Salah Kaprah Gen Z Soal Skincare dan Sunscreen
Reporter
Winda Oktavia
Editor
Dwi Arjanto
Rabu, 5 Juni 2024 14:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, dua survei menunjukkan tren yang meresahkan terkait perilaku keamanan sinar matahari di kalangan orang dewasa muda, khususnya Gen Z. Survei online yang dilakukan oleh American Academy of Dermatology (AAD) terhadap lebih dari 1.000 orang menunjukkan bahwa 28 persen anak berusia 18 hingga 26 tahun tidak percaya bahwa berjemur dapat menyebabkan kanker kulit. Selain itu, 37 persen responden mengatakan mereka hanya memakai sunscreen atau tabir surya ketika diingatkan oleh orang lain.
Dikutip dari Channel News Asia, survei lain yang dilakukan oleh Orlando Health Cancer Institute menemukan 14 persen orang dewasa di bawah 35 tahun percaya bahwa memakai tabir surya setiap hari lebih berbahaya daripada paparan sinar matahari langsung. Meski survei ini tidak mewakili semua orang dewasa muda, para dokter memperhatikan adanya kesenjangan pengetahuan dan perilaku berisiko di antara pasien yang lebih muda.
Menurut Melissa Shive dari UCI Health, masalah ini tidak sepenuhnya baru dan generasi muda sering kali kurang memahami kerusakan akibat sinar matahari serta cara terbaik untuk mencegahnya. Sebagai contoh, banyak orang tidak menyadari bahwa kulit kecokelatan dan bintik-bintik adalah tanda-tanda kerusakan akibat sinar matahari.
Heather Rogers dari Universitas Washington menambahkan bahwa hingga kini banyak pasien muda yang menggunakan tanning bed atau alat yang bisa membantu menggelapkan kulit tanpa sinar matahari, meskipun sinar ultraviolet dari tanning bed atau sinar matahari langsung dapat merusak kulit dan menyebabkan kanker kulit.
Pengetahuan tentang keamanan sinar matahari juga tidak sempurna di kalangan orang lanjut usia. Survei AAD menemukan bahwa 17 persen generasi milenial tidak tahu bahwa tanning menyebabkan kanker kulit. Namun, Gen Z lebih cenderung mempercayai mitos keselamatan sinar matahari, yang sebagian besar disebarkan melalui platform media sosial seperti TikTok. Banyak influencer dan selebriti yang menyebarkan informasi keliru tentang tabir surya dan paparan sinar matahari.
Ida Orengo dari Baylor College of Medicine menyatakan bahwa media sosial sering kali menyebarkan informasi yang tidak benar tentang keamanan sinar matahari dan penggunaan tabir surya. Meski media sosial bisa membantu dalam penyebaran informasi tentang pencegahan kanker kulit, seringkali informasi yang salah juga menyebar dengan cepat dan memperburuk keadaan.
Survei Orlando Health menemukan bahwa hampir seperempat responden berusia di bawah 35 tahun percaya bahwa tetap terhidrasi dapat mencegah sengatan matahari, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hal ini. Selain itu, lebih dari seperempat responden dalam survei AAD percaya bahwa penggelapan warna dasar kulit dapat mencegah kanker kulit, padahal penggelapan kulit justru merusak sel-sel kulit.
Dilansir dari Healthline, untuk membangun rutinitas perawatan kulit yang benar, ada empat langkah dasar yang perlu diikuti, yaitu pembersihan, penggunaan serum, pelembab, dan tabir surya.
1. Pembersihan: Pilih pembersih yang tidak membuat kulit terasa kencang setelah dicuci. Hindari mencuci wajah lebih dari dua kali sehari.
2. Serum: Gunakan serum dengan vitamin C atau peptida di pagi hari dan retinol di malam hari.
3. Pelembab: Gunakan pelembab yang sesuai dengan jenis kulit, baik itu berbasis gel untuk kulit berminyak atau berbasis krim untuk kulit kering.
4. Tabir surya: Oleskan tabir surya dengan SPF minimal 30, 15 menit sebelum keluar rumah. Hiperpigmentasi pada kulit yang lebih gelap memerlukan perlindungan ekstra.
CNAH LIFESTYLE
Pilihan editor: Kajian CELIOS soal Untung Rugi Kebijakan Tapera