Kerap Dialami Pensiunan, Apa itu Post Power Syndrome?

Kamis, 5 Januari 2023 10:15 WIB

ilustrasi lansia (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak sedikit orang yang baru saja kehilangan atau berhenti dari suatu pekerjaan mengalami post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan. Umumnya, kondisi ini dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti oleh menurunkan harga diri. Lantas, bagaimana sindrom ini terjadi?

Melansir rsjd-surakarta.jatengprov.go.id, makna ’power’ dalam istilah post power syndrome bukan merujuk pada arti sebenarnya yaitu kekuasaan atau pekerjaan. Namun, ‘power’ dalam post-power syndrome memiliki kondisi ketika seseorang sebelumnya memiliki banyak kegiatan atau aktif tetapi mendadak hilang. Bagi penderita post-power syndrome, menganggur atau tidak melakukan kegiatan apapun setelah sebelumnya mengalami aktivitas yang padat melahirkan rasa ketidaknyamanan sendiri.

Perubahan yang tidak bisa dia terima itu adalah perubahan yang berkaitan dengan hilangnya aktivitas, hilangnya kekuasaan, hilangnya harta, dan sebagainya. Jika dibiarkan berlarut, penderita post power syndrome akan mengalami gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Baca: Mengenal Post Power Syndrome dan Cara Mengatasinya

Gejala Post Power Syndrome

Dilansir dppkbpmd.bantulkab.go.id, gejala-gejala yang menjadi tanda seseorang mengalami post-power syndrome yaitu kurang bergairah dalam menjalankan aktivitas, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, tidak suka mendengarkan pendapat orang lain, mengkritik atau mencela pendapat orang lain serta senang membicarakan dan membanggakan kehebatan/pencapaian di masa lalu.

Advertising
Advertising

Dilansir ui.ac.id, Seiring waktu, sindrom ini akan menimbulkan gejala-gejala psikologis lainnnya. Para penderitanya bisa merasa depresi, tidak berguna lagi, dan menjadi pemarah. Selain itu, penyakit-penyakit seperti vertigo dan penyakit lainnya juga dapat kambuh dan muncul.

Sebagian besar penderita post power syndrome adalah pensiunan. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya post power syndrome, setiap orang wajib untuk mempersiapkan diri mengenai kehidupan saat pensiun. Persiapan ini idealnya dilakukan saat rentang usia 25-45 tahun.

Penderita post power syndrome biasanya akan menunjukkan emosi yang negatif. Walaupun demikian, sebaiknya penderita tidak dijauhi atau dihindari. Para penderita ini perlu dibantu untuk beradaptasi dan menerima kondisinya, salah satunya dengan menyibukkan diri dengan hal baru.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca juga: Tak Mudah Mengatasi Post Power Syndrome, Tapi Bisa Lakukan 4 Tips Ini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

3 hari lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

5 hari lalu

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

5 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

6 hari lalu

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

Pensiunan Puspitek menyatakan Menristek saat itu, BJ Habibie, menyiapkan rumah dinas itu bagi para peneliti yang ditarik dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

7 hari lalu

Kalimat yang Pantang Diucapkan pada Bos meski Berteman

Agar tak ada masalah dalam pekerjaan, cobalah hindari mengucapkan kalimat-kalimat berikut meski bos adalah teman sendiri.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

7 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

11 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

12 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

12 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

13 hari lalu

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

Baca Selengkapnya