Mengenal Efek Daun Kratom, Apa Alternatif Tanaman Penggantinya?

Minggu, 23 Juni 2024 10:20 WIB

Daun Kratom (wikipedia)

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginstruksikan Kementerian Kesehatan, BRIN, dan BPOM untuk melakukan penelitian mendalam mengenai tanaman kratom yang memiliki kandungan narkotika. Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, menyatakan bahwa Presiden menekankan pentingnya mengoptimalkan manfaat kratom setelah rapat terbatas di Istana Kepresidenan pada Kamis, 20 Juni 2024.

Badan Narkotika Nasional (BNN) meminta agar tanaman kratom tetap tidak digunakan oleh masyarakat selama masa riset atas instruksi Jokowi, kecuali untuk kepentingan penelitian. "Kratom memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh, terlebih jika digunakan dengan dosis tinggi," kata Kepala BNN Komisaris Jenderal Marthinus Hukom dalam keterangan tertulis resmi, Jumat, 21 Juni 2024, dikutip Antara.

Sampai sekarang budi daya dan konsumsi kratom masih belum diatur dalam Undang-Undang (UU) Narkotika, sehingga BNN mengusulkan untuk dilakukan penelitian teknis tentang kratom.

Berdasarkan laman resminya, BNN menyatakan kratom memiliki efek samping yang membahayakan, terlebih bila penggunaannya tidak sesuai takaran. Namun kratom belum diatur dalam Undang-Undang Narkotika. Regulasi pemerintah daerah belum bisa membatasi penggunaan kratom. Badan Pengawasan Obat dan Makanan telah melarang penggunaan daun kratom sebagai suplemen atau obat herbal.

Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kratom bukan termasuk narkotika berbahaya dan bisa digunakan sebagai pereda nyeri. Namun, pemerintah menunggu hasil riset lanjut dari BRIN yang dijadwalkan selesai pada Agustus mendatang.

Advertising
Advertising

Pemerintah juga membahas tata kelola dan tata niaga kratom untuk merespons keluhan dari masyarakat, terutama 18 ribu keluarga di Kalimantan Barat yang mengalami kesulitan mengekspor kratom karena belum ada standar produk yang jelas.

Moeldoko menjelaskan bahwa kratom telah dikonsumsi secara tradisional oleh masyarakat Kalimantan sebagai sumber energi mirip kopi, dengan tingkat kecanduan yang rendah. Ia menekankan pentingnya regulasi untuk memastikan kratom bebas dari kontaminan seperti bakteri salmonella, ecoli, dan logam berat, yang saat ini menyebabkan penurunan ekspor karena produk sering ditolak dan harganya turun.

"Rapat hari ini bakal memastikan penggolongannya, tata kelolanya, dan tata niaganya bagaimana. Karena ini ditunggu sama masyarakat," kata Moeldoko sebelum rapat, Kamis, 20 Juni 2024.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa antara Januari dan Mei 2023, ekspor utama kratom Indonesia adalah ke Amerika Serikat dengan nilai 4,86 juta dolar AS atau 66,3 persen dari total ekspor. Negara tujuan lainnya termasuk Jerman (0,61 juta dolar AS), India (0,44 juta dolar AS), dan Republik Ceko (0,39 juta dolar AS).

Kratom, atau Mitragyna speciosa, merupakan tanaman dari keluarga kopi yang berasal dari Asia Tenggara. Di beberapa negara seperti Kamboja, Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Papua Nugini, kratom telah digunakan dalam pengobatan herbal sejak abad ke-19. Hingga 2018, manfaat dan keamanannya masih diperdebatkan. Pada 2019, FDA Amerika Serikat menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa kratom aman atau efektif untuk pengobatan apa pun.

Kratom sering digunakan untuk mengatasi nyeri kronis, gejala putus obat opioid, atau rekreasi. Efeknya dimulai dalam lima hingga sepuluh menit dan berlangsung dua hingga lima jam. Daun kratom diyakini dapat meningkatkan kewaspadaan, energi, dan rasa percaya diri selain meredakan nyeri.

Efek samping serius mungkin termasuk depresi pernapasan, kejang, psikosis, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, kesulitan tidur, dan toksisitas hati. Risiko kecanduan juga ada, terutama jika digunakan secara rutin dan dihentikan tiba-tiba. Beberapa kematian telah dilaporkan terkait penggunaan kratom, baik sendiri maupun dicampur dengan zat lain, meskipun toksisitas serius jarang terjadi dan biasanya pada dosis tinggi atau penggunaan bersamaan dengan zat lain.

Kratom tumbuh subur di Kalimantan dan biasanya digunakan sebagai teh atau suplemen untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kesehatan kulit, dan menaikkan libido. Namun, efek samping berbahaya dapat terjadi jika tidak digunakan dengan benar. BNN menyatakan bahwa kratom belum diatur dalam Undang-Undang Narkotika, sehingga regulasi pemerintah daerah belum bisa membatasi penggunaannya.

Alternatif Kratom

Dilansir dari PubMed, selain kratom (Mitragyna speciosa), ada beberapa tanaman lain yang masih dalam keluarga Rubiaceae yang memiliki sifat dan manfaat serupa. Dua di antaranya adalah Mitragyna javanica dan Mitragyna hirsuta. Kedua tanaman ini memiliki kandungan alkaloid yang memberikan efek mirip dengan kratom, meski tidak sekuat dan seefektif kratom.

Mitragyna Javanica

Mitragyna javanica, yang juga dikenal sebagai "javanese kratom," adalah tanaman asli Asia Tenggara yang sering digunakan sebagai alternatif kratom. Meskipun kurang populer dibandingkan kratom, Mitragyna javanica memiliki beberapa kelebihan, terutama karena kandungan alkaloid yang berbeda dan lebih aman. Mitragyna javanica mengandung alkaloid mitrajavine dan 3-isoajmalicine, yang memiliki efek stimulan ringan dan pereda nyeri. Meskipun tidak sekuat mitragynine atau 7-hydroxymitragynine yang ditemukan dalam kratom, alkaloid ini masih dapat memberikan efek relaksasi, meningkatkan energi, dan meredakan ketegangan otot.

Penggunaan Tradisional

Secara tradisional, Mitragyna javanica digunakan oleh masyarakat lokal sebagai tonik kesehatan dan untuk mengatasi berbagai keluhan ringan, seperti sakit kepala dan nyeri otot. Daunnya dapat dikonsumsi dalam bentuk teh atau dikunyah langsung, mirip dengan cara konsumsi kratom.

Keamanan dan Regulasi

Mitragyna javanica dianggap lebih aman dibandingkan kratom karena tidak memiliki kandungan alkaloid yang sama kuatnya. Oleh karena itu, tanaman ini sering dijadikan alternatif di negara-negara yang melarang kratom. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efek jangka panjang dan potensi risiko kesehatannya.

Mitragyna Hirsuta

Dikutip dari laman pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, Mitragyna hirsuta, atau "kra thum khok" dalam bahasa Thailand, adalah tanaman lain dari genus Mitragyna yang sering digunakan sebagai substitusi kratom. Tanaman ini juga asli dari wilayah Asia Tenggara dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Mitragyna hirsuta mengandung alkaloid mitraphylline dan isomitraphylline, yang memberikan efek stimulan dan analgesik ringan. Meskipun efeknya lebih lemah dibandingkan kratom, Mitragyna hirsuta tetap dapat memberikan manfaat dalam hal peningkatan energi, relaksasi, dan pereda nyeri.

Penggunaan Tradisional

Di Thailand dan negara-negara sekitarnya, Mitragyna hirsuta digunakan untuk tujuan serupa dengan kratom, yaitu sebagai tonik kesehatan dan untuk mengatasi kelelahan. Daunnya biasanya diseduh menjadi teh atau dikunyah langsung.

Keamanan dan Regulasi

Seperti Mitragyna javanica, Mitragyna hirsuta juga dianggap lebih aman dan sering digunakan sebagai alternatif kratom di daerah dengan regulasi ketat. Tanaman ini memiliki risiko ketergantungan yang lebih rendah, tetapi tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami efek samping potensialnya.

MICHELLE GABRIELA | KHUMAR MAHENDRA

Pilihan Editor: Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Kratom Tanaman yang Disebut Mengandung Narkotika

Berita terkait

Jokowi dan Prabowo Saksikan Sailing Pass 55 Kapal Perang TNI AL

4 jam lalu

Jokowi dan Prabowo Saksikan Sailing Pass 55 Kapal Perang TNI AL

Jokowi dan Prabowo dengan penuh perhatian menyimak pameran tersebut dari geladak KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat (RJW - 992).

Baca Selengkapnya

KSAL Ungkap Pesan Jokowi agar Utamakan Pembuatan Kapal Dalam Negeri

7 jam lalu

KSAL Ungkap Pesan Jokowi agar Utamakan Pembuatan Kapal Dalam Negeri

Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), khususnya armada kapal selam, di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Anugerahkan Samkaryanugraha ke Satuan KRI Nanggala-402 yang Tenggelam

8 jam lalu

Jokowi Anugerahkan Samkaryanugraha ke Satuan KRI Nanggala-402 yang Tenggelam

Presiden Jokowi menganugerahkan tanda kehormatan Samkaryanugraha kepada KRI Nanggala-402 yang tenggelam pada 21 April 2021.

Baca Selengkapnya

Tindaklanjuti Perintah Presiden Jokowi, Kemenpan RB Temui KPK

9 jam lalu

Tindaklanjuti Perintah Presiden Jokowi, Kemenpan RB Temui KPK

Kemenpan RB bersama KPK melakukan MoU sebagai upaya pencegahan dan pembangunan sistem birokrasi yang lebih transparan, akuntabel dan lebih kredibel, serta berdampak.

Baca Selengkapnya

KSAL Ungkap Pertimbangan Sematkan Jokowi Brevet Hiu Kencana

9 jam lalu

KSAL Ungkap Pertimbangan Sematkan Jokowi Brevet Hiu Kencana

Presiden Jokowi dianggap sudah banyak sekali membantu TNI, khususnya Angkatan Laut dan satuan kapal selam.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Klaim Pemindahan IKN Kehendak Rakyat; KKP Tetap Jalan Terus Ekspor Pasir Laut

9 jam lalu

Terkini: Jokowi Klaim Pemindahan IKN Kehendak Rakyat; KKP Tetap Jalan Terus Ekspor Pasir Laut

Presiden Jokowi menekankan bahwa keputusan pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Nusantara telah mengikuti aturan yang berlaku.

Baca Selengkapnya

Momen Jokowi dan Prabowo Saksikan Parade Alutsista TNI AL di Teluk Jakarta

11 jam lalu

Momen Jokowi dan Prabowo Saksikan Parade Alutsista TNI AL di Teluk Jakarta

Presiden Jokowi menyaksikan parade alutsista dari geladak KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat (RJW - 992).

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Terima Brevet Kehormatan Hiu Kencana di KRI RJW-992

14 jam lalu

Presiden Jokowi Terima Brevet Kehormatan Hiu Kencana di KRI RJW-992

Brevet Kehormatan Hiu Kencana yang diterima Jokowi adalah satu bentuk penghormatan dan penghargaan TNI Angkatan Laut, khususnya Satuan Kapal Selam.

Baca Selengkapnya

Klaim Jokowi Pemindahan IKN Kehendak Rakyat, Berikut Serba-serbi Masalah IKN

14 jam lalu

Klaim Jokowi Pemindahan IKN Kehendak Rakyat, Berikut Serba-serbi Masalah IKN

Jokowi klaim bahwa pemindahan ibu kota negara dan pembangunan IKN merupakan kehendak rakyat. Apa saja masalah yang melingkupi IKN?

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

17 jam lalu

Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

Hujan ekstrem ditemukan di antara cuaca hujan di Jabodetabek beberapa hari terakhir ini.

Baca Selengkapnya