Jangan Tolak Emosi Negatif, Simak Saran Psikolog

Reporter

Antara

Selasa, 4 Oktober 2022 09:50 WIB

Ilustrasi anjing mengenali emosi manusia. google.com

TEMPO.CO, Jakarta - Menerima segala emosi, termasuk yang negatif, perlu dilakukan karena akan membantu orang belajar mengelola perasaan. Begitu kata M. Ari Wibowo dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia.

"Saya mau pakai judul seri workshop saya, namanya memikirkan pikiran, memikirkan perasaan, merasakan pikiran, dan merasakan perasaan. Jadi saya pengin teman-teman mengizinkan untuk merasakan perasaannya," kata Ari.

Menurutnya, saat ini banyak cara mengelola stres yang sebenarnya hanya berusaha membuat orang kabur dari perasaannya. Padahal, hal tersebut akan membuat orang menjadi tidak pandai dalam mengelola perasaan. Saat berusaha merasakan perasaannya terhadap kondisi tertentu, wajar jika dia merasa sakit. Rasa sakit ini akan menjadi bagian dari proses agar mampu mengelola perasaannya dengan sebaik mungkin.

"Yang saya temukan, ketika saya meminta klien saya untuk merasakan perasaan, dia kaget. Merasa kesakitan, lalu panik. Padahal, wajar ketika merasakan perasaan akan muncul perasaan lain dan reaksi fisik," katanya. "Jadi kalau tidak biasa mengelola rasa dan senang kabur-kaburan, senang have fun doang, jalan-jalan yang dibilang healing padahal cuma refreshing, maka ketika merasakan perasaan, Anda akan kaget. Tapi saya akan bilang itu sangat normal."

Pola asuh salah
Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia lainnya, Feka Angge Pramita, menambahkan mengizinkan kehadiran emosi negatif memang hal yang cukup sulit. Salah satu penyebabnya adalah pola pengasuhan yang selalu melarang anak untuk menangis.

Advertising
Advertising

"Misalnya anaknya nangis, disuruh jangan nangis. Jadi perasaan negatif itu tidak diizinkan untuk ada. Jadi pada saat dewasa, kita jadi kesulitan untuk mengelola regulasi diri, kesulitan mengelola stres," ujar Feka. "Jadi, akhirnya kalau sudah bertumpuk-tumpuk (stresnya) tentu akan kesulitan banget."

Feka juga mengatakan tak ada salahnya para orang tua mengakui perasaan negatifnya jika hal tersebut dilihat oleh anak. Hal ini akan membuat anak belajar menghadapi konflik.

"Menurut saya enggak apa-apa, cuma memang perlu berhati-hati saat menyampaikan ada apa. Misalnya saat berantem sama papanya, hati-hati menggunakan kata berantem atau menceritakan keseluruhan tanpa difilter karena dia tentu tidak paham konteksnya," kata Feka. "Jadi kita sedih di depan anak itu enggak apa-apa karena nanti mereka akan melihat bahwa masalah itu bisa diatasi. Mereka sangat butuh proses itu."

Baca juga: Cegah Tragedi Kanjuruhan Terulang, Ajarkan Rivalitas Sehat pada Anak

Berita terkait

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

12 jam lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

1 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

1 hari lalu

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

3 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

3 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

4 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

4 hari lalu

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

7 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

7 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

8 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya