Hati-hati, Masih Mudah Juga Bisa Alami Kebotakan

Reporter

Antara

Rabu, 21 September 2022 21:28 WIB

Mengatasi Kebotakan dan Kerontokan Rambut.

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K), menyebut sejumlah penyebab kebotakan berpola atau Androgenetic Alopecia (AGA). Salah satunya faktor keturunan. Menurutnya, hormon androgen pada laki-laki berperan menyebabkan miniaturisasi atau mengecilnya folikel rambut dan kondisi ini banyak dialami yang berusia di atas 50 tahun.

"Di atas 50 tahun hampir 50 persen botak tetapi pada orang Kaukasia itu lebih cepat. Pangeran Andrew usia 30 tahun sudah botak. Kalau kita orang Asia, Afrika, lebih lambat botaknya," ujarnya.

Pada yang sudah mengalami kebotakan di bawah usia 30 tahun, penyebabnya tak hanya genetik tetapi juga faktor stres dan peranan mikronutrien seperti zinc, biotin yang mempengaruhi kesuburan rambut. Namun, hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Perempuan juga bisa botak
Kolega Lili, dr. Farah Faulin Al Fauz Lubis, mengatakan tak menutup kemungkinan yang berusia di awal usia 20 tahun juga mengalami kebotakan. Kemudian tak hanya lelaki, perempuan juga berpeluang mengalami kebotakan berpola dengan gambaran rambut yang lebih tipis di bagian puncak kepala. Hanya saja, penyebabnya bukan didominasi hormon androgen.

Farah menyayangkan orang-orang di Indonesia yang cenderung pasrah menghadapinya. Padahal, kebotakan berpola sebenarnya bisa disembuhkan dengan ketelatenan dalam perawatan.

Advertising
Advertising

Sejauh ini, terapi AGA yang diizinkan BPOM-nya Amerika Serikat (FDA) menggunakan finasterida oral dan minoksidil topikal. Namun, penggunaan finasterida oral dapat memberikan efek samping yang mengkhawatirkan bagi pasien, antara lain penurunan libido dan disfungsi ereksi.

Menurut penelitian yang dilakukan di Eropa, pengunaan finasterida topikal dapat memberikan khasiat yang sama dengan penggunaan finasterida oral dengan kemungkinan efek samping sistemik yang lebih kecil. Kombinasi dengan minoksidil topikal juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas terapi.

Penelitian lanjutan mengenai keamanan finasterida oral dan monoksidil pun akan dilakukan Lili bersama Farah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan bagi pria untuk dapat merawat dan mengobati AGA dengan efek samping sistemik yang lebih kecil. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan terkait efektivitas dan keamanan dalam pemberian kombinasi finasterida 0,1 persen topikal dan minoksidil 5 persen topikal sebagai salah satu pilihan terapi AGA.

Baca juga: Kenali 5 Bahaya Merokok bagi Kesehatan Wajah, Bukan Cuma Rambut Rontok dan Gigi Kuning

Berita terkait

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

4 jam lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Beda Kebotakan yang Biasa Terjadi pada Pria dan Wanita

3 hari lalu

Beda Kebotakan yang Biasa Terjadi pada Pria dan Wanita

Memahami penyebab rambut rontok adalah langkah awal untuk menghentikannya dan mencari perawatan yang pas untuk mencegah kebotakan.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

5 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

5 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

14 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

21 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Tanda Sudah Waktunya Potong Rambut, Termasuk Migrain

27 hari lalu

Tanda Sudah Waktunya Potong Rambut, Termasuk Migrain

Ada tanda-tanda umum sudah waktunya Anda potong rambut, bukan hanya karena sudha terlalu panjang. Berikut di antaranya

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

27 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

34 hari lalu

Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

Seorang wanita muda mengalami cedera ginjal setelah melakukan pelurusan rambut di salon. Penyebabnya kandungan zat berbahaya pada produk.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

35 hari lalu

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.

Baca Selengkapnya