2 Pencegahan Kanker Serviks yang Harus Sejalan

Reporter

Antara

Sabtu, 12 November 2022 08:01 WIB

Ilustrasi pap smear. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Ada dua pencegahan kanker serviks yang idealnya tak terpisahkan. Spesialis dan konsultan kebidanan dan kandungan dari RSCM Junita Indari, mengingatkan pencegahan primer berupa vaksinasi dan sekunder berupa skrining pada kanker serviks harus dilakukan secara paralel.

“Pencegahan primernya dengan vaksinasi, pencegahan sekundernya itu dengan skrining deteksi dini. Deteksi dini bisa dengan pap smear atau bisa juga dengan pemeriksaan IVA,” kata Junita.

Dia mengatakan orang yang sudah melakukan vaksinasi HPV bukan berarti tidak memerlukan skrining berupa pap smear, inspeksi visual asetat (IVA), maupun DNA HPV. Skrining tetap dibutuhkan, bahkan pada perempuan yang sudah vaksinasi untuk memastikan tidak terinfeksi virus HPV jenis lain yang belum tersedia dalam vaksin.

Junita menjelaskan vaksin HPV yang ada saat ini yaitu vaksin HPV bivalen yang bisa mencegah infeksi virus HPV tipe 16 dan 18 serta vaksin HPV kuadrivalen untuk mencegah infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Dia mengatakan virus HPV yang agresif memang berupa tipe 16 dan 18. Meski begitu, bukan berarti tipe lain tidak berisiko.

“Ada 16 sisanya yang high risk yang tidak ada di dalam vaksin itu. Jadi untuk 16 dan 18 saja dia bisa melindungi, ada cross protection dari yang tipe 31 dan 45, itu sampai 85 persen terlindungi. Ada 15 persennya dari 14 tipe lain yang belum ada di vaksin. Jadi mungkin terpapar 15 persen kalau misalnya nanti tidak pap smear. Itu kan bisa jadi kanker serviks,” paparnya.

Advertising
Advertising

Dia menjelaskan vaksinasi HPV dapat dilakukan mulai usia 9 tahun. Anak berusia 9-13 tahun hanya memerlukan dua kali suntikan dengan jarak sekitar 6-12 bulan. Sementara perempuan di atas 14 tahun memerlukan tiga kali vaksinasi dengan jarak antarsuntikan bergantung pada jenis vaksin yang digunakan.

Siapa yang dianjurkan vaksinasi?
Anak-anak dan perempuan yang belum kontak seksual dianjurkan untuk vaksinasi terlebih dulu dan tidak perlu melakukan tes skrining. Namun bagi perempuan yang belum vaksinasi dan sudah melakukan kontak seksual, disarankan untuk dilakukan skrining terlebih dulu saat tiga tahun setelah kontak seksual.

“Untuk yang belum menikah atau belum kontak seksual, tidak perlu dipap smear, vaksin langsung, apalagi anak-anak. Tapi kalau yang sudah menikah, tujuannya apa kalau dipap smear dulu? Tujuannya untuk tahu saat itu kondisi serviksnya bagaimana,” jelas Junita.

Dia juga mengingatkan pemeriksaan IVA maupun pap smear seharusnya dilakukan secara berulang selang tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun dan tidak berhenti pada usia menopause. Namun apabila pernah ditemukan hasil yang tidak normal pada pemeriksaan IVA atau pap smear dalam tiga tahun terakhir sebelum usia 65 tahun, maka pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai 70 tahun.

“Jadi jangan berhenti di usia menopause. Kebanyakan wanita tidak mengerti. Padahal justru di usia-usia itu, di umur-umur 50-an atau 45-55 tahun itu puncak dari kanker serviks. Jadi di situ lebih dilihat, harus tetap dilakukan sampai umur 65 tahun,” tegasnya.

Baca juga: Tidak Disunat Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi HPV pada Laki-Laki

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

2 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

4 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

6 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

7 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

9 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

13 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

14 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

14 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

17 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

19 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya