Gelombang Panas lebih Mematikan bagi Penderita Gangguan Mental

Reporter

Tempo.co

Selasa, 16 Mei 2023 19:02 WIB

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)

TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang panas sejak April 2023 telah melanda berbagai tempat di belahan Bumi utara, termasuk sebagian besar Asia, Eropa Barat, dan Afrika Barat Laut. Musim panas yang panjang nan terik ini membawa kesengsaraan bagi banyak makhluk hidup sebagai akibat dari perubahan iklim.

Para peneliti memperingatkan bahwa kenaikan suhu akan membuat gelombang panas lebih mematikan bagi masyarakat rentan: Orang sakit, lanjut usia, atau gelandangan. Kini riset terbaru menunjukkan, orang dengan gangguan kesehatan mental lebih-lebih rentan terhadap gelombang panas.

Studi bertajuk “Chronic Diseases Associated With Mortality in British Columbia, Canada During the 2021 Western North America Extreme Heat Event” ini dipimpin oleh Michael Lee dan terbit pada 15 Maret 2023 dalam jurnal GeoHealth. Ahli epidemiologi dari British Columbia Center for Disease Control (BCCDC) tersebut mempelajari fenomena Kubah Panas Barat di wilayah sekitar Pasifik Barat Laut pada Juni 2021.

Lee menemukan bahwa penderita gangguan mental memiliki risiko kematian lebih tinggi terkait dengan panas. Mereka yang memiliki riwayat skizofrenia (sebuah penyakit kejiwaan kronis) hampir tiga kali lebih mungkin meninggal dunia selama gelombang panas dibandingkan pekan-pekan biasa.

Sarah Henderson—salah seorang direktur di BCCDC—memahami bahwa skizofrenia adalah sebuah faktor risiko. Namun, dalam penelitian yang ia awasi tersebut, risiko skizofrenia pada peristiwa suhu panas ekstrem sangatlah mengejutkan. Itu berada jauh di atas faktor risiko lainnya dan tentu tidak menjadi hal yang baik.

Advertising
Advertising

Lebih lanjut, Lee menyatakan perlunya rasa peduli terhadap iklim yang selama ini kerap terabaikan oleh masyarakat luas. Kesadaran akan tingginya risiko bagi pengidap masalah gangguan mental juga harus ditingkatkan seiring fenomena gelombang panas yang semakin sering terjadi.

Suhu Panas dan Gangguan Mental

Psikiater dan psikolog telah lama mengetahui bahwa panas berdampak buruk pada kesehatan mental. Mulai dari kekerasan antarpribadi, ujaran kebencian, hingga tingkat bunuh diri turut meningkat selama gelombang panas. Namun, kesadaran baru saja mulai mengakar dalam perbincangan komunitas medis yang lebih luas.

Sekitar 1 persen orang Amerika dewasa menderita skizofrenia, 2,6 persen mengalami gangguan bipolar, dan 6,9 persen depresi berat. Itu adalah tiga kondisi yang dapat meningkatkan kerentanan penderita terhadap dampak buruk gelombang panas. Dari perspektif kesehatan masyarakat, harus menjadi prioritas utama untuk mendidik orang-orang dengan gangguan mental, pengasuh mereka, beserta pekerja sosial. Ketiga belah pihak perlu mempunyai rencana agar tetap tenang, termasuk memastikan ketersediaan pendingin ruangan milik pribadi maupun komunitas.

Kenapa Penderita Gangguan Mental lebih Rentan terhadap Gelombang Panas?

Alasan mengapa pasien kesehatan mental lebih rentan selama periode panas ekstrem baru saja mulai dieksplorasi.

Selama gelombang panas, suhu malam hari juga meningkat dan berujung kurang tidur yang memiliki kontribusi terhadap tekanan mental. Orang dengan riwayat skizofrenia mungkin tidak menyadari kondisi fisik mereka sendiri, sekalipun itu mengancam jiwa. Banyak kematian saat peristiwa kubah panas 2021 terjadi di dalam rumah tanpa pendingin ruangan yang memadai.

Carol Lim, seorang psikiater di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mengaku tak jarang melihat pasien skizofrenia datang ke kliniknya terbungkus beberapa lapis pakaian tebal pada siang hari bersuhu 32 derajat celsius. Selain itu, pasien penyakit mental sering kali diisolasi, di-stigmatisasi, dan dipinggirkan secara ekonomi sehingga bertambah risikonya. Mereka tidak mampu membela diri sendiri serta tidak selalu memiliki akses ke pendingin ruangan. Beberapa bahkan tunawisma dan tidak ada keluarga yang mencari mereka.

Penggunaan obat-obatan juga membuat seseorang lebih rentan terhadap panas ekstrem. Litium, zat obat yang digunakan oleh pengidap gangguan bipolar, bisa menjadi racun saat pasien mengalami dehidrasi. Antidepresan trisiklik dapat menyebabkan keringat berlebih, yang menyebabkan dehidrasi tingkat berbahaya. Sementara clozapine—antipsikotik kuat yang digunakan untuk mengendalikan skizofrenia—bersifat antikolinergik yang berefek mengurangi atau menghentikan keringat, pertahanan terpenting tubuh terhadap kepanasan.

Menurut Lim, pasien kesehatan mental yang mengambil obat berisiko tinggi dapat memperburuk kondisi mereka dan mengganggu kemampuan termoregulasi (penstabilan suhu tubuh tanpa terpengaruh perubahan lingkungan).

Solusi Gelombang Panas bagi Penderita Gangguan Mental

Pasien tidak berarti harus berhenti minum obat selama gelombang panas. Menurut Henderson, itu mutlak diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup di antara pasien skizofrenia atau penyakit mental lainnya. Praktisi kesehatan mental harus mengatasi seluruh faktor risiko—termasuk tunawisma, isolasi sosial, dan kemiskinan—lewat berbagai dukungan sosial sambil menyoroti peran penting obat-obatan.

Langkah lainnya juga termasuk memperingatkan seluruh layanan sosial terhadap risiko gelombang panas pada klien yang menderita gangguan kesehatan mental. Robin Cooper, profesor psikiatri dari Universitas California San Francisco sekaligus pemimpin Climate Psychiatry Alliance, menyebutnya sebagai “perawatan berdasarkan informasi iklim”.

Jelang gelombang panas berkala, psikiater dan psikolog harus secara aktif terlibat dengan pasien dengan mendidik mereka tentang tata cara perlindungan pribadi melalui hidrasi yang cukup, pakaian yang sesuai, dan tempat berlindung yang layak. Sedangkan bagi mereka dengan penyakit mental yang lebih parah, organisasi dan komunitas lokal yang telah menjalin hubungan sebelumnya juga perlu dilibatkan.

Walau dalam penelitian Lee sebagian besar pasien skizofrenia yang meninggal akibat gelombang panas tinggal di rumah, Lim menegaskan bahwa tunawisma masih merupakan faktor risiko utama. Praktik konseling kesehatan mentalnya di klinik Freedom Trail Boston terletak di bawah tempat penampungan tunawisma yang tutup pukul 09.00–17.00. Selama gelombang panas, tempat penampungan seperti itu harus mempertimbangkan untuk tetap terbuka dan memberikan perlindungan yang menyelamatkan. Lim juga ingin melihat perawatan yang lebih proaktif di klinik kesehatan mental seperti miliknya. Evaluasi risiko gelombang panas harus dilakukan sebagaimana evaluasi percobaan bunuh diri.

Sepanjang gelombang panas masih melanda Bumi, Lim juga menyarankan untuk mengadakan diskusi terapi kelompok yang berfokus pada iklim. Itu bisa memberi pasien kesempatan untuk membicarakan masalah mereka secara terbuka sehingga lebih sadar dan tahu apa yang harus dilakukan. Jika merasa lebih mudah tersinggung atau psikotik, mereka dapat berpikir, “Mungkin iklim memengaruhi kesehatan saya.”

Perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan. Namun tak seperti banjir, gelombang panas bisa diprediksi. Artinya, kematian akibat gelombang panas lebih dapat dicegah dari segi mana pun.

Pilihan editor: Mengenal Tanda dan Gejala OCD

SYAHDI MUHARRAM

Berita terkait

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

9 jam lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

19 jam lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

4 hari lalu

Cara Membantu Penderita Hoarding Disorder, Gangguan Mental Suka Menimbun Barang

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat orang ingin terus mengumpulkan barang hingga menumpuk.

Baca Selengkapnya

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

4 hari lalu

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

5 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

8 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

42 hari lalu

Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.

Baca Selengkapnya

Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

44 hari lalu

Nonton Drama Korea Secara Maraton Bisa Mengundang Bahaya, Begini Maksudnya

Menonton drama Korea atau drakor terus menerus dalam satu waktu bisa mengundang bahaya bagi kesehatan mental. Apakah itu?

Baca Selengkapnya

Menko PMK Minta Caleg yang Kena Gangguan Mental Konsultasi ke Rumah Sakit

47 hari lalu

Menko PMK Minta Caleg yang Kena Gangguan Mental Konsultasi ke Rumah Sakit

Caleg diminta tidak usah malu datang ke rumah sakit.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Ibu Pembunuh Anak Terindikasi Skizofrenia, Gangguan Mental Macam Apa?

50 hari lalu

Polisi Sebut Ibu Pembunuh Anak Terindikasi Skizofrenia, Gangguan Mental Macam Apa?

Skizofrenia memiliki korelasi pada tindakan-tindakan tragis, seperti pembunuhan. Polisi sebut ibu pembunuh anak di Bekasi Utara pun terindikasi itu.

Baca Selengkapnya