Peneliti Ungkap Kaitan Kepribadian dan Umur Panjang

Reporter

Bisnis.com

Senin, 13 Juni 2022 09:21 WIB

Ilustrasi lansia. Mirror.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian menyebut tiga ciri kepribadian yang bisa membuat orang panjang umur hingga usia mencapai 100 tahun. Dalam penelitian yang diterbitkan dis jurnal AGE, para peneliti berusaha untuk mengeksplorasi apakah kepribadian mempengaruhi umur panjang.

Untuk mengumpulkan temuan mereka, para peneliti memeriksa karakteristik kepribadian orang yang berusia di atas 100 tahun. Para peneliti mengembangkan metode yang membandingkan skor tes kepribadian yang sebenarnya dengan skor tes yang diprediksi untuk 100 tahun, dihitung dari kontrol yang lebih muda.

Para peserta terdiri dari 70 lansia Jepang yang secara kognitif utuh dan berusia 100-106 tahun dan 1.812 berusia 60-84 tahun, semuanya penduduk Tokyo. Inventarisasi lima faktor NEO (NEO-FFI) digunakan untuk menilai ciri-ciri kepribadian lima besar, neurotisisme, suka bergaul, terbuka, ramah, dan kesadaran. Hasilnya menunjukkan orang yang memiliki ketelitian, ekstraversi, dan keterbukaan cenderung lebih panjang umur.

"Hasil ini menunjukkan skor tinggi dalam ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti ketelitian, ekstraversi, dan keterbukaan, dikaitkan dengan umur panjang," tulis para peneliti. "Kami berspekulasi ciri-ciri kepribadian ini berkontribusi pada umur panjang melalui perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, pengurangan stres, dan adaptasi terhadap masalah yang menantang dari yang tertua."

Sejak penelitian ini diterbitkan, para peneliti juga telah mengidentifikasi ciri kepribadian yang kurang terkait dengan umur panjang. Menurut sebuah studi tentang penanda umur panjang, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, tingkat neurotisisme yang lebih rendah lebih kondusif untuk umur panjang. Studi ini mengeksplorasi prediksi umur panjang, baik dari perspektif individu dan perspektif keluarga berdasarkan faktor demografi dan psikososial.

Advertising
Advertising

Sebanyak 186 anggota keluarga panjang umur dan 237 anggota keluarga lansia biasa berpartisipasi dalam studi lintas seksi, sampel 62 lansia berumur panjang, dan 57 lansia biasa dipilih untuk penelitian komparatif. Dari segi faktor psikososial, lansia yang berumur panjang menunjukkan neurotisisme dan dukungan sosial yang lebih rendah, sedangkan ekstraversi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia biasa.

Neurotisisme adalah sifat disposisi untuk mengalami efek negatif, termasuk temperamen, kecemasan, kesadaran diri, dan lekas marah. Meskipun para pakar dalam penelitian tidak menyelidiki hubungan ini lebih lanjut, neurotisisme dikaitkan dengan beragam kondisi fisik seperti masalah jantung. Oleh karena itu, peran yang dimainkan oleh tipe kepribadian dalam mempengaruhi umur panjang tidak boleh diabaikan.

Baca juga: Rahasia Umur Panjang Masyarakat di 5 Tempat Ini

Berita terkait

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

2 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

3 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

8 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

8 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

16 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

5 Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

19 hari lalu

5 Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

Penting untuk memahami dan mengenali berbagai macam kepribadian kucing peliharaan Anda.

Baca Selengkapnya

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

20 hari lalu

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

Empat macam obat umum ini disebut berpeluang membuat orang panjang umur. Simak sebabnya dan penjelasan peneliti.

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

24 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

30 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Sindrom Anak Sulung Viral di TikTok, Baikkah Dampaknya atau Sebaliknya?

34 hari lalu

Sindrom Anak Sulung Viral di TikTok, Baikkah Dampaknya atau Sebaliknya?

Beberapa ciri terkait sindrom anak sulung adalah perfeksionis, tanggung jawab besar, berperan sebagai pemimpin. Berdampak positif atau sebaliknya?

Baca Selengkapnya