Tak Hanya Saluran Pernapasan, Polusi Udara Juga Ancam Mata dan Telinga

Reporter

Antara

Senin, 4 September 2023 20:22 WIB

Gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Sabtu, 2 September 2023. Dikutip dari laman resmi IQAir per 2 September 2023 pukul 13.00 WIB, kualitas udara Jakarta berada di angka 154 yang menunjukkan ketegori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter umum Madhita Kasoem menjelaskan pengaruh polusi udara yang tinggi terhadap mata dan telinga, khususnya di kota-kota besar seperti daerah Jakarta. Menurutnya, polusi itu berdebu dan akan membuat iritasi mata.

Menurut anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, aktivitas di luar saat polusi udara sedang berada di indeks tertinggi memang tak dapat dihindari. Karena itu, sebaiknya gunakan pelindung atau alat proteksi mata untuk menghindari dampak terhadap kesehatan mata.

“Lebih pakai proteksi, kacamata, itu akan mengurangi,” kata dokter di Siloam Hospitals Lippo Village dan Kasoem Hearing Center & Speech Center Ctec itu.

Selain itu, polusi udara juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan telinga. Secara umum, telinga dibagi menjadi tiga bagian, yakni telinga luar, tengah, dan dalam serta memiliki kaitan terhadap beberapa masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi udara maupun faktor lain.

“Kalau untuk polusi, biasanya ada hubungan sama alergi. Kemudian kalau batuk atau pilek hubungannya ke telinga tengah,” kata dokter lulusan dari Universitas Trisakti tersebut.

Advertising
Advertising

Polusi udara dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, termasuk pilek alergi atau rhinitis alergi pada sebagian orang. Pilek alergi atau rhinitis alergi sendiri berbeda dengan pilek karena infeksi. Rhinitis alergi adalah peradangan pada bagian dalam hidung yang disebabkan alergen, yaitu zat pemicu alergi seperti debu dan partikel polusi. Lain halnya dengan pilek infeksi yang disebabkan virus dan bakteri.

Saat terpapar alergen yang berasal dari polusi udara, sistem kekebalan tubuh bereaksi karena menganggap alergen sebagai benda berbahaya. Hal tersebut menyebabkan tubuh memproduksi sejumlah zat kimia yang membuat selaput lendir hidung membengkak dan produksi lendir di hidung meningkat.

Periksa pendengaran
Meski berbeda, rhinitis alergi memiliki beberapa gejala yang mirip pilek infeksi, yaitu bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat. Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tidak lama setelah terpapar alergen. Jika semakin parah, kondisi tersebut dapat memicu peradangan pada telinga tengah.

Seperti diketahui, telinga dan hidung terhubung dengan saluran yang dinamakan saluran eustachius. Ketika saluran tersebut tersumbat makan dapat mengakibatkan pembengkakan dan membuat telinga lebih mudah terkena infeksi atau peradangan serta mengakibatkan gangguan pendengaran. Meski alergi pada telinga tidak selalu dipicu polusi udara, Madhita mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan saat telinga mulai mengalami gangguan agar dapat ditangani dengan tepat.

“Jadi, pendengaran itu kita harus periksa dengan tepat. Setelah mendapatkan pemeriksaan yang tepat, baru ada diagnosanya,” papar Madhita.

Biasanya, alergi yang disebabkan polusi udara dapat mereda dengan minum obat resep untuk alergi. Selain itu, ia juga menyarankan untuk menjaga kebersihan telinga, terutama setelah menjalani aktivitas di luar ruangan, agar telinga terhindar dari risiko alergi maupun gangguan kesehatan telinga lain.

Pilihan Editor: 3 Penyebab Bersin, Reaksi Alergi hingga Iritasi

Berita terkait

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

7 hari lalu

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melakukan kampanye edukasi dengan tema 'Udara Bersih Untuk Jakarta', di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pandawa Tanah Tinggi.

Baca Selengkapnya

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

9 hari lalu

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India).

Baca Selengkapnya

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

15 hari lalu

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

Berikut 10 penyebab bersin terbanyak hasil riset pada 2.000 orang, bukan hanya karena alergi atau sedang flu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

16 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

17 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

18 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

19 hari lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

19 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

19 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

20 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya