak darah dan pulih lebih lama.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

8 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

9 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

10 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya

Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

11 hari lalu

Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

Jika orang kehilangan kontrol temperatur internal karena cuaca panas ekstrem, mereka mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

13 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya