Tak Sama dengan Rokok, Pakar Sebut Tak Perlu Larang Promosi Susu Formula

Reporter

Antara

Senin, 7 Oktober 2024 12:06 WIB

Susu Formula (ilustrasi: Unay Sunardi)

TEMPO.CO, Jakarta - Susu formula dapat menggantikan air susu ibu (ASI) dalam kondisi tertentu. Contohnya ketika ibu memiliki masalah kesehatan dan tidak bisa memberikan ASI atau muncul kontraindikasi menyusui yang mengakibatkan bayi tidak dapat memperoleh ASI karena ibu menjalani kemoterapi.

Karena itu, Guru Besar Ilmu Gizi dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Profesor Tria Astika Endah P, menyebut pelarangan promosi susu formula atau sufor dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tahun 2024 perlu dikaji kembali. Ia menilai perlunya kajian ulang tersebut sebab pelarangan tersebut seolah menyamakan sufor dan rokok yang juga dibatasi kegiatan promosinya, seperti iklan. Menurutnya, pelarangan yang membuat sufor seolah berdampak buruk pada bayi itu salah besar.

“Susu formula ini memberikan kontribusi terhadap hak hidup bayi pada saat kondisi memang ibunya tidak bisa memberikan ASI. Berbahaya mana antara rokok dengan susu formula? Dua-duanya memberikan dampak berbeda,” jelasnya.

Selain itu, Tria menilai satu hal lain yang perlu dikaji kembali dari PP tentang pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan adalah soal kental manis. Dia melihat dalam PP tersebut tidak mengatur kental manis. Padahal, kental manis yang masih kerap dipersepsikan sebagai susu memiliki dampak buruk bagi kesehatan cukup besar dibanding sufor.

“Kita berbaik sangka kepada pemerintah. Berbaik sangka yang tujuannya apakah memang kental manis sudah tidak dikategorikan susu? Karena patokannya mungkin sudah tidak dianggap susu,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Sekadar larangan dagang
Hal senada juga disampaikan Guru Besar UMJ lainnya, Profesor Ibnu Sina Chandranegara, yang menilai pelarangan promosi susu formula di PP 28 tahun 2024 tidak menjawab persoalan pemenuhan ASI untuk bayi.

“Harusnya pemenuhan pemerintah agar bayi memperoleh haknya terhadap ASI, bukan mengatur produsen dan distributor. Ini dua sektor yang berbeda, ini larangan dagang sebetulnya,” kata Ibnu.

Menurutnya, pelarangan promosi tersebut dapat membuat interpretasi sufor sama dengan rokok sebab esensi pelarangan karena produk tersebut berbahaya. “Kalau memang pada faktanya susu formula itu bahaya, dilarang. Konsepnya dilarang karena bahaya, jadi akan meletakkan susu formula sama seperti rokok,” tutur Ibnu.

Karena itu, dia menilai langkah yang seharusnya pemerintah ambil adalah melakukan berbagai tindakan untuk memastikan pemberian ASI kepada bayi, bukan menerbitkan peraturan yang tidak komprehensif dalam menyelesaikan masalah.

Pilihan Editor: Kemenkes Sebut Perlunya Pengetatan Regulasi Susu Formula, Bagaimana Caranya?

Berita terkait

3 Sumber Vitamin D: Makanan hingga Sinar Matahari Pagi

8 jam lalu

3 Sumber Vitamin D: Makanan hingga Sinar Matahari Pagi

Vitamin D, nutrisi penting untuk kesehatan tulang, sistem kekebalan tubuh, dan fungsi otot

Baca Selengkapnya

Promo Gajian di Alfamart, Potongan Harga Produk Susu sampai Minyak Goreng

8 hari lalu

Promo Gajian di Alfamart, Potongan Harga Produk Susu sampai Minyak Goreng

Promo bertajuk Gajian Untung Alfamart menghadirkan berbagai diskon menarik.

Baca Selengkapnya

Bolehkah Penderita TBC Menyusui Anak?

10 hari lalu

Bolehkah Penderita TBC Menyusui Anak?

Dokter anak menjelaskan ibu menyusui dengan riwayat TBC masih boleh memberikan ASI kepada bayinya tapi ada syaratnya.

Baca Selengkapnya

Mentan Ajak Investor Vietnam Tinjau Calon Lahan Industri Susu Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

11 hari lalu

Mentan Ajak Investor Vietnam Tinjau Calon Lahan Industri Susu Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Mentan Andi Amran Sulaiman ajak investor Vietnam meninjau lahan yang akan digunakan untuk industri susu pemasok program makan bergizi gratis Prabowo.

Baca Selengkapnya

Manfaat ASI Eksklusif di 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

13 hari lalu

Manfaat ASI Eksklusif di 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

ASI eksklusif memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi selama 1.000 hari pertama kehidupan.

Baca Selengkapnya

PT Ultrajaya Milk Industry Buka Lowongan Kerja 4 Posisi untuk Lulusan SMK hingga S1

14 hari lalu

PT Ultrajaya Milk Industry Buka Lowongan Kerja 4 Posisi untuk Lulusan SMK hingga S1

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk buka 4 lowongan kerja untuk lulusan SMK dan S1. Simak syaratnya

Baca Selengkapnya

Wiranto Akui Kebutuhan Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung pada Impor

17 hari lalu

Wiranto Akui Kebutuhan Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung pada Impor

Ketua Wantimpres Wiranto mengakui pemenuhan kebutuhan susu dalam program makan bergizi gratis nantinya masih tergantung pada impor.

Baca Selengkapnya

Susu Ikan: Branding hingga Peluang Usaha UMKM

17 hari lalu

Susu Ikan: Branding hingga Peluang Usaha UMKM

Susu ikan akan disiapkan untuk produk protein dalam program makan bergizi gratis

Baca Selengkapnya

7 Alternatif Susu Hewani Selain Susu Sapi

18 hari lalu

7 Alternatif Susu Hewani Selain Susu Sapi

Berikut susu hewani yang bisa dikonsumsi sebagai alternatif selain susu sapi.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Gandeng JICA Kerja Sama Pelatihan Makan Bergizi di Sekolah

23 hari lalu

Kemenkes Gandeng JICA Kerja Sama Pelatihan Makan Bergizi di Sekolah

Kemenkes mengandeng Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) bekerja sama dalam pelatihan pendidikan makanan dan gizi anak sekolah

Baca Selengkapnya