Segera Lakukan Pencegahan Kanker Serviks sebelum Muncul Gejala

Reporter

Antara

Sabtu, 8 Oktober 2022 20:29 WIB

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan Tofan Widya Utami meminta perempuan sesegera mungkin melakukan upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks dan jangan menunggu hingga gejala atau tanda muncul.

“Jangan menunggu gejala. Kita harus waspada bahwa ini bisa saja sudah terjadi kanker serviks tapi belum ada gejala apapun,” kata dokter dari Rumah Sakit Universitas Indonesia itu.

Tofan mengatakan kemunculan gejala biasanya menandakan kanker serviks sudah berkembang menjadi stadium lanjut. Berdasarkan pengalamannya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Tofan mengatakan banyak ditemukan pasien kanker serviks tanpa gejala yang rupanya telah stadium lanjut atau sekitar 77,9 persen kasus.

“Itu ironis sekali. Kenapa? Karena sebetulnya ini sangat bisa dicegah dan disembuhkan dalam fase prakanker,” ujarnya.

Ia menjelaskan kanker serviks tidak terjadi secara tiba-tiba. Infeksi virus human papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks dapat berkembang hingga menjadi suatu lesi atau gejala membutuhkan waktu tahunan. Virus tersebut pada dasarnya dapat ditemukan di mana-mana.

Advertising
Advertising

HPV jadi berbahaya dan berubah menjadi penyakit apabila terjadi persistensi atau hidup berkepanjangan di serviks atau leher rahim atau sekitarnya.Tofan menyebutkan setiap perempuan yang sudah aktif secara seksual memiliki risiko terinfeksi HPV sepanjang hidupnya sebesar 50-80 persen. Apabila persistensi tidak terjadi, kemudian individu tetap menjaga imunitas dan menjalankan gaya hidup seimbang, maka akan terjadi pembersihan dengan sendirinya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada tiga langkah intervensi yang dapat dilakukan, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tofan mengatakan di masa saat ini yang terpenting yaitu pencegahan primer dan sekunder, mengingat tersier berarti dapat dikatakan terlambat, sudah dalam tahap pengobatan.

Pentingnya edukasi
Adapun pencegahan primer dapat berupa vaksinasi HPV dan promosi kesehatan melalui edukasi. Vaksinasi yang paling baik sebenarnya pada perempuan yang belum terpapar HPV atau belum pernah melakukan hubungan seksual. Meski demikian, Indonesia masih mendorong untuk dilakukan vaksinasi HPV pada wanita antara 10-55 tahun.

Sementara pencegahan sekunder yaitu deteksi dini yang terdiri dari skrining dan diagnosis. Tofan mengatakan skrining merupakan komponen deteksi dini dengan melakukan penapisan pada semua perempuan yang belum memiliki gejala sama sekali. Deteksi dini memiliki banyak modalitas atau metode yang bisa dilakukan perempuan, di antaranya pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) yang sudah dicanangkan sebagai program nasional sejak 2007. Selain itu ada pula papsmear dan tes DNA-HPV.

“Setiap perempuan yang sudah atau pernah melakukan hubungan seksual minimal tiga tahun sejak awal melakukan hubungan seksual itu periksa, minimal sekali. Mau IVA, papsmear, atau yang sangat akurat pemeriksaan virusnya (DNA-HPV),” katanya.

Ia mengatakan pemeriksaan dengan metode IVA dan papsmear yang normal boleh dilakukan dengan pengulangan antara 1-3 tahun sementara tes DNA-HPV bisa diulang 3-5 tahun. Tofan juga menegaskan ketika individu telah melakukan vaksinasi, bukan berarti sudah tidak memerlukan pemeriksaan IVA, papsmear, maupun DNA-HPV.

“Jangan berpikir, ‘Ah, saya sudah vaksin, berarti sudah tidak perlu lagi IVA, papsmear, dan tes DNA-HPV. Itu salah. Pencegahan primer dan sekunder itu harus menjadi satu kesatuan,” tegasnya.

Baca juga: Pentingnya Vaksinasi HPV bagi Siswi Sekolah Dasar

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

3 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

4 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

7 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

7 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

10 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

13 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

15 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

15 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

17 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

20 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya